Bersyukur di Lotta
Di balik segala rasa syukur dan perayaan sukacita, tentu ada buah-buah refleksi mengenai panggilan imamati. Apa artinya tahun demi tahun Imamat yang dijalani tanpa direfleksikan, tanpa dievaluasi, tanpa diperbaharui? Perjalanan imamat yang tidak dievaluasi adalah sia-sia.
Senja yang indah, bening bersih di langit, cerah ceria di halaman Wisma Lorenzo. Jauh di luar dugaan, ada begitu banyak keluarga dan handai tolan yang hadir. Dalam prosesi ke depan altar, para pastor berbaris teratur, dihantar lagu ‘setangkai bunga bersemi di altar, harum semerbak di seluruh jagat’. Pastor Feighty Boseke, John Karundeng dan Terry melangkah penuh senyum, di antara semua senyum umat yang menyambut dan serentak menghantar mereka ke depan altar.
‘Setangkai bunga bersemi… harum semerbak’… Itulah imamat, itulah kasih karunia Allah, itulah semata kebaikan Tuhan, yang Ia titipkan dan percayakan. Para umat pun seolah tahu dan sehati, mengapa Imam mau merayakan syukur atas imamat mereka. Sebetulnya 30 tahun bukan angka yang lajim dirayakan, tetapi bagi yang bersangkutan setiap angka patut disyukuri. Secara istimewa kami bersyukur atas anugerah imamat yang boleh kami jalani, di tahun-tahun terakhir ini dalam bejana tanah liat yang rapuh. Pastor Feighty yang sudah 15 tahun menjalani imamat ini dengan jantung yang sudah mengalami operasi by pass, pastor Terry yang sudah 10 tahun dengan 4 ring di jantungnya [priest of the ring] dan pastor John yang menanggung keganasan kanker dalam 5 tahun terakhir ini… Maka, benarlah kata pemazmur : 13:6 : Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu. Aku mau menyanyi untuk TUHAN, karena Ia telah berbuat baik kepadaku.
Sungguh dialami bahwa imamat ini adalah kasih Tuhan semata, adalah kesetiaan Tuhan di atas ketidaksetiaan kami, anugerah hidup imamat sungguh membuat kami bernyanyi dan bersorak-sorak.
Imamat menurut 2Tim1:1-12 dan Mat 28:16-20
Apa arti imamat? Pertama, imamat adalah kasih karunia Allah semata, tanpa satupun hak dari kami; imamat adalah sebuah tanggung jawab untuk keluar dari diri, untuk pergi, menunaikan misi Allah sendiri : mewartakan, mengajar, membaptis, sebagai imam, nabi dan raja. Imamat adalah panggilan kudus, dari Allah, bukan karena kebaikan kami.
Kedua, imamat adalah pencurahan Roh Kudus, penyerahan kuasa Kristus Imam Agung kepada orang-orang yang berkenan kepadaNya, yang disampaikan melalui penumpangan tangan oleh pimpinan Gereja. Imamat membawa dalam diri para imam bukan roh ketakutan, tetapi roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. Benar, imamat ini perlu dijaga, dipelihara, dikembangkan terus menerus, sampai hari akhir.
Ketiga, imamat perlu didoakan, sebagaimana Paulus, sang pentahbis Timoteus, atas nama Tuhan dan Gereja telah mengangkatnya untuk jabatan ini. Paulus mendoakan Timoteus, siang dan malam. Serentak imamat adalah panggilan untuk memuliakan Tuhan, sesuai arti nama Temotheos : memuliakan Tuhan. Maka, doa adalah mutlak untuk imamat; doa menjamin kepenuhan sukacita sakramen imamat itu sendiri.
Keempat, imamat perlu dijalani dengan berani, tanpa rasa malu, juga tanpa takut menderita. Imamat tak lepas dari salib, dari kurban, dari derita.
Imamat, tidak pernah lepas dari tangan Allah. Dalam segala hal, injil sendiri akan menjadi kekuatan para imam. Seorang imam tahu kepada siapa ia percaya, ia tahu siapa yang akan memelihara dia, hingga pada hari Tuhan.
