Merenungkan Sabda
Senin, 29 Juli 2024
Peringt. Sta. Marta, Maria dan Lazarus.
(1 Yoh.4:7-16, Yoh.11:19-27)
Sebuah Dekrit dari Kongregasi Ibadat Ilahi yang ditandatangani oleh Kardinal Robert Sarah, ketua Kongregasi, mengatakan bahwa Paus Fransiskus telah menyetujui penetapan peringatan untuk Marta, Maria dan Lazarus.
Paus menetapkan perubahan itu “setelah mempertimbangkan kesaksian yang mereka (Maria dan Lazarus) perlihatkan dalam Injil, ketika menyambut Tuhan Yesus yang datang ke rumah mereka, yaitu mendengarkan Dia dengan penuh perhatian, dan mengimani bahwa Dia adalah kebangkitan dan hidup.” “Marta dengan murah hati dan ramah-tamah menyambut Yesus, Maria mendengarkan perkataan-Nya dengan penuh perhatian, dan Lazarus segera muncul dari kubur atas perintah Dia yang berkuasa mengalahkan maut”.
Tampilnya tokoh-tokoh perempuan, Marta dan Maria, merupakan sebuah kebaruan yang diperlihatkan Yesus. Pada masa itu, peran perempuan sama sekali tidak di perhitungkan. Namun dikisahkan bahwa Marta justru berinisiatif menyambut Yesus. Ketika Yesus berada di rumah mereka, Marta sibuk melayani, dan Maria duduk mendengarkan Yesus. Yang dilakukan Maria sebenarnya kebiasaan pria pada waktu itu: duduk berbicara dengan tamu. Yang dilakukan Marta adalah pekerjaan perempuan: sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk menjamu tamu.
Kehadiran Yesus membawa pembaruan bagi mentalitas lama itu: Ia memberi tempat pada peran perempuan yang setara dengan pria: semua sama haknya dalam hal berbicara, mendengar maupun melakukan pekerjaan rumah tangga. Dengan demikian Yesus juga mengajarkan bahwa baik waktu khusus untuk mendengar Sabda Tuhan maupun untuk melakukan aktivitas pelayanan merupakan dua hal yang tak terpisahkan. Dan keduanya dapat dilakukan baik pria maupun wanita. Dengan kata lain, kita diingatkan bahwa dalam iman Kristiani, dimensi kontemplatif dan aktif merupakan satu-satu kesatuan, jangan dipisah-pisahkan atau dipertentangkan.
Dalam konteks Novena, St. Ignatius mencoba focus pada kehidupan kontemplatif, tetapi Allah tidak menghendaki. Melalui pengalaman jatuh bangunnya menghayati panggilannya, Pelayaran ke Yerulem untuk berkarya di sana tetapi juga diminta kembali dan tidak tinggal di Yerusalem, adalah cara Allah menunjukan karya sesungguhnya untuk St. Ignatius. Sesudah menjalani Studi untuk menjadi imam di Prancis, akhirnya pada tanggal 24 Juni 1537. Dengan alasan tertentu Ignasius mengambil keputusan bahwa satu tahun sesudah menjadi imam, ia tidak akan mempersembahkan misa sambil mempersiapkan diri dan mohon kepada Santa Perawan sudilah kiranya menempatkan dia di samping Putranya.
“Ketika pada suatu hari mereka masih beberapa mil dari Roma, di sebuah gereja, waktu ia sedang berdoa, ia mengalami begitu banyak gerakan dalam hatinya dan melihat dengan begitu jelas bahwa Bapa menempatkan dia bersama dengan Kristus, PutraNya. Ia sungguh tidak berani meragukan bahwa Allah Bapa menempatkan dia bersama dengan PutraNya“ .
Penampakan La Storta ini merupakan puncak peneguhan pelayanan Ignasius. Dalam laporannya Pater Lainez berkata bahwa, “Kristus memanggul salib, menampakkan diri kepada Ignasius; Bapa kekal yang dekat berkata kepada Putra: ’Aku mau Engkau menerima orang ini menjadi pelayanMu.’ Maka Yesus sungguh menerima dia dengan berkata: ’Aku mau engkau melayani kami’“.
Semoga kita semua dapat membangun persahabatan dengan Tuhan beresama tiga bersamudara: Marta, Maria, Lazarus dan St. Ignatius, Pelindung kita. Amin.
AMDG, Pst. Y.A.
St. Ignatius, Manado