Dari bawah Bukit Tontouan, terdengar riuh yel-yel dan nyanyian yang datang perlahan menuruni bukit. Tak lama kemudian, nampak bendera merah putih dan bendera kuning putih berkibar-kelindan, di tengah-tengahnya terangkat vandel berwarna biru. Semakin dekat, semakin jelas terbaca dalam spanduk yang dibentangkan di garis depan barisan yang tertulis “Kontingen Jambore Sekami se-Kevikepan Luwuk Banggai, Paroki Raja Damai Banggai”.
Pastor Paroki Raja Damai Banggai, Pastor Tarsisius Kewa Ama, MSC atau yang biasa disapa Pastor Ama, terjun langsung memimpin kontingen ini. Di bawah pimpinan Pastor Ama, Paroki Banggai merintis jalur devile pada jambore sekami kali ini. Sebagai pembuka jalur, kontingen ini menciptakan atmosfer yang cukup panas. Lagu-lagu dan yel-yel dinyanyikan dengan penuh semangat. Suasana ini memberikan suntikan semangat pada kontingen-kontingen lain di barisan belakang.
Jalur devile yang ditempuh pada jambore ini tidak terlalu jauh, tetapi paparan terik matahari adalah sesuatu yang cukup menantang. Jalur devile ini adalah dari Sekolah SMP – SMA Katolik Santo Yoseph Luwuk ke Gereja Katolik Santa Maria Bintang Kejora Luwuk. Jarak jalur ini mencapai 1 kilometer lebih melewati perumahan masyarakat.
Baju warna-warni yang dikenakan kontingen Paroki Banggai adalah ciri khas mereka. Setiap warna mewakili utusan Sekami dari stasi tertentu. Hampir setiap stasi dari belasan stasi di Paroki Banggai mengutus perwakilan anggota Sekami-nya pada jambore ini. Keberagaman warna dari stasi-stasi ini adalah simbol keberagaman yang menjadi kekayaan umat Paroki Banggai. Meskipun beragam, mereka bersatu dalam Gereja Katolik. Pesan inilah yang dibawa kontingen Paroki Banggai pada devile kali ini. ***