Lyodra Ginting, seorang penyanyi, aktris, dan influencer asal Indonesia, menggambarkan pengalamannya bertemu Paus Fransiskus pada Misa kepausan di Jakarta. Dia mengatakan bahwa dia “terkesan oleh semangat pelayanannya” dan pesan yang disampaikan untuk kaum muda.
Sebelum Paus Fransiskus tiba di Stadion GBK Jakarta untuk merayakan Misa pada 5 September bersama lebih dari 100.000 orang, sorotan tertuju pada Lyodra Margareta Ginting, lebih dikenal sebagai Lyodra.
Artis muda beragama Katolik ini berasal dari suku Karo, dan tampil dalam busana tradisional dari Sumatera Utara untuk membawa persembahan dalam Liturgi Persembahan, bersama dengan penyanyi terkenal Indonesia lainnya, Lisa A. Riyanto, dan menyapa Paus secara pribadi.
Setelah Misa, Lyodra bernyanyi untuk umat yang hadir dan kemudian mengunggah foto dirinya berjabat tangan dengan Paus Fransiskus, yang dengan cepat menjadi viral. Sehari sebelumnya, dia telah memposting gambar yang mengumumkan kepada 4 juta pengikutnya bahwa dia akan bertemu dengan Paus.
Dalam wawancara dengan Vatican News, Lyodra mengatakan bahwa dia “diberkati” dapat bertemu dengan seorang pria yang begitu karismatik dan telah meninggalkan kenangan tak terhapuskan di negaranya.
T: Lyodra, apa artinya berada di samping altar Paus di Jakarta, bernyanyi untuk orang-orang di stadion, dan membawa persembahan dalam Liturgi Persembahan?
Saya adalah salah satu orang paling beruntung di antara jutaan umat Katolik di Indonesia karena, selama Misa, saya bisa melihat Paus Fransiskus dengan jelas dan juga berpartisipasi dalam pelayanan liturgi.
Saya terpesona oleh auranya dan semangat pelayanannya di usia yang tidak lagi muda, dengan agenda pelayanan yang melintasi empat negara. Semoga Tuhan selalu memberkatinya, dan saya yakin puluhan juta orang percaya berdoa untuknya.
T: Kenangan apa yang ditinggalkan Indonesia setelah hari-hari yang dihabiskan Paus Fransiskus di negara ini?
Antusiasme puluhan ribu umat yang hadir, dan kesabaran mereka menunggu setelah acara berakhir. Mereka tetap tenang dan bekerja sama. Terima kasih kepada pemerintah Indonesia yang mendukung acara ini, membuktikan bahwa kerukunan beragama di Indonesia terjaga dengan baik.
Bagi saya, ada keajaiban dalam doa semua umat yang hadir di GBK (Stadion Gelora Bung Karno), di mana sekitar dua puluh menit sebelum acara cuaca mendung dan hujan, namun imam memimpin doa hingga cuaca berangsur-angsur cerah. Itulah kekuatan doa.
T: Bagaimana kaum muda Katolik yang menggunakan media sosial dapat membantu teman-temannya menemukan keindahan iman Kristen dan pesan persaudaraan universal?
Kita harus ingat bahwa perintah Tuhan adalah untuk saling mengasihi, jadi sebelum mengetik di media sosial, pikirkan terlebih dahulu apakah kata-kata kita bisa menyakiti orang lain.
Jika kita tidak bisa membantu, setidaknya kita jangan menjadi orang yang menyebabkan orang lain jatuh.
Diterjemahkan dari https://www.vaticannews.va/en.html