Langowan – Hari ini pada 156 tahun silam, momentum bersejarah kembalinya iman Katolik di Langowan dan Minahasa pada umumnya.
Hal ini ditandai dengan pembaptisan terhadap 11 orang, dimana salah satunya adalah anak Sang Perintis Daniel Mandagi.
Menyambung kisah sebelumnya, pagi ini 19 September 1868 tepat pada 156 tahun silam saya bagun dari tempat tidur dan segera bergegas ke rumahnya Pendeta Abraham Obez Schaafsma yang ditumpangi Pater Johanes de Vries SJ.
“Sesampainya di halaman rumah pendeta, saya melihat Pater Johanes de Vries SJ sedang menikmati sarapan ditemani secangkir kopi khas Langowan.
Mengapa kopi? Itu karena Langowan adalah salah satu ladang kopi yang ada di Minahasa yang dikembangkan oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Dari kejauhan, Pater Johanes de Vries SJ melihat saya memberikan isyarat untuk menemaninya sarapan.
Saat sedang menikmati sarapan, Pater Johanes de Vries SJ menanyakan kesediaan saya untuk membantu pelaksanaan Misa pada jam 11 siang nanti.
Saya pun tak ragu menjawab siap dan bersedia untuk membantu memeprsiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk Misa.
Usai sarapan, saya diajak Pater Johanes de Vries SJ ke bagian teras rumah pendeta bersama bapak Daniel Mandagi.
Disana saya mendengar sedikit penjelasan Pater Johanes de Vries SJ tentang pelaksanaan Misa dan upacara pemberian Sakramen Permandian.
Setelah itu saya menemani bapak Daniel Mandagi untuk mempersiapkan tempat pelaksanaan Misa, sementara Pater Johanes de Vries SJ mempersiapkan diri untuk memimpin Misa.
Saya membantu bapak Daniel Mandagi mengarahkan para calon baptisan untuk mengikui Misa dengan baik sesuai petunjuk Pater Johanes de Vreis SJ.
Tepat pada jam 11 siang Misa dilaksanakan dengan dihadiri oleh 11 calon baptisan, termasuk bapak Daniel Mandagi dan ibu Tentji Londah.
Anak mereka yang akan dibaptis adalah Agustinus Demol Mandagi dan calon baptisan lain yang bermarga Sigar, Rumagit, Lumakang dan Lewan.
Setelah Misa, dilanjutkan dengan upacara penerimaan Sakramen Permnadian kepada Agustinus Demol Mandagi dan kesepuluh calon lainnya.
Mereka yang dibaptis adalah Petrus Rumagit (7 tahun 4 bulan), Willem Rumagit (5 tahun 3 bulan), Agustinus Demol Mandagi (5 tahun 6 bulan), Petrus Antonius Lumakang (3 bulan 18 hari), Hermina Lewan (4 tahun 9 bulan), Jacob Lewan (3 tahun 5 bulan), Leentje Lewan (1 tahun 2 bulan), Andreaantje Rumagit (1 tahun 7 bulan), Pemptje Rumagit (16 tahun 8 bulan), Fransje Rumagit (4 tahun 1 bulan) dan Maria Rumagit (3 tahun 18 hari).
Setelah Misa dan upacara pemberian Sakramen Perandian, jam setengah satu saya dan bapak Daniel Mandagi kembali ke rumah.
Saat berpamitan kepada Pater Johaens de Vreis SJ, saya dan bapak Daniel Mandagi mendapatkan pesan untuk kembali lagi bersama 11 orang yang dibaptis untuk kembali pada jam 7 malam untuk mendapatkan perlajaran agama.
Pada jam 7 malam kami berada kembali di rumah Pendeta Schaafsma untuk beribadah dan menerima pengajaran agama Katolik dari Pater Johanes de Vries SJ.
Setelah itu, kami juga diberi pesan untuk selanjutnya setiap hari Minggu dan haris pesta lainnya untuk berkumpul dan beribadah di rumah bapak Daniel Mandagi.
Setelah pertemuan malam itu, kami pun kembali berpamitan untuk pulang dan Pater Johaens de Vries menyampaikan ucapan terima kasih kepada saya karena telah membantunya dalam perayaan Misa, upacara penerimaan Sakramen Permandian serta kebaktian malam dan pengajaran agama.”
Momentum bersejarah yang meungkin sudah banyak terlupakan umat Katolik Langowan saat ini kembali disegarkan kembali dengan kedatangan rombongan Imam Jesuit ke Langowan pada Minggu 4 Agustus 2024.
Kedatangan rombonan Imam Jesuit tersebut dalam rangka merayakan Misa Pertama dari Romo Tiro Angelo Supit Daenuwy SJ yang berdarah Minahasa dari sang ibu.
Momentum tersebut boleh terwujud setelah 104 tahun silam seorang Imam Jesuit terakhir melayani umat Katolik Langowan yaitu Pater Jansen SJ (sesuai catatan sejarah di Sekretariat Paroki St. Petrus Langowan).
Romo Tiro Angelo Supit Daenuwy SJ sendiri mengungkapkan kekagumannya bisa berada di wilayah paroki yang menjadi titik sentral berseminya benih iman Katolik pada 156 tahun silam.
“Saya senang bisa menyapa umat yang merupakan buah dari benih iman yang ditanam dan dirawat oleh para misionaris Jesuit pendahulu. Semoga perjumpaan ini dapat kembali menyemai benih iman khususnya panggilan untui menjadi biarawan dan biarawati untuk melayani Tuhan dan sesama,” harap Romo Tiro.
Bagi salah satu tokoh numat Katolik Langowan Eddy Kembuan, para Imam Jesuit bagaikan penabur benih iman Katolik di wilayah Paroki St. Petrus Langowan saat ini.
“Kini tugas kita bersama untuk memelihara benih iman ini agar dapat terus tumbuh dan berbuah lebat,” harap Eddy Kembuan.
Kisah ini disusun dengan menggabungkan unsur imajinatif dan data-data sejarah yang ada di Paroki St. Pertrus Langowan.
(Frangki Wullur)