Merenungkan Sabda
Jumat, 31 Mei 2024
Pesta Maria Mengunjungi Elisabeth, saudarinya.
(Zef.3:14-18a, Luk.1:39-56)
Pengalaman kunjung mengunjungi adalah pengalaman yang indah sebenarnya dan membawa berkat. Hal ini kita bisa saksikan bangaiman pengalaman kunjungan Maria kepada saudarinya Elisabeth. Reaksi pertama Elisabet Terkejut dan kemudian memberikan seruan pujian kepada Maria: “diberkatilah Engkau di antara semua wanita, dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?” Elisabeth meresa terberkati, karena dikunjungi Maria wanita terbekati yang baru saja dikunjungi Malaikat Gabriel, dan memperoleh tugas sebagai Bunda Tuhan. Maka Elisabeth penuh sukacita, bahkan buah rahimnya pun melonjok kegirangan. Kita bisa bayangkan bagaimana suka cinta seorang Elisabeth yang mendapat kunjungan. Kalau Maria membawa Tuhan berarti ada karya penyelematan agung dari Tuhan. Maria pun tidak kalah suka citanya bisa berjumpa dengan saudarinya yang juga mengandung Nabi yang akan mendahului Putranya, sebagai Mesias. Maka pujian dalam bentuk Magnifikat terucap dibibirnya.
Perjumpaan orang-orang yang terberkati membawa kegembiraan. Kegembiraan itu terjadi karena masing-masing saling berbagi berkat, entahkah doa ataupun apa yang ada pada diri mereka. Kehadiran sendiri sudah merupakan suka cita dan berkat untuk mereka berdua. Kita ingat Paus Fransiskus pernah mengatakan, Perjumpaan adalah komunikasi yang otentik dan tidak tergantikan dengan alat komunikasih secanggih apapun. Perjumpaan langsung akan melibatkan seluruh kepribadian manusia: Pikiran, perasaan, hati, budi, emosi dan juga kontak fisik secara langsung. Kalau melibatkan seluruh kepribadian manusia, siapa yang tidak merasa bersuka cita.
Untuk mengalami suka cita Maria dan Elisabeth inilah, kita selalu mengadakan kunjungan ziarah, baik ziarah paroki, maupun ziarah antar keluarga di wilayah-wilayah rohani. Kita ingin berbagi suka cita, rahmat dan berkat. Apakah ada orang yang mau menolak kunjungan yang membawa berkat seperti ini? Kalau ada yang menolak berarti dia juga menolak berkat dan rahmat dari Allah yang dibawah Bunda Maria.
Ada suatu ungkapan yang bagus, “Janganlah membangun rumahmu dengan tembok tinggi, tetapi bangunlah relasi dengan semangat berbagi”. Romo Mangun Wijaya pernah mengatakan bahwa rumah yang aman bukan karena pagarnya kokok kuat tetapi karena penghuninya suka berbagi dengan tetangga atau sesamnya. Intinya adalah bila ingin hidup aman, maka berbaiklah dengan tetangga di sekitar. Berbaik hati disertai dengan semangat saling berbagi. Kalau ada tumbuhan buah yang berbuah jangan pertama-tama dijual, tetapi berbagilah terlebih dahulu dengan tentangga. Kalau ada syukuran keluarga, ajaklah tentangga untuk datang berdoa dan berbagi berkat rezeki. Kalau demikian maka rumah akan menjadi aman karena tentagga-tetangga sebelah akan memagari, mejaga dan melindungi. Pagar tembok setinggi apapun kalau tidak dekat dan akrab dengan tentangga, akan bisa dijebol oleh maling. Kita juga mengenal istilah keluarga terdekat adalah tentangga kita, kerena merekalah orang-orang yang pertama-tama akan membantu kita dalam suka maupun dalam duka.
Saling mengunjungi dan berbagi sebagaimana yang dilakukan oleh Bunda Maria mengajajarkan kita, bagaiman kita memperoleh berkat dan bagaimana kita membagi berkat. Jika kita saling mengunjungi dan berbagi, berkat kita bukan berkurang tetapi akan bertamah. Mari kita meneladani semangat Bunda Maria dan Elizabeth yang berbagi suka cita dengan saling mengunjngi. Kita berdoa semoga ziarah kita dari rumah ke rumah untuk saling mengunjungi dan mendoakan, akan membawa berkat dan rahmat untuk mereka yang kita kunjungi. Tetapi juga kita yang mengunjungi dikarunia rahmat yang sama. Bunda Maria tidak menutup mata bagi kita yang suka berkunjungan dan mendoakan sesama kita. Dia membagi rahmat yang diterimanya dari Allah kepada kita semua. Bunda Maria doakanlah kami selalu. Amin.
AMDG. Pst. Y.A.
St. Ignatius, Manado