Minggu 28 Mei 2017,
Pekan Paskah VII: Kis.1:12-14; 1Pet.4:13-16; Yoh.17:1-11.
Sepertinya Yesus memang benar-benar telah mempersiapkan para muridNya dengan mantap. Sesudah pengangkatanNya ke surga, para murid kembali ke Yerusalem. Mengapa mereka mau kembali ke Yerusalem? Bukankah di kota itu Yesus Sang Guru mereka telah dibunuh dengan sangat kejam? Apakah mereka tidak takut akan mengalami nasib yang sama dengan Guru mereka? Pada awalnya mereka memang takut sampai-sampai mereka harus mengunci pintu dan jendela rapat-rapat, tetapi masa ketakutan itu sudah berlalu. Yesus yang bangkit benar-benar telah mengubah mereka menjadi pribadi-pribadi yang tangguh.
Sambil menantikan Roh Kudus yang dijanjikan oleh Yesus, para murid kembali berkumpul, mereka tidak lagi mengambil jalan sendiri-sendiri. Janji dari Yesus telah menghantar mereka kepada kesadaran bahwa mereka sekarang adalah satu keluarga, mereka adalah satu kawanan, mereka adalah satu anggota. Amat menarik diperhatikan ialah bahwa mereka mendasarkan kasih kekeluargaan itu dalam persekutuan doa. Bersatu sebagai keluarga dalam doa telah membuat mereka berani, telah membuat mereka tidak malu mengaku sebagai murid-murid dari Yesus yang telah diperlakukan secara sangat tidak adil.
Tempat yang mereka pilih di Yerusalem juga sangat khas, mengingatkan mereka akan perjamuan malam terakhir bersama dengan sang Guru. Di tempat inilah mereka menerima wejangan istimewa sebagai wasiat terakhir dari Yesus. Kali ini Yesus mengingat mereka dalam doa. Mereka pasti masih sangat ingat isi doa Yesus itu karena peristiwa itu terjadi belum terlalu lama. Mereka pasti mendengar isi doa itu, gemanya masih sangat jelas terngiang-ngiang. Mereka pasti masih bisa mengalami keakraban yang tercipta pada malam ketika mereka didoakan oleh Yesus, keakraban antara Bapa-Yesus-para murid. Yesus mengajar mereka bukan lagi dengan serangkaian nasehat ini dan itu, melainkan dengan doa dan mereka diikutsertakan di dalam pengalaman itu.
Yesus memohon agar Bapa mendampingiNya pada saat-saat terakhir hidupNya. Yesus tidak meminta mundur dari nasib mengerikan yang akan dialamiNya. Yesus tidak minta diselamatkan dari orang-orang yang membenciNya. Yesus bahkan meminta kepada BapaNya agar membiarkan diriNya mengalami siksa dan derita itu. Inilah yang dimaksud ketika Yesus meminta agar Bapa memuliakan diriNya sebagai Putera, tidak lain agar agar Bapa membiarkan Sang Putera untuk memperlihatkan kebesaran hatiNya dalam menjalani penderitaanNya nanti. Hal ini semua perlu terjadi agar dunia tertebus dari kekuatan-kekuatan jahat. Yesus mau memperlihatkan kepada dunia yang masih berada di bawah kekuasaan kegelapan bahwa BapaNya yang mahakuasa tidak akan mundur dan melupakannya. Yesus mau memperlihatkan kepada dunia bahwa setelah segala sesuatu terjadi dunia tetap akan didatangi dan dibawa kembali kepada Sang Terang.
Don STop