SMK Katolik Santa Familia Tomohon dibawah asuhan Yayasan Joseph, Tarekat JMJ (Jesus Maria Joseph) sebagai lembaga pendidikan kejuruan ikut berpartisipasi dalam pawai memperingati HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke 72 yang hendak mengangkat dan menegaskan kembali tema 100% Indonesia, 100% Katolik.
Perwujudan 100% Indonesia, 100% Katolik ditekankan oleh pendapat Kepala sekolah Herald Nixon Aray, M.Pd dalam wawancara singkat bersama jurnalis Komsos Keuskupan Manado. Adapun beberapa point yang diangkat yaitu:
1. Sebagai Sekolah Katolik nilai-nilai apa yang ditekankan kepada para siswa untuk mencerminkan 100% Indonesia, 100% Katolik?
Menurut saya, nilai-nilai yang ditekankan kepada para siswa harus berdasarkan visi sekolah yang bernaung di bawah Yayasan Joseph Yeemye yaitu unggul dan berpihak pada Kaum Marginal. Dan untuk mewujudkan visi tersebut, kami memiliki misi yaitu bagaimana nilai-nilai JMJ itu bisa dihayati dan bisa menjadi kebiasaan para siswa menjalani kehidupan sehari-harinya. Nilai-nilai tersebut yaitu tanggap, kreatif, tanggung jawab, integritas, adil, keramahtamahan, kasih sayang, rasa hormat, disiplin. Nilai-nilai ini pun harus dihidupi oleh para siswa dan berakar sehingga mereka bisa menjadi manusia yang memiliki karakter serta kepribadian moral yang baik. Dari nilai-nilai ini dapat dilihat bagaimana para siswa dapat menjadi anggota masyarakat Indonesia yang benar yang memiliki integritas dan tanggung jawab sehingga lahirlah kualitas seorang siswa yang jujur dan mencerminkan seorang Kristiani sejati. Para siswa diajarkan untuk memiliki rasa hormat dan menghargai martabat manusia, tanpa memandang suku, agama, ras, adat istiadat, golongan dan status sosial. Di sekolah ini, nilai-nilai itu pun ditanamkan kepada para siswa sehingga mereka dapat menyadari akan perbedaan, di mana perbedaan itu bukan sesuatu pemecah belah melainkan perbedaan itu merupakan alat persatuan. perbedaan itu merupakan kekayaan dan perlu dipertahankan serta dihidupi sebagai suatu kebiasaan yang baik demi pengembangan karakter para siswa. Dan tentunya nilai-nilai ini tidak bisa lepas dari ajaran Sang Guru yaitu Yesus Kristus sendiri.
2. Bagaimana tanggapan Kepala Sekolah tentang orang muda saat ini berhadapan dengan tantangan zaman modern ini dengan tetap menghayati 100% Indonesia, 100% Katolik?
Bagi saya, hal utama harus melihat fakta saat ini, orang muda diperhadapkan dengan begitu banyak tantangan dan godaan dari perkembangan teknologi dan informasi modern. Fakta ini pun disoroti oleh pemerintah sehingga diusahakan adanya pendidikan karakter bagi setiap siswa. Adanya distorsi nilai dan dekadensi moral menjadi hangat diperbincangkan saat ini. Merosotnya nilai-nilai luhur saat ini, tidak bisa lepas dari perkembangan dunia teknologi dan informatika. Perkembangan ini pun tidak dibarengi dengan penyaringan yang ketat sehingga semua hal ini diterima begitu saja secara mentah-mentah dan dikonsumsi para siswa. Mereka pun menganggap bahwa hal itu adalah benar, apa yang telah ditayangkan di media masa adalah sesuatu yang lumrah dan biasa. Hal ini sangatlah disayangkan. Adapun nilai-nilai yang dari luar yang mempengaruhi bahkan menghilangkan nilai-nilai asli budaya Indonesia. Misalnya saja, nilai menghormati dan saling menghargai satu sama lain mulai merosot. Di masyarakat saat ini, etika atau sopan santun, menghargai orang yang lebih tua mulai menipis. Dengan adanya perkembangan media sosial: facebook, instagram, twitter, dsb menjadikan orang muda semakin terkungkung pada individualisme. Hal ini pun membuat rapuh nilai-nilai sosial, sehingga mereka hanya mengenal dunianya sendiri dan enggan mengenal dunia orang lain bahkan sangat menikmati situasinya sendiri. Oleh karena itu, menjadi tanggung jawab kita bersama, sehingga di sekolah dituntut untuk lebih mengembangkan nilai-nilai yang mulai luntur itu. Dan di setiap lembaga pendidikan Katolik membawa unsur nilai-nilai pendirinya, dan nilai-nilai itu tidak lari atau bisa dikatakan sejalan dengan nilai-nilai Kristiani, yang intinya bagaimana bisa menjadi habit atau kebiasaan yang dijalankan oleh para siswa khususnya di SMK St. Familia yang sejalan dengan nilai-nilai luhur Pancasila.
3. Bagaimana menjadi 100% Indonesia, 100% Katolik?
Menurut saya, menjadi 100% Indonesia, 100% Katolik yaitu kita harus menyadari bahwa kita hidup di alam Indonesia, di mana kita harus merasa, saya adalah Indonesia, saya adalah Pancasila yang tentunya disitu kita harus sadar betul, saya adalah warga masyarakat Indonesia, yang memiliki kewajiban sebagai seorang warga masyarakat yang benar, tetapi kita jangan lupa kita sebagai seorang Katolik yang harus berjalan searah dengan ajaran Sang Guru, Yesus Kristus. Misalnya, saat ini kita sebagai warga Indonesia sepantasnya ikut merayakan HUT Kemerdekaan RI ke 72. Para siswa SMK St. Familia ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang telah dirancang oleh pemerintah dan ikut meramaikan kegiatan tersebut. Mereka ikut meramaikan suasana ini dengan memberikan daya kreatif, inovasi dan tenaga melalui marching band. Mereka juga memperlihatkan kreasi yang mengikuti perkembangan zaman saat ini. Inilah perihal menjadi 100% Indonesia, 100% Katolik.