Kematian Yang “Diperlukan”

            Kematian Yesus menjadi puncak rangkaian derita maha berat. Inilah bentuk paling kongkrit dari ekspresi Kasih dan solidaritas Allah pada manusia. Yesus, Allah menjadi manusia dan Imanuel, Allah beserta kita menunjuk betapa Allahpun merasakan penderitaan dan kematian sebagaimana dialami manusia. Ketaatan Yesus sampai mati di salib sungguh diperlukan untuk kebangkitan dan menjadi inspirasi dan keteladanan bagi manusia: “Aku telah memberikan teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu” (Yoh. 13: 15, 17).

Kebangkitan Sesudah Kematian

            Yesus membuka harapan baru akan Hidup kekal. Sesudah derita dan kematian, Ia bangkit. KebangkitanNya menjadi petunjuk jelas bahwa Allah tidak membiarkan manusia dikalahkan dosa dan maut. Hidup manusia tidak berhenti di liang kubur tetapi berlanjut ke hidup surgawi. Seandainya Yesus tidak bangkit, Maut akan menjadi puncak hidup kita. Karena Diapun tidak dapat berbuat apa-apa di hadapan kematian. Tetapi sesudah kematian, Yesus dibangkitkan Bapa. Ia diangkat menuju kemuliaan kekal. Ia memutus rantai dosa dan kematian lewat kematianNya. Ia menebus umat manusia yang dikuasai dosa dan Maut.

Keluarga Bangkit perlu “Belajar untuk Mati”

Kebangkitan Yesus dari antara orang mati harusnya memberi inspirasi bagi umat beriman terlebih bagi keluarga-keluarga. Keluarga dibentuk oleh seorang pribadi pria dan seorang pribadi wanita yang berbeda. Perbedaan karakter, keinginan, selera, cita-cita dan lain-lain menjadi tantangan membangun kesatuan dan kebersamaan. Karena itu setiap anggota keluarga perlu “belajar untuk mati”. Mematikan egoisme, semangat cinta diri, keangkuhan, kesombongan dan kemunafikan. Belajar dari Yesus yang memberi diri sampai mati karena cinta, Keluarga-keluarga juga perlu memberi diri seutuhnya karena cinta. Kalau ungkapan kasih ini terjadi maka aka nada kebangkitan terus-menerus dalam keluarga.

Keluarga Mulia bangkit bersama Kristus

Keluarga-keluarga dan setiap orang beriman yang memberi diri sepenuhnya sambil menyangkal diri atas dasar kasih, kiranya akan bangkit mulia bersama Kristus. Kristus dibangkitkan Bapa karena taat dan bersedia untuk mati. Keluarga-keluarga dan seluruh umat beriman kiranya boleh fokus pada usaha memberi diri bukan menuntut pemberian, belajar melayani bukan menuntut dilayani, belajar membantu bukan menuntut dibantu. Dengan demikian keluarga-keluarga kristiani, di masa Paskah boleh bangkit bersama Kristus sambil menatap hidup berpengharapan dan sukacita.

Po’

MENGHAYATI MAKNA 2

 

Beri Komentar

Silahkan masukkan komentar anda
Silahkan masukkan nama anda di sini