Rabu Pekan Biasa XXVII
Bacaan 1 : Yun 4:1-11 Mazmur : Mzm 86:3-6.9-10 Injil : Luk 11:1-4 Bacaan Pertama Yun 4:1-11 Pembacaan dari Nubuat Yunus:
Yunus sangat kesal hatinya dan marah-marah, karena Tuhan mengasihi kota Niniwe. Maka berdoalah ia kepada Tuhan, “Ya Tuhan, bukankah telah kukatakan, ketika aku masih di negeriku! Aku tahu bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia-Nya, yang menyesali malapetaka yang hendak didatangkan-Nya. Itulah sebabnya aku melarikan diri ke Tarsis. Maka sekarang, ya Tuhan, cabutlah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati dari pada hidup.”Tetapi Tuhan bersabda, “Layakkah engkau marah?”
Yunus telah keluar dari kota Niniwe dan tinggal di sebelah timurnya. Di situ ia mendirikan sebuah pondok dan duduk di bawah naungannya menantikan apa yang akan terjadi atas kota itu. Lalu atas penentuan Tuhan Allah tumbuhlah sebatang pohon jarak yang menaungi kepala Yunus, agar ia terhibur dari kekesalan hatinya.
Yunus sangat bersukacita karena pohon jarak itu. Tetapi keesokan harinya, ketika fajar menyingsing, atas penentuan Allah pula datanglah seekor ulat, yang menggerek pohon jarak itu, sehingga layu. Segera sesudah matahari terbit, maka atas penentuan Allah, bertiuplah angin timur yang panas terik, sehingga sinar matahari menyakiti kepala Yunus; lalu rebahlah ia lesu dan berharap supaya mati, Ia berkata, “Lebih baiklah aku mati daripada hidup.”
Tetapi Tuhan bersabda kepada Yunus, “Layakkah engkau marah karena pohon jarak itu?” Jawab Yunus, “Selayaknyalah aku marah sampai mati.” Tuhan lalu bersabda, “Engkau sayang kepada pohon jarak itu. Padahal tidak sedikit pun engkau berjerih payah dan tidak pula engkau menumbuhkannya! Pohon itu tumbuh dalam satu malam dan binasa pula dalam satu malam.Nah, mana mungkin Aku tidak sayang akan kota Niniwe yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, dengan ternaknya yang begitu banyak? Padahal mereka itu tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri!”
Demikianlah sabda Tuhan.
Mazmur: Mzm 86:3-6.9-10;R:15b Engkaulah Allah, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia.
*Engkau adalah Allahku, kasihanilah aku, sebab kepada-Mulah aku berseru sepanjang hari. Buatlah jiwa hamba-Mu bersukacita, sebab kepada-Mulah, ya Tuhan, kuangkat jiwaku.
*Ya Tuhan, Engkau sungguh baik dan suka mengampuni, kasih setia-Mu berlimpah bagi semua yang berseru kepada-Mu.Pasanglah telinga kepada doaku, ya Tuhan, dan perhatikanlah suara permohonanku. Segala bangsa yang Kaujadikan akan datang menyembah di hadapan-Mu, ya Tuhan; mereka akan memuliakan nama-Mu. Tuhan, sungguh besarlah Engkau! Engkau melakukan keajaiban-keajaiban, hanya Engkaulah Allah!
Bait Pengantar Injil; Rom 8:15: Kalian akan menerima Roh Roh pengangkatan menjadikan anak; dalam Roh itu kita berseru, ‘Abba, ya Bapa.’

Bacaan Injil: Luk 11:1-4
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:
Pada waktu itu Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya, “Tuhan, ajarlah kami berdoa, sebagaimana Yohanes telah mengajar murid-muridnya.”Maka Yesus berkata kepada mereka, “Bila kalian berdoa, katakanlah: ‘Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu. Berilah kami setiap hari makanan yang secukupnya, dan ampunilah dosa kami, sebab kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.” Demikianlah Injil Tuhan.
RENUNGAN: MARAH NI YEE…
Mungkin ungkapan “Marah ni yee” akan dikatakan orang zaman ini kepada Nabi Yunus yang marah dan betul-betul marah kepada Tuhan yang berbelaskasih kepada Bangsa Ninive. Ia bahkan menyatakan biarlah dia marah sampai mati. Oww…bukan main, sampai rela mati karena marah.
Kalau kita renung-renungkan kemarahan sang Nabi dan berpikir secara manusiawi, betapa kemarahan menunjuk pada penghayatan nilai yang dilanggar. Orang marah berarti ada nilai yang diyakininya benar dilanggar orang lain. Ketika seorang isteri dikhianati suaminya, si isteri marah; karena ia menghayati nilai kesetiaan perkawinan yang suci. Ketika seorang siswa berlaku lancang dan tidak hormat kepada guru; sang guru marah karena ia berjuang menanamkan nilai sopan santun, hormat dan ramah kepada siswa, ternyata dilanggar oleh siswa. Karena itu si guru marah. Banyak contoh boleh diungkap. Yesuspun marah kepada mereka yang berjualan di Bait Allah. Karena nilai kesucian Bait Allah dihancurkan para pedagang. Demikianpun Yunus, ia menghayati bahwa bangsa Israel, bangsanya sendiri adalah pemilik kebenaran dan keselamatan. Yahweh adalah Allah orang Israel, Allah bangsa terpilih. “Harta Milik” ini hanya milik bangsanya.
Karena itu ketika diminta Tuhan untuk pergi ke kota Ninive; kota yang sangat besar itu, Yunus melarikan diri dan harus tinggal di perut ikan. Yunus marah karena Kasih Tuhan ternyata bukan hanya untuk bangsanya, tetapi juga untuk bangsa Niniwe. Nasionalisme Yunus tergugat. Tetapi Kasih dan pengampunan Tuhan jauh lebih besar dari sebuah nasionalisme. Yunus Marah karena Tuhan berbaik hati kepada orang Ninive yang spontan, langsung bertobat dengan sungguh-sungguh mulai dari Raja sampai ke rakyata biasa. Tuhan menunjukkan kasih setianya dengan memberi pengampunan kepada penduduk kota Ninive.

Saudaraku, Injil hari ini tidak mengisahkan tentang kemarahan apapun. Yesus diminta para murid untuk diajar berdoa sama seperti Yohanes mengajar murid-muridnya. Para murid tentu meminta dengan sopan-santun seorang murid tanpa marah-marah. Dan Yesuspun mengajar mereka berdoa Bapa Kami. Apa yang penting digarisbawahi dalam doa yang diajarkan Yesus. Ia menunjukkan betapa Tuhan itu pengampun, sama seperti Tuhan yang mengampuni bangsa Ninive. Tuhan memang pengampun dari dulu sampai sekarang.
Dalam doa Bapa Kami, Yesus tidak hanya memperkenalkan Tuhan yang pengampun tetapi juga mengajak manusia untuk juga mengampuni sama seperti Bapa di Surga. “Ampunilah kesalahan kami, seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami”. Kita mendapat belaskasih Allah, layaklah kita berbelas kasih kepada sesama.
Saudaraku, belajar dari pengalaman Nabi Yunus, mari membuka diri terhadap Allah yang mengampuni semua. Janganlah kita marah seperti Yunus karena Tuhan tidak hanya mengampuni kita, supaya Tuhan tidak akan mengatakan kepada kita “Marah ni yeeh….biasa jo bro/sist…Aku saja mengampuni kenapa kamu malah marah….”. po’
p.steven lalu, pr
