
Hari Orang Sakit Sedunia, yang diperingati setiap 11 Februari, adalah momen penting untuk merenungkan penderitaan, kasih, dan pengharapan bagi mereka yang sedang mengalami sakit, baik fisik maupun mental. Pada tahun 2025, kita diingatkan untuk memperkuat solidaritas dan empati bagi mereka yang lemah dan menderita, serta mengenali panggilan kita untuk peduli kepada sesama, seperti yang diajarkan oleh Yesus.
Tema ini membawa kita kembali kepada teladan Yesus, yang selalu menunjukkan kasih tanpa batas kepada orang sakit, miskin, dan mereka yang terpinggirkan. Ia tidak hanya menyembuhkan tubuh, tetapi juga menyembuhkan jiwa, membawa pengharapan di tengah penderitaan. Dalam Injil, kita melihat bagaimana Yesus dengan penuh kasih mendekati mereka yang dianggap tidak berdaya dan memberi mereka perhatian serta pengharapan.
Dalam hidup ini, penyakit sering kali menjadi bagian dari perjalanan kita. Penderitaan bisa membuat kita merasa tidak berdaya, terisolasi, dan mungkin bertanya-tanya tentang makna kehidupan. Namun, melalui iman, kita diajak untuk melihat sakit sebagai suatu misteri yang dapat membawa kita lebih dekat dengan Kristus. Santo Yohanes Paulus II, pencetus Hari Orang Sakit Sedunia, sering mengajarkan bahwa penderitaan yang disatukan dengan penderitaan Kristus di salib memiliki makna penyelamatan. Bukan berarti kita mengabaikan upaya penyembuhan, tetapi dalam iman, kita diajak untuk menempatkan pengharapan pada Tuhan.

Pada Matius 8:15 _”Maka dipegang-Nya tangan perempuan itu, lalu lenyaplah demamnya. Ia pun bangunlah dan melayani Dia.”_ Dalam ayat ini, Yesus menyembuhkan ibu mertua Petrus hanya dengan sentuhan tangan-Nya. Penyembuhan ini menunjukkan kuasa dan kasih Tuhan yang besar. Yesus tidak hanya memulihkan secara fisik, tetapi juga menyentuh hidup kita secara rohani.
Yang menarik, ibu mertua Petrus langsung bangkit dan melayani setelah sembuh. Ini mengajarkan bahwa setiap berkat dan pemulihan yang kita terima dari Tuhan harus dibalas dengan tindakan syukur, yaitu melayani Dia dan sesama.
Pada Hari Orang Sakit Sedunia 2025 ini, marilah kita memperbarui komitmen kita untuk menjadi pembawa terang dan kasih bagi mereka yang sedang menderita. Dengan merenungkan penderitaan Kristus dan keteladanannya, kita diajak untuk tidak hanya berdiam dalam kesedihan, tetapi juga bergerak menuju tindakan kasih yang nyata. Marilah kita membawa semua yang sakit dalam doa, dan percaya bahwa dalam Kristus, ada pengharapan dan penyembuhan.