Renungan Senin, 9 Oktober: Arti Menjadi Sesama

1
2073
sesama
Menjadi Sesama yang baik

PF S. Yohanes Leonardus, Imam; PF S. Dionisius, Uskup; Senin Pekan Biasa XXVII

Bacaan 1 : Yun 1:1-17;2:10; Mazmur : Yun 2:2-4.7; Injil : Luk 10:25-37

Bacaan Pertama: Yun 1:1-17;2:10: Pembacaan dari Nubuat Yunus:

Datanglah sabda Tuhan kepada Yunus bin Amitai demikian, “Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, dan berserulah terhadap mereka, sebab kejahatannya telah sampai kepada-Ku.” Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan Tuhan. Ia pergi ke Yafo, dan di sana mendapat sebuah kapal, yang akan berangkat ke Tarsis. Ia membayar biaya perjalanannya, lalu naik kapal itu untuk berlayar bersama-sama dengan mereka ke Tarsis, jauh dari hadapan Tuhan. Tetapi Tuhan menurunkan angin ribut ke laut, lalu terjadilah badai besar, sehingga kapal itu hampir-hampir terpukul hancur.

Awak kapal menjadi takut; masing-masing berteriak-teriak kepada allahnya, dan mereka membuang segala muatan ke dalam laut untuk meringankan kapal. Tetapi Yunus telah turun ke dalam ruang kapal yang paling bawah, dan berbaring di situ, lalu tertidur dengan nyenyak. Datanglah nakhoda mendapatkannya sambil berkata, “Bagaimana mungkin engkau tidur begitu nyenyak? Bangunlah, berserulah kepada Allahmu, barangkali Allahmu itu akan mengindahkan kita, sehingga kita tidak binasa.”Lalu berkatalah mereka satu sama lain, “Marilah kita buang undi, supaya kita tahu, karena siapa kita ditimpa malapetaka ini.” Mereka membuang undi, dan Yunuslah yang kena.

Maka berkatalah mereka kepadanya, “Beritahu kami, karena siapa kita ditimpa malapetaka ini. Apa pekerjaanmu dan dari mana engkau datang? Manakah negerimu dan dari bangsa manakah engkau?”Sahut Yunus kepada mereka, “Aku ini seorang Ibrani. Aku takwa pada Tuhan, Allah yang menguasai langit, yang telah menjadikan laut dan daratan.”Orang-orang itu menjadi sangat takut, lalu berkata kepadanya, “Apa yang telah kauperbuat?” Sebab orang-orang itu tahu, bahwa ia telah melarikan diri, jauh dari hadapan Tuhan. Hal itu telah diberitahukannya kepada mereka. Bertanyalah mereka, “Akan kami apakan dikau, supaya laut menjadi reda dan tidak menyerang kami lagi? Sebab laut semakin bergelora.” Sahut Yunus kepada mereka, “Angkatlah aku dan campakkanlah aku ke dalam laut, maka laut akan menjadi reda dan tidak menyerang kalian lagi. Sebab aku tahu, karena akulah badai besar ini menyerang kalian.”

Lalu berdayunglah orang-orang itu dengan sekuat tenaga untuk membawa kapal itu kembali ke darat, tetapi mereka tidak sanggup, sebab laut semakin bergelora menyerang mereka. Lalu berserulah mereka kepada Tuhan, katanya, “Ya Tuhan, janganlah kiranya Engkau biarkan kami binasa karena nyawa orang ini, dan janganlah Engkau tanggungkan kepada kami darah orang yang tidak bersalah, sebab Engkau, Tuhan, telah berbuat seperti yang Kaukehendaki.”

Kemudian mereka mengangkat Yunus dan mencampakkannya ke dalam laut. Maka laut berhenti mengamuk. Orang-orang itu menjadi sangat takut kepada Tuhan, lalu mempersembahkan kurban sembelihan kepada Tuhan serta mengikrarkan nazar. Maka atas penentuan Tuhan datanglah seekor ikan besar yang menelan Yunus. Dan Yunus tinggal di dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya. Lalu bersabdalah Tuhan kepada ikan itu, dan ikan itu pun memuntahkan Yunus ke darat. Demikianlah sabda Tuhan.

samaria
Mengasihi dengan menjadi sesama yang baik

Mazmur Yun 2:2-4.7 R:7c: Engkau mengangkat nyawaku dari dalam liang kubur.

*Dalam kesusahanku aku berseru kepada Tuhan, dan Ia menjawab aku. Dari tengah-tengah-tengah alam maut aku berteriak, dan Kaudengarkan suaraku.

*Engkau telah melemparkan daku ke tempat yang dalam, ke pusat lautan, lalu aku terangkum oleh arus air; segala gelora dan gelombang-Mu melingkupi aku.

*Aku berkata, “Telah terusir aku dari hadapan mata-Mu. Mungkinkah aku memandang lagi bait-Mu yang kudus?”

*Ketika jiwaku letih lesu dalam diriku, teringatlah aku kepada Tuhan, dan sampailah doaku kepada-Mu, ke dalam bait-Mu yang kudus.

