Pastor Jan Silvianus Koraag Pr mengingatkan untuk meneladani Santa Bernadeth Soubirous yang kendati dalam keadaan keterbatasan dan susah tetapi tetap bersemangat menjadi saksi Kristus.
Hal itu diungkapkan Jan Koraag yang akrab disapa Pastor Alo saat memimpin misa syukur perayaan HUT ke-5 sekaligus pesta pelindung Wanita Katolik Repoblik Indonesia (WKRI) Ranting Santa Bernadeth Soubirous, Rabu (17/04/2024).
Misa syukur diawali dengan pembacaan kisah Santa Bernadeth Soubirous yang merupakan anak dari pengusaha penggilingan gandum yang bangkrut. Bernadeth yang sejak lahir sakit-sakitan bersama saudara dan temannya melihat penampakan Bunda Maria di gua Massabielle pada 11 Februari 1858. Sebanyak 18 kali Bunda Maria menampak diri pada Bernadeth. Setelah peristiwa penampakan itu Bernadet semakin banyak menderita. Orang-orang yang tidak mau percaya kepadanya. Bahkan Bernadet diancam oleh penguasa setempat. Semuanya itu ditanggungnya dengan tabah dan sabar.
Bernadeth kemudian masuk biara suster Karitas di Nevers, Perancis, namun penderitannya belum berakhir. Selain mendapat intimidasi dari suster lainnya, penyakit makin menggerogoti kesehatannya. Bernadet wafat pada tanggal 16 April 1879 dalam usia 35 tahun karena penyakit tuberculosis.
“Semoga ibu-ibu WKRI ini meneladani dan menjadi seperti Santa Bernadeth. Walaupun dalam kesusahan tetap bersemangat mewartakan cinta kasih yang Kristus ajarkan,” tutur Pastor Alo.
Lanjutnya WKRI sebagai ormas, jangan hanya terpaku pada kegiatan seputar altar, tetapi harus berani keluar menyuarakan dan memperjuangkan masyarakat dan umat.
Perayaan syukur tersebut dihadiri Ketua WKRI Ranting Santo Bernadeth Soubirous, Alce Angke dan anggota, pengurus ranting-ranting WKRI di Cabang Paroki Bunda Teresa Dari Calcutta, serta Bidang Organisasi DPP Paroki Lucky Rorong.
Pada kesempatan itu Rorong memberi gambaran tetang WKRI sebagai ormas di tengah-tengah gereja dan masyarakat.(Roy)