Hari Raya Yesus Kristus Raja Semesta Alam pada Minggu, 24 November 2024, menjadi momen refleksi mendalam bagi umat Paroki Bunda Teresa dari Calcutta Griya Paniki Indah tentang kebenaran iman dan Pilkada.
Misa yang dipimpin oleh Pastor Fransiscus Antonio Runtu Pr. mengangkat tema kebenaran dan keimanan sejati, sebagaimana diungkapkan dalam Bacaan Injil Yohanes 18:33-37.
Dalam homilinya, Pastor Fransiscus Antonio Runtu Pr menekankan bahwa perayaan ini bukan untuk memaksakan pengakuan bahwa Yesus adalah Raja, tetapi untuk mengajak umat memahami makna sejati kebenaran. “Yesus berharap mereka yang belajar menerima kebenaran akan mengakui Dia secara pribadi, bukan karena paksaan atau mengikuti arus,” ujarnya.
Refleksi Bacaan Injil Yohanes 18:33-37 ini kemudian dikaitkan dengan fenomena Pilkada. Pastor Fransiscus mengingatkan bahwa sering kali orang membuat pilihan bukan berdasarkan keyakinan, tetapi mengikuti keramaian atau dorongan materi. “Seperti saat kampanye, banyak yang hadir di semua acara calon hanya untuk mendapatkan kaos atau sekadar ikut ramai. Padahal, pilihan itu seharusnya berasal dari hati, bukan sekadar pesta,” tambahnya.
Pastor Angki juga menyoroti perbedaan mendasar antara “orang baik” dan “orang benar.” Dalam kehidupan, orang baik sering diukur dari seberapa besar manfaat yang diberikan kepada kita. Namun, orang benar adalah mereka yang rela berkorban demi kebenaran, bahkan jika tindakannya tidak selalu menyenangkan kita. Hal ini, menurut Pastor Angki, mirip dengan pertanyaan yang harus dijawab dalam Pilkada: apakah kita memilih orang baik atau orang benar?
“Mengakui Kristus sebagai Raja Semesta Alam bukan ditunjukkan melalui arak-arakan atau ritual meriah, tetapi melalui tindakan nyata dalam hidup sehari-hari. Sama halnya dengan memilih pemimpin. Pilihan kita harus berdasarkan nilai kebenaran, bukan hanya keuntungan sesaat,” tegasnya.
Pastor Fransiscus juga mengingatkan agar umat tidak terjebak dalam godaan “serangan fajar” yang bisa merusak nilai kebenaran. “Kristus memberikan teladan universal, yaitu mengorbankan segalanya, bahkan nyawanya, demi kebenaran dan kesejahteraan orang lain,” tutup Pastor Angki.
Dengan pesan ini, Hari Raya Kristus Raja tidak hanya menjadi perayaan liturgis, tetapi juga panggilan untuk menilai pilihan hidup, termasuk dalam momen penting seperti Pilkada, dengan dasar kebenaran yang sejati.(Roy)