
Setiap hari kita hidup dalam dunia yang penuh dengan keinginan materi. Banyak dari kita mungkin pernah merasa bahwa kebahagiaan dapat dicapai melalui memiliki lebih banyak harta, jabatan, atau status sosial. Namun, Injil hari ini mengajarkan kita sebuah kebenaran penting: hidup yang sejati tidak ditentukan oleh kekayaan atau hal-hal duniawi. Hari ini, kita akan merenungkan ajaran Yesus mengenai ketamakan dan bagaimana kita dapat menumbuhkan kehidupan yang tidak bergantung pada materi, tetapi pada iman dan kasih.
1. Memahami Arti Ketamakan: Ketamakan adalah dorongan dalam diri seseorang untuk selalu ingin lebih, lebih dari apa yang dibutuhkan atau diinginkan. Ketamakan sering kali berfokus pada hal-hal materi seperti uang, rumah, mobil, atau benda-benda mewah. Namun, ketamakan juga dapat mencakup keinginan akan kekuasaan, popularitas, atau pengaruh sosial. Dalam konteks rohani, ketamakan adalah dosa karena menjauhkan kita dari kepuasan dalam Tuhan dan membentuk kita menjadi individu yang terus-menerus haus akan lebih banyak hal duniawi.
Apa yang salah dengan ketamakan? Masalah utama dengan ketamakan adalah bahwa ia menempatkan harta duniawi di atas segalanya. Seseorang yang tamak sering kali tidak mampu menikmati atau menghargai apa yang telah dimilikinya. Lebih dari itu, ketamakan bisa memicu perilaku yang tidak etis, seperti ketidakadilan, penipuan, atau bahkan kekerasan demi mendapatkan lebih banyak.
Sebagai contoh, kita melihat dalam masyarakat modern bagaimana ketamakan menyebabkan orang rela merusak lingkungan, memanipulasi orang lain, atau menimbulkan ketidakadilan sosial. Banyak konflik terjadi karena adanya ketamakan yang tidak terkendali.
2. Bahaya Ketamakan dalam Kehidupan Rohani: Dalam pandangan iman Kristen, ketamakan bukan hanya masalah etis atau sosial, tetapi juga masalah spiritual. Ketamakan bisa memisahkan kita dari Tuhan. Bagaimana itu terjadi? Orang yang tamak cenderung menggantungkan kebahagiaan dan makna hidupnya pada materi, alih-alih pada hubungan dengan Tuhan. Ketika kita mengutamakan harta duniawi, kita secara tidak langsung mengatakan bahwa Tuhan bukanlah yang terutama dalam hidup kita.
Yesus mengingatkan kita bahwa kekayaan duniawi tidak dapat membawa kita kepada keselamatan. Dalam Markus 10:25, Yesus berkata, “Lebih mudah seekor unta masuk melalui lubang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.” Ini bukan berarti orang kaya tidak bisa diselamatkan, tetapi peringatan agar kita tidak terlalu terikat pada harta duniawi hingga melupakan keselamatan yang ditawarkan Tuhan.
3. Berjaga-jaga Terhadap Ketamakan: Yesus menggunakan kata “berjaga-jagalah” sebagai bentuk peringatan keras. Ini berarti ketamakan dapat dengan mudah masuk ke dalam hidup kita tanpa kita sadari. Mungkin kita mulai dengan keinginan yang sederhana, seperti ingin memiliki rumah yang lebih besar atau mobil yang lebih mewah, tetapi kemudian keinginan tersebut bisa berkembang menjadi obsesi yang tidak sehat. Ketamakan adalah jebakan yang bisa merusak kehidupan rohani kita secara perlahan.
Oleh karena itu, kita harus selalu berjaga-jaga dan menjaga hati kita. Salah satu cara untuk melawan ketamakan adalah dengan hidup sederhana dan bersyukur. Ketika kita mengucap syukur atas apa yang kita miliki, kita mulai melihat bahwa apa yang sudah diberikan Tuhan kepada kita adalah cukup. Bersyukur mengalihkan fokus kita dari apa yang tidak kita miliki kepada apa yang sudah kita miliki dan menghargainya.
4. Hidup Tidak Bergantung pada Kekayaan: Kekayaan adalah sesuatu yang bisa datang dan pergi. Tidak ada jaminan bahwa kita akan selalu memiliki harta yang kita miliki sekarang. Namun, hal yang tidak pernah berubah adalah kasih Tuhan kepada kita. Inilah yang seharusnya menjadi pusat kehidupan kita. Ketika kita menjadikan Tuhan sebagai pusat hidup, kekayaan duniawi menjadi hal yang tidak lagi terlalu penting. Kita tidak akan terikat pada harta duniawi karena kita tahu bahwa hidup kita sepenuhnya bergantung pada kasih karunia Tuhan.
Sebagai orang Kristen, kita diajak untuk mengutamakan harta yang abadi, yaitu hubungan kita dengan Tuhan dan kebaikan yang kita lakukan kepada sesama. Dalam Matius 6:19-20, Yesus berkata, “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi… Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga.” Ini adalah panggilan bagi kita untuk hidup dengan orientasi yang lebih besar, bukan hanya sekadar mengejar keuntungan materi.
5. Mengembangkan Sikap Syukur dan Kepuasan: Melawan ketamakan juga berarti kita harus belajar mengembangkan sikap syukur dan kepuasan dalam hidup kita. Rasa puas bukan berarti kita berhenti berusaha atau bermalas-malasan, tetapi lebih pada sikap hati yang merasa cukup dengan apa yang telah Tuhan berikan. Dalam Filipi 4:12, Rasul Paulus berkata, “Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan… Aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan.”
Kepuasan rohani datang ketika kita menyadari bahwa segala sesuatu yang kita miliki adalah pemberian Tuhan, dan kita tidak perlu mencari kebahagiaan di luar Tuhan. Dengan demikian, kita bisa menjalani hidup yang penuh dengan sukacita, bukan karena kita memiliki banyak harta, tetapi karena kita hidup dalam kasih karunia Tuhan.
Tuhan, ajarkan kami untuk hidup sederhana dan penuh syukur. Tolong kami untuk tidak terjebak dalam keserakahan dan mengalihkan pandangan kami kepada-Mu, yang adalah sumber kebahagiaan sejati. Semoga kami selalu mengejar kekayaan yang abadi, yaitu cinta kasih dan kebijaksanaan dalam Engkau. Amin.
Marilah kita selalu mengingat bahwa hidup ini bukanlah tentang seberapa banyak harta yang bisa kita kumpulkan, tetapi tentang seberapa besar kasih yang bisa kita bagikan. Tuhan menginginkan kita untuk hidup dengan iman yang teguh, hati yang penuh syukur, dan jiwa yang tidak terikat pada hal-hal duniawi. Mari kita selalu mencari harta yang abadi, yaitu kasih Tuhan yang tak pernah pudar.