Pada Hari Minggu Biasa ke-24, Pastor Fransiscus Antonio Runtu memimpin Misa di Paroki Bunda Teresa dari Calcutta, GPI, Minggu 15 September 2024. Dalam homilinya, Pastor Fransiscus menggali makna mendalam dari bacaan Kitab Suci yang menampilkan tokoh-tokoh besar seperti Nabi Yesaya dan Rasul Petrus, serta menghubungkannya dengan tantangan iman di kehidupan sehari-hari.
Mengacu pada bacaan pertama dari Yesaya 50:5-9, Pastor Fransiscus menyoroti keteguhan Yesaya yang siap menerima segala konsekuensi, meski harus menghadapi penderitaan. Yesaya tidak mundur walaupun jalan yang ditempuhnya penuh kesulitan.
“Yesaya menunjukkan bahwa ketika menghadapi tantangan, ia tetap berdiri teguh tanpa mundur. Inilah kekuatan iman yang siap menerima penderitaan demi kebenaran,” jelas Pastor Fransiscus.
Namun, di bacaan Injil dari Markus 8:27-35, Petrus, meskipun memiliki pengenalan mendalam tentang Yesus sebagai Tuhan, masih harus belajar memahami jalan penderitaan yang harus dilalui.
“Petrus punya cara berpikir yang logis. Baginya, Yesus sebagai Allah harus dimuliakan, tapi Yesus menegur keras pandangan ini, ‘Enyahlah iblis!’,” ujar Pastor Fransiscus, menekankan bahwa Yesus mengajarkan prinsip hidup yang berbeda.
Bacaan dari Surat Yakobus 2:14-18 juga tak kalah penting. Yakobus menekankan bahwa iman tanpa perbuatan adalah bohong besar. “Iman sejati harus disertai dengan tindakan nyata. Tidak cukup hanya percaya, tetapi kita harus berbuat berdasarkan iman. Itulah kekhasan Katolinitas,” ujar Pastor Fransiscus. Menurutnya, meskipun tindakan berdasarkan iman sering kali bertentangan dengan kenyamanan dan kebutuhan, tetapi umat dipanggil untuk terus berusaha, bukan menghindar.
Lebih lanjut, Pastor Fransiscus juga mengingatkan bahwa Paroki Griya Paniki Indah, yang baru berusia tiga tahun, memiliki tantangan tersendiri. Komunitas paroki ini dibangun bukan berdasarkan batas-batas wilayah administratif, tetapi berdasarkan kebersamaan dan iman. “Tidak mudah membangun iman bersama, semua butuh pengorbanan,” tambah Pastor Angki sapaan akrabnya. Dia pun, mengutip ungkapan uskup bahwa “indah tapi palsu” bukanlah yang kita cari.
“Yang asli mungkin sulit dan menyakitkan, tapi itu yang sejati dan indah dalam iman,” tukas Pastor Angki seraya menekankan bahwa pengorbanan dalam iman tidak selalu mudah, tetapi itulah yang membuatnya otentik dan bernilai.(Roy)