Oleh; Romo Martinus Rikiwi Setiaji, MSC
Saudara terkasih, hari ini kita mendengarkan perikop/potongan kisah dari Injil Matius yang bercerita kepada kita tentang hal menegur sesama. Perikop hari Minggu ini ada kaitannya dengan perikop 2 minggu yang lalu, serta perikop minggu yang lalu. Mari kita ingat bersama-sama, pada 2 minggu yang lalu kita mendengarkan cerita tentang apa? Yesus yang mendirikan gereja di atas iman para rasul, khususnya iman Simon bin Yunus yang diberi nama baru sebagai Petrus. “Di atas batu karang ini aku akan mendirikan Gereja-Ku, dan alam maut tidak akan menguasainya”. Lalu pada minggu yang lalu kita mendengarkan perikop yang bercerita kepada kita Yesus yang menegur Petrus karena Petrus yang lupa untuk sepikiran dan seperasaan dengan Gereja. Jadi pada 2 minggu yang lalu, Petrus dipuji oleh Yesus, tetapi pada minggu yang lalu, Petrus ditegur oleh Yesus. Pada 2 minggu yang lalu, Petrus dijadikan batu penjuru gereja, lalu pada minggu yang lalu, Petrus menjadikan dirinya sebagai batu sandungan gereja. Pada minggu lalu, Yesus mengajarkan kepada kita, bahwa sebagai sebuah Gereja kita dituntut untuk berpikir sepikiran dengan Gereja. Dan pada perikop minggu ini, kita maju selangkah lagi bersama Yesus, karena Yesus kini mengajarkan kita untuk bekerja dan berjuang bersama Gereja dengan cara berani menegur sesama.
Saudara terkasih, tentu kita semua ingin hidup kita berakhir dengan membahagiakan, yakni masuk surga. Rasanya aneh kalo ada di antara kita yang tidak mau masuk surga. Salah satu syarat untuk dapat masuk surga adalah kita dituntut untuk hidup di dalam kebenaran dan kekudusan. Tapi, sebagai manusia biasa, yang lemah dan sarat dengan kekurangan, kita mudah jatuh dalam dosa. Dan dosa adalah penghalang kita untuk berjalan di dalam kebenaran dan kekudusan. Dosa itu ibarat tembok yang menghalangi kita dengan Tuhan dan sesama. Semakin sering kita berdosa, semakin tebal jarak antara kita dengan Tuhan dan sesama. Semakin sering kita berdosa, semakin jauhlah kita dari Tuhan dengan sesama.
Karena adanya dosa inilah maka Yesus memerintahkan kita untuk dapat saling menegur satu dengan yang lain. Menegur orang lain itu bukanlah sesuatu yang mudah. Ketika kita menegur orang, kita diperhadapkan dengan pilihan sulit: apakah saya pantas menegur orang, kita berpikir, ah, saya saja masih banyak dosa, kenapa saya menegur dosa orang lain? Atau kita juga akan berpikir, aduh, kalo saya tegur dia/mereka, nanti saya dimusuhi, saya dicap sok benar, sok suci dan sok kudus oleh dia. Benarkan Bapak/Ibu?
Saudara terkasih, marilah kita tinggalkan pikiran-pikiran sempit seperti itu. Perintah untuk menegur sesama yang salah, yang keliru dan yang berdosa adalah perintah Tuhan Yesus sendiri. Ingat, ini perintah, bukan tawaran. Perintah berbeda dengan tawaran. Namanya perintah ya dilakukan, dilaksanakan dan ditaati, sedangkan tawaran bisa dilakukan, bisa tidak. Dan hari ini kita mendengarkan perintah dan ajaran Yesus. Jadi, mau tidak mau, suka tidak suka, kita juga harus belajar untuk dapat menegur kesalahan sesama kita.
Yang perlu kita ingat adalah, kita menegur kesalahan sesama bukan atas dasar kita membenci dirinya, tetapi justru karena kita mengasihi sesama kita. Sebagai sebuah gereja, kita semua adalah satu keluarga. Kita semua dipersatukan menjadi sebuah keluarga Allah yang satu, kudus, katolik dan apostolik. Jadi biar jelek-jelek begini, saya adalah saudara Anda. Begitu juga Anda semua adalah saudara saya. Dan sebagaimana layaknya sebuah keluarga, kita wajib saling membantu satu sama lain, termasuk saling menegur satu sama lain ketika ada kekeliruan dan dosa yang terjadi.
Anda tidak maukan Anda masuk surga sendirian? Bagi para ayah, Anda tentu tidak mau istri dan anak-anak masuk neraka padahal Anda masuk surga? Juga para istri, tentu Anda juga tidak mau hanya Anda sendirian yang menikmati kebahagiaan surga tapi suami dan anak-anak masuk neraka? Tentu kita semua berharap kita semua masuk surga semua, maka hal yang harus berani kita mulai lakukan adalah berani menegur kesalahan sesama. Sekali lagi, bukan karena kita benci sesama kita, tetapi sebaliknya justru karena kita mengasihi sesama kita.
Terakhir, menegur sesama mendatangkan konsekuensi kita dimusuhi dan dijauhi orang lain. Di dalam Alkitab, banyak bukti yang menunjukkan hal itu, bahwa menegur sesama malah mendatangkan permusuhan di dalam kehidupan bersama. Nabi-nabi pun mengalami hal itu, dimana mereka dimusuhi karena setia berpegang pada kebenaran karena berani menegur sesama. Maka jangan kecil hati jika kita malah dimusuhi karena menegur sesama. Sebagaimana para nabi yang mendapatkan kebahagiaan kekal karena berani menegur sesama dan menegakkan kebenaran, maka semoga kita semua juga berani menegur kesalahan sesama demi kebaikan dan keselamatan bersama. Tuhan memberkati kita semua. Demi Kemuliaan Tuhan Yang semakin Besar.