Ternyata tidak semua talenta harus dikembangkan. Hal ini diungkapkan Pastor Paroki Bunda Teresa Dari Calcutta Griya Paniki Indah (GPI), Petrus Tinangon PR, dalam misa syukur di Wilayah Rohani Santo Valentinus, Sabtu (05/08/2023).
Dalam misa itu Pastor Tinangon saat membacakan Injil Mathius 25:14-30 yaitu “Perumpamaan tentang talenta.” Pastor Petrus kemudian megawali kotbahnya dengan dua kenyataan dalam hidup terkait bacaan kitab suci itu. “Ada orang bilang saya tidak bisa apa-apa, atau, wah saya ini betul-betul tidak punya waktu. Camkan baik-baik, anda bisa berbuat sesuatu. Anda mempunyai waktu. Masalahnya anda tidak memanfaatkannya. Anda menguburkannya ke dalam tanah, lalu anda menyalahkan Tuhan. Seolah-olah Tuhan memberikan terlampau sedikit kepada anda,” ungkap Tinangon.
Lanjutnya, di satu gereja mungkin saja ada ibu-ibu yang memang tidak mendapat talenta untuk menjadi anggota DPP atau menjadi pengurus ini atau itu. “Tapi yang mereka lakukan adalah dengan rajin, tekun dan sabar mengajak, mengundang, mengantar tetangga tetangga mereka ke Misa Hari Minggu atau ikut ibadah dan sebagainya. Betapa Tuhan menghargai apa yang mereka lakukan itu,” paparnya.
Pastor Petrus mengungkapkan talenta itu harus dikembangkan, tetapi ada juga talenta yang lebih baik dikubur. “Talenta itu harus dikembangkan namun, demikian toh ada juga talenta yang bila diberikan kepada anda, lebih baik anda kubur, lebih baik tidak anda kembangkan. Anda tau talenta apa itu? Talenta satu satunya itu adalah menjadi tukang kritik. Langkah yang paling tepat yang anda dapat lakukan adalah segera kubur talenta anda itu. Sebab talenta mengkritik tanpa disertai talenta lain tak ada gunanya. Bila anda cuma bisa mengkritik anda hanya akan merusak,” tukas Tinangon.
Menurutnya, ada orang-orang yang mempunyai talenta dan bakat seperti itu. Amat ahli melihat kesalahan orang lain, amat tepat melihat kelemahan orang lain, kecererangannya adalah mencari cari kekurangan orang lain. “Ini memang bakat yang istimewa, tapi tidak layak dikembangkan. Bukan karena mengkritik itu tidak boleh dan tidak baik. Bukan berarti bahwa kita semua hanya menjadi yes men atau membeo atau membebek. Sama sekali tidak. Menjadi yes men, tidak baik, tetapi menjadi no men juga sama jahatnya. Kita harus mengatakan yang benar itu benar dan yang salah itu salah, tapi jangan hanya mencelah, jangan hanya mengkritik saja,” tandas Pastor Petrus.
Tinangon mengungkapkan, mereka yang mempunyai hak untuk mengkritik hanyalah orang orang yang mempunyai hati yang ingin membantu, bukan kritik asal kritik, bukan kritik untuk kritik tetapi kritik untuk membangun.
“Bagaimana kita tahu bahwa kritik itu membangun atau merusak? Ada sebuah nasihat yang mengatakan demikian. Bila ketika anda mengkritik, hati anda menjadi pedih, baik lakukanlah itu. Tetapi bila saat anda mengkritik hati anda malah menjadi senang walaupun sedikit puas, lega, bangga, merasa jago. Stop! Lebih baik anda diam oleh karena itu berarti anda mengkritik bukanlah untuk kebaikan orang lain, tetapi untuk kepuasan diri sendiri,” tukasnya.
Hal lain yang dapat kita pelajari dari perumpamaan itu menurut Pastor adalah ini ketika orang yang diberi lima dan dua talenta itu berhasil melipat gandakan talenta-talenta mereka ternyata Tuhan itu dia berkata. “Wah hebat sekali kalian marilah sekarang kita pesta dan bikin upacara. Aku akan menyampaikan piagam penghargaan atau lencana. Tuhan itu berkata baik sekali perbuatanmu itu hai hambaku yang baik dan setia engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar, masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan Tuhanmu. Aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar,” ungkapnya.
Menurut Tinangon, tidak ada waktu untuk berhenti, tidak ada kesempatan untuk berhenti, tidak ada cuti untuk orang yang melayani. “Anda tidak dapat berkata, saya sudah 2 tahun atau 4 tahun atau 10 tahun atau 25 tahun atau 50 tahun melayani. Sudah cukup? Tidak. Lima talenta sudah menjadi 10 talenta. Sekarang yang 10 talenta harus menjadi 20 talenta dan yang 20 harus menjadi 40 talenta. Begitu seterusnya. Orang bisa pensiun sebagai anggota DPP. Tapi tidak ada pensiun dalam melayani. Orang bisa berhenti menjadi ketua, tapi tidak ada istilah berhenti dalam melayani. Orang bisa minta cuti sekian lama bertugas, tapi tidak ada cuti dalam pelayanan. Aku akan memberikan kepada mu tanggung jawab dalam hal perkara yang besar. Tidak ada waktu untuk berhenti, tidak ada kesempatan untuk berhenti, tidak ada cuti untuk orang yang melayani,” sebutnya.
Ditambahkan Pastor Tinangon, Tuhan akan jauh lebih senang ketika kita telah berusaha sedapat-dapatnya mengembangkan talenta yang ada pada kita walaupun kecil. “Tuhan pasti akan berkata bukan hasil yang terpenting bagiku paling sedikit engkau telah berupaya sedapat-dapatnya. Rugi atau risiko wajar dalam berusaha. Saudara sekalian, berapa talenta yang Allah berikan kepada anda? 5, 3, 2, 1? Tapi jangan katakan 0,” pungkasnya.
Menurutnya, pertanyaan yang kedua adalah apakan talenta-talenta itu telah anda manfaatkan seoptimal mungkin untuk kemuliaan Tuhan dan berkat bagi sesama atau hanya terkubur dalam dalam tanah?(Roy)