Berita KOMSOS. Dalam rangka Bulan Maria, umat Katolik Paroki St. Paulus Palu mengadakan ziarah bersama ke Bukit Maria Donggala. Ziarah dilakukan hari Kamis tanggal 25 Mei 2017 bertepatan dengan Hari Raya Kenaikan Tuhan Yesus ke surga. Ziarah Bulan Maria ini merupakan agenda tahunan Dewan Paroki.
Sebelumnya hari Kamis tanggal 18 Mei 2017, Dewan Paroki mengadakan Rapat yang dihadiri oleh Ketua-Ketua Wilayah Rohani, OMK dan KBK sebagai persiapan untuk beberapa kegiatan paroki, salah satu agenda rapat yakni Ziarah ke Bukit Maria Donggala tgl. 25 Mei 2017. Tanggal tersebut dipilih bertepatan dengan hari libur nasional sehingga diharapkan banyak umat yang ikut ziarah.
Salah satu putusan rapat yakni menugaskan Kaum Bapak Katolik Paroki St. Paulus Palu untuk menyiapkan dan mengatur tempat ziarah. KBK tidak bekerja sendirian melainkan bekerja sama dengan Umat Katolik Stasi St. Petrus Donggala sebagai tuan rumah. Rapat juga menetapkan jam keberangkatan, yakni pukul 7 pagi, Doa Rosario pukul 8 pagi dan pukul 9 pagi dilanjutkan dengan Misa Hari Raya Kenaikan Yesus Ke Surga. Ziarah bersama ini diikuti oleh 11 Wilayah Rohani dan 5 stasi antara lain 3 stasi dari dataran Lalundu, Watatu dan Stasi Donggala sebagai tuan rumah.
Kamis pagi tgl. 25 Mei sejak pukul 5 pagi, gunung Gawalise yang terletak di sebelah barat Kota Palu diliputi kabut tebal sampai ke arah utara kota Donggala. Sekitar pukul 7 pagi hujan turun dengan lebat di perjalanan, tapi tidak menyurutkan niat umat untuk berziarah. Umat tetap dengan keyakinan teguh menuju tempat ziarah yang letaknya kl 34 km dari kota Palu. 10 km sebelum mencapai Kota Donggala tiba-tiba hujan berhenti dan seterusnya berhenti sampai selesai Misa.
Pukul 8.15 pagi, Doa Rosario Misteri pertama dimulai dari halaman Pastoran Donggala. Misteri kedua, dan ketiga didoakan sambil berjalan menuju puncak bukit. Misteri keempat dan kelima di depan pintu Gua Maria. Selesai lima misteri yang seluruhnya dipandu oleh KBK dilanjutkan dengan Perayaan Ekaristi dengan Selebran Pst. Jimmy Tore Pr. Pastor Paroki Pst. Laurentius Karamoy tidak ikut dalam ziarah ini, karena diundang untuk menghadiri Misa Pertama Pst. Nicholas John Bomba Pr di Bada-Poso.
Perayaan Ekaristi dimeriahkan dengan Kor Gabungan Wilayah Rohani St. Margareta Maria Alacoque dan Wilayah Rohani St. Filipus Rasul pimpinan Bp. Yohanes Lapik, Pelatih/Organis Bp. Itar Manalu, Dirigen Ibu. dr Meidy Lusia Tuju Manalu dan Nn. Maria Ayu. Perayaan Ekaristi berjalan lancar dan hikmat, semuanya itu berkat kerja sama semua pihak, umat dan seluruh petugas liturgi. Pastor Jimmy Tore Pr dalam khotbahnya selain menjelaskan arti Kenaikan Yesus ke Surga, juga menjelaskan peranan Maria dalam Karya keselamatan yang dikerjakan Allah bagi umat manusia. Ditegaskan bahwa Yesus yang naik ke surga tidak berarti bahwa Ia meninggalkan dunia ini, melainkan Ia tetap ada dan hadir untuk mendampingi dunia dan manusia.
Para murid dalam melaksanakan wasiat Yesus “pergi dan menjadikan semua bangsa murid-Nya dan membaptis mereka dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus dan mengajarkan mereka untuk melakukan segala sesuatu yang telah diperintahkan Yesus”. Lebih lanjut Pst. Jimmy menambahkan bahwa, Yesus naik ke surga untuk menyediakan tempat bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya; agar mereka yang menaruh pengharapan kepada-Nya boleh kembali disatukan bersama dengan Bapa. Menutup khotbahnya Pst. Jimmy mengatakan bahwa “Melalui Maria orang dapat datang kepada Yesus, Per Mariam ad Jesum“.
Di mana ada mata di situ ada cinta kasih. Jumlah umat yang hadir di luar perkiraan KBK yang menyiapkan tempat upacara. Kursi yang disediakan hanya 300 buah,ternyata umat yang hadir lebih dari 500 orang. Selama perayaan ekaristi cuaca mendung, pada akhir perayaan ekaristi turun hujan walaupun tidak lebat. Namun umat tidak bergeming sedikit pun tetap khusuk mengikuti Perayaan Ekaristi sampai selesai, dengan keyakinan bahwa Bunda Maria tetap memberikan perlindungan dan memberikan cuaca yang baik untuk merayakan Kenaikan Putranya ke surga.. Usai Misa, umat berkumpul kembali di halaman pastoran Donggala untuk makam bersama.Sesudah makan bersama, umat meninggalkan Stasi Donggala untuk selanjutnya ke Palu, tetapi banyak juga yang berwisata ke pantai.
Gabriel Setto