Ulang tahun imamat, kesempatan membaharui ‘perjanjian dengan Allah’
Tiga puluh tahun mengajar kami untuk lebih rendah hati, bersandar pada Allah saja, sambil bersyukur atas perhatian dan kemurahan hati umat Allah yang kami alami. P. Feighty masih menyadari apa yang ia ungkapkan pada Tuhan terpesona oleh tawaran panggilan Allah ini : ‘Dari diriku sendiri, aku telah mati, Tuhan… tetapi di dalam Engkau, yang memanggilku, aku hidup”. P John juga, kendati tubuhnya sudah dicabik-cabik pisau bedah, kendati kekuatan fisik yang ia andalkan dulu telah melemah, ia tetap berseru ‘inilah aku Tuhan, utuslah aku’. Dan, p. Terry sendiri, masih seperti yang dulu, ketika sesudah melewati tahun-tahun kritis panggilan 30 tahun lalu, berujar ‘Tuhan saja cukup’.
P Feighty mengakui betapa persahabatan, persaudaraan, pertemanan yang dibina di Seminari Pineleng dahulu, begitu kuat menunjang imamat itu, sampai saat ini. Serentak juga ada banyak kenangan manis maupun pahit yang ternyata telah menjadi satu adonan yang menunjukkan betapa dalam diri teman-teman baik terpatri kasih imamat yang kokoh serentak indah. P John mengakui, jiwa Paulus, jiwa Yeremia, jiwa Yesaya ada dalam dirinya, yang membuatnya berkobar dan maju penuh keberanian dan kekuatan. Ia kini menerima dan mengakui ternyata saya juga lemah di hadapan Tuhan, sehingga sakit dan derita selama ini dirangkulnya, diterimanya sebagai tanda cinta khusus dari Tuhan dan dengan lembut ia mau menerimanya dan menanggungnya. P Terry sendiri, mengakui, kendati jatuh bangun, kendati diberi banyak kesempatan dan pengalaman menjalankan imamatnya di sana sini, bahwa Tuhan saja cukup. Ada pengalaman pahit, ada krisis, ada pergolakan, ada dosa dan salah, tetapi, sambil mengutip sebuah lagu populer romantik, ia yakin, di 30 tahun imamatnya ini Tuhan berkata padanya : Aku mau mendampingi dirimu, Aku mau cintai kekuranganmu; apapun terjadi, Kujanjikan Aku ada…
Imamat adalah perjanjian dengan Allah dan umat Allah/Gereja. Sebuah pembaharuan selalu mengandung harapan baru, mengungkapkan iman yang tak goyah apapun yang terjadi, memaklumkan kesiap-sediaan terus berada di tangan Tuhan sang empunya imamat itu, dan melangkah baru melayani dan mengabdi umat Allah.
Doa : bentuk cinta imam dan umat yang terindah dan tak usah tergantikan
Pastor John Montolalu mengajak semua imam dan umat mendoakan doa khusus bagi para imam. Seperti Paulus, mendoakan para imam siang dan malam, umat Allah mendoakan mereka, karena anugerah ini perlu dijaga, dipelihara dan dikembangkan, agar kuasa Allah terus melimpah dan memenuhi mereka saja, agar yang fana dan sia-sia dari dunia ini tidak mengganggu dan membuai mereka.
Doa yang setia oleh Gereja, doa yang penuh kasih oleh umat Allah, membawa para imam selalu kembali pada perjanjiannya dengan Tuhan dan GerejaNya. Doa, saling mendoakan antara imam dan umat, haruslah menjadi bentuk ungkapan cinta paling sejati dan yang tak tergantikan oleh ke dua belah pihak. Imam tidak memerlukan ungkapan cinta lain yang lebih indah dari doa yang penuh kasih. Semoga, umat, keluarga-keluarga juga ikut dibaharui oleh perayaan syukur ini, sebab panggilan mencintai dalam keluarga, adalah juga anugerah Allah, yang perlu dijaga dan dikembangkan, serta dirawat dalam doa.
Kepada kasih setia-Mu kami percaya, hati kami bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu. Kami mau menyanyi untuk TUHAN, karena Ia telah berbuat baik kepada kami.
P. Terry Ponomban pr