Terima Kasih atas pelayanan selama 27 tahun di Keuskupan Manado. Meski dari Tegal, keturunan Chinese, tetapi ia memberi seluruh diri, bahkan gaya bicaranyapun jadi seperti “orang Manado”, tanda ia sungguh menyatu dengan dengan umat gembalaannya. Ia makan apa adanya. Tak pernah bermasalah dengan menu umat di seluruh wilayah keuskupan. Ia sangat menikmati kebersamaan dengan umat dalam acara-acara yang dengan setia dihadirinya. Ia senang berkeliling dan berkunjung ke kampung-kampung jauh dari pusat keuskupan. Dan ketika kembali, ia akan tampak seperti orang yang mendapat tambahan energi. Tak heran ia sendiri mengatakan “sudah melayani dengan senang”.
Sebagai imam yang ditahbiskannya 12 tahun silam dan sempat menemaninya ketika operasi jantung, secara pribadi saya belajar banyak darinya. Ia memberi inspirasi pertama-tama atas Penyelenggaraan Ilahi. Ia mempercayakan hidupnya pada Tuhan. Karena itu ia sederhana. Ia memelihara barang-barang pribadinya dengan telaten dan setia. Tak heran kalau ia tetap menggunakan barang-barang yang masih tetap terawat meski sudah bertahun-tahun dipakai. Ia apa adanya dan tak lekat akan uang. Bahkan dalam banyak kesempatan ia tidak membawa dompet di sakunya. Ia punya banyak relasi dengan orang-orang terkenal dan kaya raya. Tetapi tak pernah sedikitpun ia memanfaatkan kedekatannya untuk kepentingan pribadi. Bahkan sangat jarang ia memenuhi ajakan orang untuk makan di restoran. Pada hari-hari pemulihan sesudah operasi, satu saat karena miskomunikasi dengan pengurus dapur. Kami tidak disediakan makan malam. Saya menawarkan pergi membelinya. Tapi dengan serius ia mengatakan, tadi masih ada roti 2 potong, kita makan itu saja”.
Ia terbuka, suka mendengar dan sulit menyembunyikan perasaan spontannya. Ia bisa tiba-tiba marah dan mengungkapkan rasa tidak senangnya, meski kemudian disesalinya. Ia terkesan kurang tegas tetapi sebenarnya ia selalu berusaha mengambil keputusan sesudah membuat pertimbangan matang dari pelbagai sisi dan memproyeksikan efek dari setiap keputusannya. Kadang ia dipengaruhi oleh hatinya yang lemah lembut dan berbelas kasih. Karena itu ia selalu menerima orang lain apa adanya. Pintu kerahiman dan pengampunan selalu dibukanya, asalkan orang berinisiatif datang dan berdialog.
Dalam pelayanan pastoral sebagai uskup, ia mendorong semakin berkembangnya peran kaum awam dan dari sekian banyak hal yang tak luput dari perhatiannya, ia concern terhadap aspek missioner dan karena itu ia selalu berusaha tampil sebagai kesaksian tentang gereja kepada dunia.
Mgr. Jos, terima kasih atas pemberian diri dan pelayananmu. Semoga usia panjang dianugerahkan Tuhan agar tetap menjadi pemberi inspirasi bagi banyak orang.
P. Steven Lalu, pr