Bait Pengantar Injil: Yoh 13:34: Perintah baru Kuberikan kepadamu, sabda Tuhan; yaitu supaya kamu saling mengasihi, sama seperti Aku telah mengasihi kamu.

sesama
Ia tidak menonton penderitaan sesama

Bacaan Injil: Luk 10:25-37: Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Pada suatu ketika seorang ahli kitab berdiri hendak mencobai Yesus, “Guru, apakah yang harus kulakukan untuk memperoleh hidup yang kekal?”Jawab Yesus kepadanya, “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?”Jawab orang itu, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hati dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu. dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Kata Yesus kepadanya, “Benar jawabmu itu. Perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.” Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata lagi, “Dan siapakah sesamaku manusia?”

Jawab Yesus, “Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho. Ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi juga memukulnya, dan sesudah itu meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu. Ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu. Ketika melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datanglah ke tempat itu seorang Samaria yang sedang dalam perjalanan. Ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah menyiraminya dengan minyak dan anggur.

Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya, ‘Rawatlah dia, dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya waktu aku kembali.’ Menurut pendapatmu siapakah di antara ketiga orang ini, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?”Jawab orang itu, “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Yesus berkata kepadanya, “Pergilah, dan perbuatlah demikian!”

Demikianlah Injil Tuhan.

sesama
Ulurkan tangan untuk Membantu sesama

Renungan: Arti Menjadi Sesama

Seorang ahli Kitab hendak menjebak Yesus dengan pertanyaan yang akhirnya dijawabnya sendiri tentang hidup kekal. Melanjutkan jebakannya ia meminta Yesus menerangkan  rumusan tentang sesama dengan bertanya: “Siapakah sesamaku manusia?”.

Mendapat pertanyaan ini Yesus menceritakan perumpamaan tentang Orang Samaria yang baik hati. Yesus tidak terjebak dengan logika tafsir-menafsir bahasa dan konsep tentang “Siapa sesama manusia”. Ia justru mengajak si ahli Kitab berpikir lebih luas dari sekedar membuat definisi tentang sesama, tetapi merenungkan apa arti menjadi sesama manusia. Yesus “memaksanya” berpikir lebih tentang isi menjadi sesama manusia daripada sekedar membuat rumusan-rumusan indah tentang identitas sesama.

Yesus mengajukan identitas imam yang meski imam hanya mampu menonton dari seberang jalan atas seorang yang menderita karena terluka. Demikianpun seorang Lewi yang kerjanya mempersembahkan korban kepada Tuhan; melihat dan melewatinya dari seberang jalan. Yesus menunjuk dengan jelas betapa identitas atas dasar jabatan seseorang belum tentu membuatnya memiliki sikap yang tepat atas sesama, terlebih sesama yang sedang menderita sengsara.

Sebaliknya orang Samaria, yang disebut-sebut sebagai orang yang tidak mentaati Hukum Taurat dengan benar justru melakukan serangkaian perbuatan kasih bagi sesamanya. Ia mendekat, membalut luka-lukanya, menyiraminya dengan minyak dan anggur, menaikkannya ke atas keledai tunggangannya sendiri, membawanya ke tempat penginapan, merawatnya dan tetap bertanggungjawab dengan meminta orang lain merawatnya, tetapi tetap di bawah tanggungannya. Itulah arti menjadi sesama bagi Yesus.

Menjadi sesama seperti ditunjukkan orang Samaria adalah mengungkapkan kasih dalam tindakan nyata: mendekat, memberi perhatian serius, berbagi tempat di atas keledai dan bertanggungjawab terus-menerus. Lewat tindakan orang Samaria, Yesus hendak menyatakan betapa menjadi sesama bagi yang lain, tidak tergantung pada jabatan atau identitas mentereng tetapi sungguh terlibat dengan orang lain secara konsisten dan kontinyu; bukan sekedar membantu secara karitatif-aksidental misalnya pada pesta Natal dan Paskah tetapi sungguh berusaha membantu sesama agar boleh keluar dari kesulitan dan ketidakberdayaan. Gerakan solidaritas Kasih bagi sesama sungguh bukan sekedar kata-kata manis dan untuk menegaskan identitas si kaya membantu si miskin atau si makmur membantu si susah, atau si sehat membantu si sakit tetapi lebih dari itu sesama membantu sesamanya sebagai ungkapan iman: membalas Kasih Tuhan.

Perumpamaan yang diawali dengan hukum Kasih ini sebenarnya juga merujuk secara langsung kepada Yesus sendiri. Dialah inspirasi utama bagaimana menjadi sesama yang baik bagi orang lain. Ia membebaskan dan menyelamatkan bukan si kuat yang menolong yang lemah tetapi sebagai Tuhan yang penuh Kasih mengasihi Manusia. Di hadapan Kasih, segala gelar dan identitas gugur dengan sendirinya. Kasih tak memandang jabatan dan status. Dalam Kasih itu tidak ada yang dikecualikan. Dan dalam Kasih Tuhan itu tidak ada yang dapat melarikan diri seperti Yunus dalam bacaan pertama. Semua diajak mengasihi dan dikasihi dan menjadi sesama yang baik bagi sesamanya. Amin. Po’.

p.steven lalu, pr

1 Komentar

Tinggalkan Balasan ke Grace Batal membalas

Silahkan masukkan komentar anda
Silahkan masukkan nama anda di sini