Dalam khotbah Minggu Biasa XII, Minggu 23 Juni 2024, Pastor Paroki Bunda Teresa Dari Calcutta Griya Paniki Indah (GPI), Pst Johanis Montolalu Pr., memberikan refleksi mendalam dari bacaan Ayub 39:1-8, 2 Korintus 5:14-17, dan Markus 4:35-40. Mengangkat tema tentang badai dalam kehidupan, Pastor Johanis mengajak umat untuk merenungkan bagaimana badai, baik yang berasal dari alam maupun yang terjadi dalam kehidupan manusia, dapat dihadapi dengan iman kepada Kristus.
Pastor Johanis memulai dengan menggambarkan badai sebagai kekuatan besar yang mengancam, menakutkan, dan menghancurkan. Badai ini bisa terjadi di pegunungan, dataran tinggi, maupun dataran rendah, serta dalam berbagai aspek kehidupan manusia, seperti keluarga, kelompok rohani, hingga komunitas sosial. Menurutnya, badai yang kita hadapi dalam kehidupan bukan hanya fenomena alam, tetapi juga tantangan dan masalah manusiawi yang membutuhkan pertolongan ilahi.
Pastor John mengungkapkan dalam kisah Injil Markus tentang badai di danau, para murid yang ketakutan mencari pertolongan kepada Yesus. “Guru, tidak pedulikah engkau kalau kita binasa?” demikian ungkapan kekesalan sekaligus permohonan mereka. Pastor Johanis menekankan bahwa dalam menghadapi badai, kita harus mendekatkan diri kepada Yesus, seperti para murid yang berlari kepada-Nya. Yesus adalah jawaban atas segala ketakutan dan kekhawatiran mereka.
Mengutip dari surat Paulus kepada jemaat Korintus, Pastor Johanis menunjukkan transformasi hidup Paulus dari Saulus yang jahat menjadi Paulus yang baik setelah berjumpa dengan Yesus.
“Perubahan luar biasa ini menegaskan bahwa bersama Yesus, seseorang dapat menjalani hidup baru dengan gaya hidup baru sebagai pewarta Kristus. Hal ini menunjukkan bahwa badai dalam kehidupan pribadi dapat diselesaikan dengan berjumpa dan berjalan bersama Kristus,” tutur Pastor John Montolalu.
Pastor John juga merujuk pada kisah Ayub, yang meskipun mengalami pergumulan iman yang luar biasa, akhirnya menemukan bahwa hanya dengan menyerahkan diri kepada Tuhan, badai dalam hidupnya dapat diselesaikan.
“Ayub menyadari bahwa menjauh dari Tuhan tidak membuat badai mereda, melainkan memperburuk keadaan. Dengan kembali kepada Tuhan, Ayub keluar dari badai hidupnya dan menjadi saksi luar biasa tentang kuasa Allah,” ungkap Pastor..
Pastor Johanis mengingatkan bahwa kita boleh berjuang dengan kekuatan sendiri atau bersama teman-teman, tetapi itu tidak pernah cukup. Kekuatan sejati untuk menghadapi badai dalam kehidupan datang dari Kristus.
“Bapak Ibu saudara-saudariku yang terkasih di dalam Tuhan, ada banyak badai di dalam kehidupan, kita boleh berjuang dengan kekuatan sendiri tapi kemudian harus yakin ini tidak pernah cukup. Kita boleh berjuang dalam kebersamaan dengan teman-teman yang lain tapi harus tetap yakin bahwa ini tidak pernah menjadi cukup. Semua itu kita harus cukupkan dengan pengalaman-pengalaman kitab suci yang menjadi permennungan kita. Bersama dengan Kristus kita pasti bisa. Karena Yesus Kristus adalah jawaban untuk semua persoalan yang sementara kita hadapi,” kunci Pastor John Montolalu mengakhiri khotbah.(Roy)