Merenungkan Sabda
Kamis, 11 April 2024
PW. St. Stanislaus, Uskup dan Martir
(Kis.5:27-33, Yoh.3:31-36)

Ada orang yang mengatakan bahwa tingkat yang lebih tinggi dari percaya adalah “menerima”. Kepercayaan mengandaikan bahwa kita menerima kebenaran yang kita alami dan tersingkap dalam kehidupan, dan bukan sekadar percaya pada pendapat pribadi. Penerimaan dalam iman menunjukkan keterlibatan diri yang mendalam. Kesaksian Yohanes Pembaptis tentang Yesus telah mengesankan banyak orang, termasuk murid-muridnya sendiri. Ia menjawab apa yang menjadi kegelisahan murid-muridnya. Ia memberi kesaksian yang benar tentang Yesus. Yohanes rela menenggelamkan diri karena kebenaran ilahi sudah datang. Ia mengarahkan dirinya sendiri dan juga mengarahkan murid-muridnya pada Sang Mesias.

Selain itu, Yohanes menjadi gambaran kehidupan kita yang sering tidak kita lakukan. Yohanes berani membesarkan nama orang lain, ia memberi kesaksian yang baik tentang orang lain. Mengatakan yang sebenarnya dan sejujurnya; tidak mengatakan sesuatu yang bernada provokatif atau negative terhadap seseorang. Apa yang sering kita lakukan sepertinya justru kebalikan dari apa yang dilakukan Yohanes. Jika ada orang yang kita anggap saingan, justru yang paling sering kita lakukan adalah berusaha untuk menjelekan atau mencari kelemahannya untuk menyerang dia. Kita berusah agar sesama kita tidak tenar melebihi kita. Dalam percakapan harian misalnya, tidak jarang orang justru memberi kesaksian yang mematikan tentang orang lain.

Yohanes telah menjadi seorang saksi yang sejati: bersaksi bukan untuk diri dan keuntungannya, tetapi memberi kesaksian tentang kebenaran yang ada dalam diri Yesus. Menjadi saksi yang benar ini pun diungkapkan oleh Petrus dan Para rasul lainnya. Terhadap ancaman, mereka tidak takut karena mereka mengatakan yang benar. Kebenaran tidak boleh dikungkung atau diancam. St. Stanislaus juga menunjukan dirinya sebagai saksi yang berani dan tegas; menjatuhkan saksi kepada penguasa waktu itu Raja Boleslaw II karena kehidupan yang tak bermoral. Karena pendiriannya yang kokoh, dia akhirnya harus menanggung resiko, yakni mati karena dibunuh. Tetapi dia mati sebagai seorang martir.

Bersama Yohanes, dan para Murid serta St. Stanislaus, kita juga dipanggil menjadi seorang saksi. Saksi yang baik dan benar adalah memberikan kesaksian tentang apa yang dilihat dan diyakini sebagai suatu kebenaran. Saksi juga tidak mengatakan hal-hal yang membawa efek buruk bagi orang lain atau persekutuan yang ada. Berani mengatakan kebenaran tetapi dalam Bahasa yang santun. Seorang saksi yang benar adalah yang memberi kesaksian yang baik dan benar tentang orang lain, bukan memberi kesaksian tentang dirinya sendiri. Kita semua telah dipanggil menjadi saksi oleh karena kebangkitan Tuhan. Semoga mulut kita tidak tergoda untuk selalu mencela dan selalu mencari kejelekan orang lain, tetapi mengatakan kebenaran dan kebaikan, sanjungan dan apresiasi, bagi sesama kita. Semoga st. Stanislaus membantu kita hanya mengatakan nilai-nilai kebenaran sesuai dengan ajaran Kristus sendiri. Amin.

AMDG, Pst. Y.A.
St. Ignatius, Mdo

Beri Komentar

Silahkan masukkan komentar anda
Silahkan masukkan nama anda di sini