Merenungkan Sabda
Jumat, 07 Juni 2024
HR. Hati Kudus Yesus
(Hos.11:1.3-4.8c-9, Ef.3:8-12.14-19, Yoh.19:31-37)
Saya yakin dari antara kita belum pernah ada yang melihat hati yang sesungguhnya. Karena belum pernah melihat bentuk yang sesungguhnya maka kita menggunakan simbol yang umum untuk mewakilinya, yaitu sebentuk Cinta/Love. Lalu diungkapkanlah berbagai macam ungkapan sehubungan dengan hati untuk menggambarkan karakter seseoang yang lahir dari hatinya. Kalau orang yang memiliki sifat yang baik, penyayang dan suka membantu maka kita katakana orang itu “berhati emas”. Kalau seseorang suka mengampuni dan tidak menyimpan dendam, tidak pemarah maka kita akan mengatakan sungguh dia “berhati mulia”. Orang yang suka memberi tanpa menghitung-hitung nilai permeberiannya maka kita memberi sebutan “murah hati”. Ketika bercakap-cakap dengan teman-teman kita atau orang yang dekat dengan melibatkan perhatian dan empati yang dalam, maka kita akan mengatakan “percakapan dari hati ke hati”. Apabila kita berkata, “milikilah hati “, berarti kita meminta seseorang agar lebih menggunakan perasaan dan belas kasih dari pada menggunakan pikiran.
Hati/jantung juga boleh dijelaskan dalam pelbagai aspek. Dari segi psikologi , hati itu dilihat sebagai pusat emosi dan perasaan. Dari segi moral, hati adalah puncak kebaikan atau kejahatan, kerana dari hati mengalirlah kata-kata dan tindakan, entahkan kata dan tindakan itu baik atau buruk. Dalam bahasa alkitabiah, ‘hati’ menunjukkan pusat orang di mana sentimen dan niatnya berdiam.
Hari ini kita merayakan Hari Raya Hati Kudus Yesus. Kita juga tidak pernah melihat Hati Yesus yang Kudus. Kita hanya dapat melihat symbol dari Hati Kudus Yesus. Simbol Hati Yesus berbeda dengan gambaran umum dari hati. Seperti yang terlihat dalam berbagai macam patung atau gambar, hati Yesus terlilit atau terlingkar dengan duri dan api yang bernyatal yang turut memancarkan cahaya. Bagi orang yang tidak mengerti arti symbol ini, Hati Yesus ini terlihat menyedihkan karena dilingkari duri dan terbakar api. Tetapi inilah kekhasan dari hati Yesus; satu-satunya hati yang tergambar demikian. Tidak ada hati lain yang digambarkan seperti hati Yesus, yang terikat duri dan memperlihatkan api dan Cahaya. Dari gambaran inilah kita melihat hati Yesus yang sungguh khas dan luar biasa. Hati yang terbakar dengan kasih, berseri-seri dengan kasih dan yang terluka karena kasih. Gambaran Hati Yesus memperlihatkan Gambaran sesungguhnya dari hati orang yang sungguh mencintai, yang terbakar dan terluka karena mencintai manusia. Yesus memang akhirnya mengungkapkan cintanya kepada manusia dengan jalan mengorbankan hidupNya demi keselamatan kita manusia. Untuk itulah hatinya digambarkan dengan diikat duri dan lain waktu dilukiskan dengan hati yang terluka karena ditombak.
Ada sebuah cerita tradisi yang berkembang tentang prajurit yang menikam lambung Yesus dengan tombak. Waktu itu, kebiasaan orang Romawi saat menyalibkan penjahat adalah membiarkannya terus tergantung sampai ia meninggal. Bahkan, dibiarkan sampai mayatnya dimakan burung bangkai. Namun itu berarti akan makan waktu berhari-hari. Sementara hari penyaliban Yesus, adalah hari Sabat istimewa. Maka orang Yahudi meminta Pilatus agar mempercepat kematian para terhukum. Salah satu caranya adalah dengan mematahkan kaki mereka, hingga mereka tak sanggup meluruskan tubuh dan tak bisa bernapas. Bersyukur, tentara Romawi tidak mematahkan kaki Yesus. Tapi, mereka meyakinkan bahwa Yesus benar-benar mati dengan menombak lambung-Nya.
