Pisah sambut Pastor Paroki Bunda Teresa Dari Calcutta Griya Paniki Indah (GPI) berlangsung haru dan tidak sedikit umat yang sampai menitikan air mata, Minggu (12/05/2024). Setelah tiga tahun bersama, umat akhirnya harus berpisah dengan Pastor Petrus Tinangon Pr, tongkat pertama Paroki GPI.
“Kita berpisah dengan Pastor Piet dengan ucapan terima kasih. Ucapan terima kasih untuk Pastor Piet untuk dua alasan. Pertama terima kasih karena sudah menjadi tongkat yang pertama untuk Paroki Bunda Teresa Dari Calcutta GPI selama tiga tahun ini. Torang tahu menjadi tongkat yang pertama, itulah untuk meletakkan dasar, menancapkan dasar yang baik, kuat dan kokoh untuk paroki, sebagaimana yang torang alami selama tiga tahun ini. Sekarang memang pantas untuk menyampaikan banyak terima kasih, karena sudah meletakkan dasar yang dibutuhkan untuk berdirinya suatu paroki,” ungkap Sekretaris Jenderal Keuskupan Manado Pastor Johanis Josep Montolalu Pr yang ditunjuk Uskup Mgr Benedictus Estephanus Rolly Untu MSC sebagai Pelaksana Tugas Pastor Paroki GPI.
Lanjutnya, alasan kedua harus terima kasih kepada Pastor Piet, karena umat Paroki GPI boleh menikmati dan mengalami suatu kekuatan, satu power, satu kekuatan di dalam tata kelola gereja.
“Kekuatan itu ada dalam empat huruf ini yaitu d i a m. Mengelola paroki dengan sikap diam dan torang semua mengerti apa itu diam berdasarkan warisan dari para leluhur. Dari pada pendahulu kita, torang biasa tahu diam itu emas, torang biasa dengan diam-diam ubi berisi,” ujar Pastor John Montolalu.
Menurut Pastor John Montolalu, satu tata kelola gereja, tata kelola Paroki bukan untuk sekedar bicara yang ujung-ujungnya orang boleh katakan tong kosong berbunyi nyaring. “Pastor Piet tidak masuk di dalam perangkap itu, tetapi benar-benar mau mengambil kebijakan dari sikap ini diam. Diam itu emas, diam itu ubi berisi emas sudah dibesarkan dengan kata-kata bijak menambang emas dalam khotbah yang dia sampaikan. Perlihatkan lewat pola tingkah laku yang dia tunjukkan, entah dia duduk bersama dengan kita, entah dia makan bersama dengan kita, entah dia berjalan bersama dengan kita, dia menambang emas bukan untuk dirinya, tetapi yang menikmati adalah torang semua, itulah dalam diam menambang emas ini yang dia bagikan kepada kita selama tiga tahun,” ungkap Pastor John.

Diungkapkan Pastor John, umat kagum karena bicaranya pasti ada bobotnya. Pastor Piet berkhotbah pasti ada bobotnya, dia memberikan sambutan pasti ada bobotnya. Untuk itu Pastor Montolalu berterima kasih untuk warisan itu.
Dirinya mengakui dirinya kini berada di Paroki Bunda Teresa Dari Calcutta GPI dengan gambaran konstruksi gereja. Hal ini membawa pesan untuk orang semua sebagai warga Paroki ini membangun satu komunitas yang terbuka, satu persekutuan iman yang terbuka.
Lebih lanjut Pastor John Montolalu mengungkapkan, secara kebetulan kita mengadakan acara ini pada hari Minggu ke-7 di dalam Masa Paskah. Hari Minggu sesudah kenaikan, hari Minggu sebelum Pentakosta.
“Periode ini untuk inspirasi kita yaitu selama 40 hari sudah bangkit sampai kenaikan, Yesus punya karya utama adalah membentuk dan membangun kelompok-kelompok murid. Bukan hanya membangun sembarang, tetapi membentuk kelompok murid ini supaya solid, supaya kuat, supaya setia dan itulah periode Yesus sesudah bangkit sampai kenaikan. Nah, itulah periodenya Pastor Piet dari tahun pertama ditempatkan di sini sampai hari ini membentuk persekutuan umat di paroki ini sebagai satu komunitas pengikut Yesus, supaya tampil kuat, tampil solid dan setia,” ungkap Pastor Montolalu, seraya menambahkan Yesus memberikan kepercayaan kepada para murid untuk memegang tongkat estafet itu.
“Makasih Pastor Piet sudah memegang tongkat yang pertama. Karena sesudah Yesus serahkan tongkat itu kepada para murid untuk melanjutkan itu maka terbentuk persekutuan murid. Mari torang menjadi pemegang tongkat estafet. Tongkat pertama sudah diberikan kepada Pastor Piet, sudah dipegang dan tancapkan itu dengan baik di Paroki ini. Sekarang tongkat itu dia serahkan kepada torang semua. Namanya menjadi pemegang tongkat estafet berarti tidak ada kata mundur. Siapapun juga yang pegang tongkat estafet harus segera maju dan berkembang,” tuturnya.
Umat Paroki GPI kemudian diajak maju sesuai dengan spirit dari pelindung Paroki, Bunda Teresa, ini supaya gereja yang terbuka, persekutuan umat Allah yang terbuka senantiasa boleh mendatangkan anggota-anggota baru untuk bersekutu di dalamnya. Spirit itu sejalan dengan kata-kata Yesus yang berbunyi Marilah padaku semua yang letih lesu, berbeban berat dan berkurangnya aku akan memberikan kepadamu aku memberikan kelegaan kepada mu. Spirit itu yang dibawa oleh Yesus dalam menggembalakan murid-muridnya.(Roy)