Sabtu 9 September 2017, Hari kedua On Going Formation imam-imam diosesan dari Regio Makassar, Amboina dan Manado (MAM) diisi dengan Seminar Kerukunan antar umat beragama. Para imam diosesan bersama umat Paroki Warembungan-Sea, berkumpul bersama di kompleks Gereja Paroki St. Petrus Warembungan untuk mengadakan Seminar Kerukunan. Pastor Marcel Lintong, pr, Ketua Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan Keuskupan Manado, sekaligus sebagai Ketua STIPAS Don Bosco Tomohon, tampil sebagai Moderator dalam seminar bentuk diskusi Panel. Perwakilan Agama Kristen Protestan, Islam, Hindu, Konghucu dan Katolik memaparkan pandangan mereka masing-masing tentang Kerukunan dan perjumpaan antar pemeluk agama di Indonesia.
Sementara itu Romo Paulus Christian Siswantoko, pr, Ketua UNIO Indonesia yang turut hadir menyampaikan bahwa tema seminar ini memang dibicarakan dalam Pertemuan Nasional Unio Indonesia di Palembang. Para imam diosesan Indonesia yang sekarang berjumlah 2174 diajak untuk merenungkan tema menarik ini. Tema ini tentu tidak hanya menarik untuk didiskusikan tetapi menantang untuk dilakukan. Bagaimanapun juga situasi kehidupan berbangsa kita masih sedikit tergoyang dengan pelbagai isu sektarianisme, isu sara yang mungkin ada di sekitar kita. Romo Siswantoko berharap supaya para imam diosesan boleh merajut kebersamaan dan mewartakan kabar gembira untuk menciptakan suasana damai. Semoga diskusi ini menantang dan mendorong kita membangun kebersamaan dalam perbedaan.
Uskup Keuskupan Manado, Mgr. Rolly Untu, MSC, membuka kata sambutannya dengan menyampaikan titipan salam dan doa dari uskup emeritus mgr. Josef Suwatan, msc kepada para peserta. Kemudian Uskup menekankan bahwa seminari kerukunan ini adalah sebuah ucapan syukur kepada Tuhan yang memberi kita matahari, bulan dan bintang tanpa mengenal siapa kita. Ia berbelas kasih kepada siapa saja. Tema seminari ini mengingatkan Bapa Uskup akan ungkapan tokoh besar Dr. Sam Ratulangi: Si tou timou tumou tou. Manusia hidup untuk memanusiakan manusia, sebuah ungkapan yang sangat kristiani. Kita menghidupkan manusia lain tanpa membeda-bedakan.
Bagi mantan provincial MSC Indonesia ini, para imam adalah pewarta dalam perjumpaan-perjumpaan. Seminari ini adalah perjumpaan. Karena itu sebagai uskup, mgr. Rolly mengajak seluruh peserta untuk bukan hanya saling membagi apa yang dipikirkan dan dihayati tetapi terlebih untuk memberi inspirasi untuk dipraktekkan dalam hidup sehari-hari. Kiranya para imam boleh terus menjadi imam-imam yang seperti kata Paus Fransiskus: Imam yang berbau domba. Imam yang keluar untuk berjumpa dengan umatnya dan bersedia mewartakan kabar sukacita.
Sesudah acara Seminar Kerukunan, para peserta On Going Formation berkunjung ke Salib di puncak Warembungan dan melanjutkan perjalanan ke bukit Tetempangan, Koha. Di tengah-tengah pemandangan yang indah, Bapa Uskup berkenan mempersembahkan perayaan Ekaristi, didampingi ketua unio Indonesia yang juga menyampaikan renungan bersama dengan para ketua Unio se-regio. Dalam kotbahnya Romo Siswantoko mengajak para imam untuk menyadari bahwa panggilan untuk mengalami perjumpaan dengan sesama dan alam butuh perjuangan. Karena kadang imam mengalami kesulitan-kesulitan seperti yang ditunjuk Paus Fransiskus dalam Surat Apostolik Evangelii Nuntiandi. Imam kadang tenggelam dalam kesepian, kebosanan dan kelelahan dalam segala hal. Karena itu Ketua Unio yang baru terpilih dalam Munas UNINDO di Palembang, menggantikan Rm. Siprianus Hormat ini, memberi semangat kepada para imam untuk mengikuti ajakan Paulus untuk bertekun dalam mewartakan kabar gembira lintas batas sambil terus kembali berjumpa dengan Kristus dan membuka diri untuk selalu menciptakan kreativitas dan terobosan-terobosan baru.
Kegiatan OGF dilanjutkan dengan Perayaan Ekaristi bersama, pada hari Minggu di Gereja masing-masing sesuai tempat Live-in dan ditutup dengan acara kebersamaan dengan umat setempat.