Konon, Gaius Cassius Longinus (nama sang prajurit) menghunus tombaknya dan bergegas naik ke bukit karang di mana Salib ditinggikan, berhenti tepat di antara salib penyamun, lalu menikamkan tombak dalam-dalam ke lambung kanan Yesus hingga ujung tombak menembusi hati Yesus dan muncul di sisi kiri. Dari lambung Yesus yang menganga memancarlah darah dan air. Darah dan Air dari Tubuh Tuhan muncrat membasahi wajah dan sekujur tubuh Longinus. Matanya yang juling tersiram Darah Yesus dan seketika itu secara ajaib menjadi sembuh. Longinus lalu meloncat dari kudanya, dengan gemetar ia jatuh berlutut, memukuli dadanya, dan menyatakan rasa penyesalannya. Ketika beberapa saat kemudian gempa bumi mengguncang bukit Golgota; Longinus dengan penuh keyakinan bersaksi: “Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah.” (lih. Mat 27:54).
Lambung Yesus yang ditikam dengan tombak dan mengucurkan darah dihayati sebagai darah penghabisan sekaligus darah penghidupan. Darah penghabisan menyatakan bahwa puncak pengorbanannya dituntaskan di kayu salib Golgota. Ia sungguh-sungguh telah wafat. Sedangkan darah penghidupan dimaksudkan sebagai darah yang dicurahkan untuk menghidupkan manusia yang telah mati akibat dosa. Itulah darah penghidupan dan penebusan. Berkat darah Kristus manusia yang telah mati karena dosa kini ditebus dan hidup kembali.
Perayaan hari ini mengingatkan kita semua, umat beriman, untuk mengimani kasih Yesus dan berusaha mengambil bagian dari kasih Yesus sebagaimana diungkapkan oleh Rasul Paulus: “…. betapa lebar dan panjannya, betapa tinggi dan dalamnya kasih Kristus; juga supaya kamu dapat mengenal kasih Kristus itu, sekalipun melampaui segala pengetahuan” (Ef.3:18-19). Jika kita mengambil bagian dari kasih Kristus ini, dapatkan kita gambarkan kasih yang kita miliki dengan bentuk gambar hati tertentu? Kalau Hati Yesus digambarkan dengan Hati yang tertusuk tombak, dilingkari mahkota duri dan dikelilingi dengan api yang menyala. Bagaimana dengan gambar hati kita?
Dapatkah kita menggambarkan hati kita seperti Hati Yesus? Mungkin tidak ada yang berani menggambarkan hatinya seperti gambar Hati Yesus. Adakah hatinya yang dilingkari dengan api yang bernyala-nyala, karena cintanya yang menyala-nyala kepada sesamanya? Atau hati yang luka karena berkorban? Mungkin ada hati yang remuk karena sering dan selalu ‘patah hati’. Atau hati yang bermawarna gelap karena hatinya gelap atau dikatakan ‘buta hati’. Ada mungkin yang melukiskan hatinya tercabik, keriput, atau tergores karena sering melukai hati sesamnya. Mungkin ada yang melukiskan hatinya yang kerdil karena hanya suka dicintai tetapi tidak mau memberi kasih. Ada yang menggambarkan hatinya hanya setengah, karena selalu mengasihi hanya setengah- setengah hati. Mungkin ada yang hatinya terkurung atau terbungkus di satu kontak karena hatinya tidak mampu mengasihi dan tidak pernah mau terbuka terhadap sesamnya, cintanya hanya untuk dirinya dan keluarganya. Mungkin juga ada yang menggambarkan hatinya seperti batu, karena “keras hati”. Dan banyak Gambaran hati lainnya, tergantung dari kita bagaimana menggambarkan bentuk hati kita masing-masing.
Perayaan ini mengajak kita semua menimbah rahamat kasih yang sudah diungkapkan Yesus melalui penyerahan diriNya di kayu salib. Paus Benediktus XVI pernah mengatakan: “berlatih devosi kepada Hati Kudus Yesus Kristus berarti memuja hati yang, setelah mencintai kita sampai akhir, ditusuk oleh tombak dan dari atas kayu salib dicurahkan darah dan air, sumber kehdupan baru yang tidak ada habisnya.” Kita berdoa semoga Hati Yesus tercurah atas hati kita supaya kita memiliki hati seperti Dia. Dimuliakanlah Hati Kudus Yesus di seluruh dunia, kini dan sepanjang masa. Amin.
AMDG. Pst. Y.A.
St. Ignatius, Manado