Inilah perkataan yang disampaikan P. Hilarius Kemit, OFM Cap. selaku koordinator JPIC (Justice, Peace and Integrity of Creation) keluarga Fransiskan se-Indonesia disaat wawancara bersama jurnalis Komsos Keuskupan Manado. (Senin, 21/08/2017).
Menurut P. Hilarius, pentingnya forum keluarga fransiskan melalui INFO JPIC (Intern Fransiscans For – JPIC) yaitu mengangkat nilai-nilai JPIC (Keadilan, Perdamaian dan Keutuhan seluruh Ciptaan) dan disebarluaskan dalam kehidupan bermasyarakat.
“Nilai-nilai JPIC diangkat dan diupayakan menjadi semangat dan cara hidup dari Fransiskan sehingga keluarga Fransiskan berusaha menganimasikan nilai-nilai tersebut di masing-masing tarekat. Dan salah satu bentuk yang dibuat yaitu setiap tahun dibuat pertemuan untuk keluarga Fransiskan se-Indonesia,” ungkap P. Hilarius sebagai ketua INFO JPIC Fransiskan Indonesia.
P. Hilarius menambahkan bahwa pada pertemuan kali ini tema yang diangkat mengarah pada keprihatinan kemandirian petani yang semakin dikikis.
“Tema ini berusaha menganimasikan petani untuk sadar bahwa pekerjaan mereka ini bagian dari karya Tuhan. Tuhan Sang pencipta yang memberi berkat di mana Tuhan yang menumbuhkan semua tanaman-tanaman dan manusia yang menanam tumbuhan tersebut. Petani ambil bagian dari pekerjaan Tuhan dan petani yang memberi makan untuk banyak orang,” kata P. Hilarius.
“Sudah sepantasnya petani memiliki spiritualitas sehingga mereka memiliki kekuatan dalam bekerja. Dengan adanya spirit, petani bisa bangga akan pekerjaan mulia mereka, mereka pun bisa mengembangkan diri mereka,” tadas P. Hilarius.
“Dengan adanya pertemuan ini, keluarga Fransiskan se-Indonesia bisa membantu menganimasikan nilai-nilai kepada para petani sehingga mereka bisa berkembang dan mengadvokasi dalam arti melakukan perubahan tentang kebijakan dari pemerintah di mana pemerintah bukan lagi mengambil hasil pangan dari negeri lain untuk dikonsumsi di Indonesia. Misalnya, garam tidak perlu lagi diambil dari negara lain. Melainkan, lebih mengangkat petani Indonesia untuk berkarya dan dapat merubah mindset petani untuk berusaha memproduksi bahan makanan. Pertemuan ini dimaksudkan agar dapat membantu petani untuk lebih menghargai pekerjaan mereka sehingga mereka tidak tertekan dengan kekuasaan dan kapitalisme dari pemilik modal,” tambah P. Hilarius.