Kunjungan Pastor Paroki di Wilayah Rohani Santa Maria Ratu Rosario.

Setelah menentukan ketua-ketua wilayah rohani, Pastor Paroki yang juga ketua DPP Paroki Bunda Teresa Dari Calcutta GPI, Pst Petrus Tinangon Pr, melakukan kunjungan ke wilayah-wilayah rohani untuk konsolidasi. Dalam kunjungan hari kedua Selasa (16/01/2024) yaitu di Wilayah Rohani Santa Maria Ratu Rosario (MRR), Pastor Petrus mengingatkan hidup itu terdiri dari senang dan penderitaan.

Kotbah dalam misa yang dibawakan Pastor Petrus Tinangon diungkapkan hidup tidak akan selalu senang terus atau juga selalu penderitaan. “Jadi hidup terdiri dari kedua-duanya, tidak bisa dielakan, tidak bisa ditawar. Oleh karena itu jangan buang-buang energi menolak atau menyangkalnya, percuma. Jauh lebih baik kalau kita dengan sadar menerimanya dan mengusahakan yang terbaik,” tutur Pastor Petrus Tinangon.

Pastor mengungkapkan, ada doa yang sangat indah yang berbunyi, “Tuhan, karuniakanlah kepadaku ketenangan untuk menerima hal-hal yang tidak dapat berubah, keberanian untuk mengubah hal-hal yang tidak bisa diubah, dan kebijaksanaan untuk membedakan antara keduanya.” “Ini artinya, jangan ngotot ingin mengubah apa yang tidak bisa berubah, dan sebaliknya, jangan ngotot mempertahankan apa yang semestinya harus diubah. Saudara-saudara sekalian, misalnya, orang ngotot ingin kaya tapi tidak mau mengubah sifat malasnya. Akibatnya, ia tetap miskin, sebab yang semestinya diubah tidak diubah, dan yang tidak bisa diubah justru ingin diubah. Sebab itu, benar dibutuhkan kearifan, hikmah, dan kebijaksanaan, tapi kearifan hanya ada kalau kita memahami dengan betul bagaimana sebenarnya hubungan atau saling keterkaitan antara penderitaan dan kemenangan, susah dan senang. Kedua-duanya sama-sama hadir dalam hidup manusia dan tidak bisa ditolak,” sebut Pastor.

Lanjutnya senang dan susah, kadang-kadang datangnya bergantian hingga ungkapan hidup berputar seperti roda; terkadang ada di atas, terkadang ada di bawah. Terhadap situasi ini, ada orang yang bersikap apatis, terserah saja, terima nasib. “Dengan sikap seperti itu, orang bisa bertahan, malah bisa bersyukur, patah tangan kiri. Wah, untung bukan tangan kanan. Patah tangan, bersyukur, bukan kaki. Kaki patah, bersyukur, bukan leher dan seterusnya,” ujar Pastor Petrus Tinangon.

“Saya ingin mengajak anda membicarakan bagaimana iman Kristiani memandang kehidupan ini, bagaimana iman Kristiani memahami penderitaan dan kemenangan, susah dan senang, seolah-olah datang silih berganti. Tampaknya ada kesaksian-kesaksian kitab suci yang mirip dengan sikap hidup di atas. Misalnya, kitab Pengkhotbah. Untuk segala sesuatu yang ada rasanya, untuk apapun di bawah langit, ada waktunya. Ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa, ada waktu untuk meratap, ada waktu untuk menari. Begitu terus-menerus, kita tidak tahu untuk apa. Hidup menjadi sia-sia, tidak punya tujuan, semua berputar-putar, menjemukan, tidak ada yang baru. Saudara-saudara sekalian, jadi bagaimana menurut Pengkhotbah, kita harus bersikap dalam hidup ini? Nikmati saja apa yang dapat dinikmati, jangan terlalu berpikir tentang masa depan, karena hidup ini pendek dan hidup ini cuma sekali ini. Jelas bukan nasehat yang arif, tapi jujur realistis. Begitulah hidup ini sebenarnya, kalau ditinjau dari kacamata manusia. Satu-satunya yang paling bijaksana, menurut kitab suci, adalah membiarkan hidup ini mengalir dan kita turut menghanyutkan diri saja,” ungkapnya.

Menurut Pastor, Yesus mengajarkan bahwa hidup ini punya tujuan, meski hidup ini pendek sekali. Kita dapat menjadikannya bermakna, berguna. Hanya saja, makna dan tujuan hidup tidak dapat kita timbang atau gali dari hidup ini sendiri. “Tujuannya datang atau bersumber dari luar. Tak lain dari Sang Pencipta hidup itu sendiri, dari Sang Pemilik hidup, dan Allah mau menjadikan hidup bermakna, berguna, punya tujuan yang jelas dan pasti. Untuk itu, kitab suci bilang kita harus melihat, memahami kehidupan kita dari sudut pandang lain, dengan kacamata lain, yakni sudut pandang Allah,” ungkapnya.

Dalam 2 Korintus 4 ayat 17, Paulus berkata, “Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar daripada penderitaan kami.”

“Saudara-saudari, kita sekarang sudah hidup dalam kemenangan. Maka sikap dan gaya hidup kita haruslah gaya hidup orang-orang yang sudah menang. Kita harus memandang dan memahami hidup ini dari sudut pandang, dari kacamata kemenangan Kristus, dari transisi iman dan kasih adalah kekuatan yang membuat kita bisa melihat secara lebih jelas, jauh melebihi apa yang bisa dilihat oleh mata. Iman dan kasih adalah kekuatan yang bisa membuat kita melihat seperti Allah sendiri melihat, karena iman dan kasih itulah kita percaya, Allah berkenan memilih kita menjadi milik-Nya,” jelas Pastor Petrus Tinangon.

Konsolidasi juga dihadiri Koordinator Bidang II Organisasi Rommy Humokor. Serta dilaksanakan serah terima aset dari pengurus yang lama Merlin Karuntu kepada yang baru yang diketuai Inna Kansil.(Roy)

Beri Komentar

Silahkan masukkan komentar anda
Silahkan masukkan nama anda di sini