Pada peringatan Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-59, Paus Fransiskus menyerukan transformasi dalam cara berkomunikasi di tengah era disinformasi dan polarisasi. Dalam pesannya yang penuh makna, Paus mengajak umat untuk “melucuti komunikasi” dari agresi dan menjadikannya sebagai sarana yang menumbuhkan harapan serta persatuan.
Tema perayaan Hari Komunikasi Sedunia ke-59 yaitu “Berbagilah dengan lemah lembut harapan yang ada di hatimu,” yang diambil dari Surat Pertama Santo Petrus.
“Saat ini, komunikasi terlalu sering tidak menghasilkan harapan, tetapi ketakutan dan keputusasaan, prasangka dan kebencian,” tulis Paus yang dikutip Komsos Bunda Teresa Dari Calcutta dari Vatican News, Jumat (24/01/2025).
Ia memperingatkan bahwa penggunaan kata-kata sebagai senjata dan penyebaran informasi yang menyimpang hanya akan menciptakan perpecahan dan menghalangi harapan sejati.
Paus Fransiskus menekankan bahwa pola pikir yang menyederhanakan realitas dan mendorong permusuhan harus dihindari. “Semua konflik dimulai ketika wajah-wajah individu mencair dan menghilang. Kita tidak boleh menyerah pada pola pikir ini,” sebutnya, seraya mengajak para komunikator untuk lebih mengutamakan kebenaran dan kedekatan manusiawi.
Dalam pesannya, Bapa Suci juga menyoroti tren komunikasi modern yang didominasi oleh persaingan dan keinginan untuk mendominasi. “Mengidentifikasi ‘musuh’ untuk dilawan tampaknya menjadi hal penting dalam menegaskan diri kita sendiri,” katanya. Hal ini, menurut Paus Fransiskus, merusak ikatan sosial dan melemahkan kemampuan manusia untuk saling memahami dan berempati.
Sebagai solusinya, Paus Fransiskus mengajak semua pihak untuk menjadikan harapan sebagai penawar bagi komunikasi yang agresif. Paus kemudian mengutip perkataan Georges Bernanos bahwa “Harapan adalah kebajikan tersembunyi, ulet, dan sabar.” Dalam semangat Tahun Yubelium, Paus menegaskan bahwa harapan bukanlah sesuatu yang mudah, tetapi sebuah risiko yang harus diambil untuk membangun kehidupan yang lebih baik.
Paus Fransiskus juga menyerukan kepada para komunikator Kristiani untuk menyebarkan pesan dengan kelembutan dan rasa hormat. Ia menegaskan pentingnya komunikasi yang membangun keterbukaan dan persahabatan, serta menyerukan budaya kepedulian dengan “kisah-kisah yang sarat harapan” yang menginspirasi solidaritas dan kepercayaan.
Menutup pesannya, Paus mengajak para komunikator untuk “menyebarkan harapan, bahkan saat sulit.” Ia mengingatkan bahwa perayaan Yubelium adalah momen untuk membangun komunikasi yang reflektif dan penuh perhatian, serta mengajak semua orang untuk menemukan dan menyebarkan secercah kebaikan di tengah dunia yang sering kali dipenuhi dengan berita negatif.
Lanjut Paus Fransiskus, dengan mencari “benih-benih harapan” dan membagikannya, katanya, “membantu dunia kita untuk tidak terlalu tuli terhadap tangisan orang-orang miskin, tidak terlalu acuh tak acuh, dan tidak menutup diri terhadap dirinya sendiri.”
“Jadilah saksi dan pendukung komunikasi non-agresif; membantu menyebarkan budaya kepedulian, membangun jembatan dan meruntuhkan hambatan yang terlihat dan tidak terlihat saat ini,” tutur Paus kepada para profesional media Katolik.
“Komunikasi semacam ini dapat membantu membangun keakraban, membuat kita tidak merasa sendirian, dan menemukan kembali pentingnya berjalan bersama,” tutup Paus Fransiskus yang dikutip Vatican News.(Roy/VN)