- PF S. Albertus Agung, Uskup dan Pujangga Gereja; Rabu Pekan Biasa XXXII
Bacaan 1 : Keb 6:2-11;Mazmur : Mzm 82:3-4.6-7; Injil : Luk 17:11-19
Bacaan Pertama; Keb 6:2-1
Pembacaan dari Kitab Kebijaksanaan:
Hai para raja yang memerintah orang banyak dan bermegah karena banyaknya rakyatmu, condongkanlah telingamu. Sebab Tuhanlah yang memberi kalian kekuasaan, dan dari Tuhan yang mahatinggilah asal pemerintahan. Ia akan memeriksa segala pekerjaanmu serta menyelami rencanamu.
Sebab sebenarnya kalian hanyalah abdi kerajaan-Nya. Maka kalau kalian tidak memerintah dengan tepat, tidak pula menepati hukum, atau tidak berlaku menurut kehendak Allah, Ia akan mendatangi kalian dengan dahsyat dan cepat.
Pengadilan yang tak terelakkan akan menimpa para pembesar. Memang para bawahan dapat dimaafkan karena belas kasih, tetapi para penguasan akan disiksa dengan kejam.
Tuhan yang mahakuasa tidak akan mundur terhadap siapapun, dan kebesaran orang tidak dihiraukan-Nya. Baik yang kecil maupun yang besar dijadikan oleh-Nya, dan semua dipelihara-Nya dengan cara yang sama.
Tetapi terhadap para penguasa akan diadakan pemeriksaan yang keras. Jadi perkataanku ini tertuju kepada kalian, para pembesar. Hendaknya kalian belajar menjadi bijaksana dan jangan sampai jatuh.
Sebab mereka yang secara suci memelihara yang suci akan disucikan pula, dan yang dalam hal itu terpelajar akan mendapat pembelaan.Jadi hendaklah menginginkan serta merindukan perkataanku, maka kalian akan terdidik.
Demikianlah sabda Tuhan.
Mzm 82:3-4.6-7: R:8a Bangunlah, ya Allah, hakimilah bumi.
*”Berilah keadilan kepada orang lemah dan kepada anak yatim, belalah hak orang sengsara dan orang yang kekurangan! Luputkanlah orang lemah dan miskin, lepaskanlah mereka dari tangan orang fasik.”
*Aku sendiri telah berfirman, “Kamu adalah allah, kamu sekalian adalah anak-anak Yang Mahatinggi. Namun kamu akan mati seperti manusia, dan seperti salah seorang pembesar kamu akan tewas.”
Bait Pengantar Injil 1Tes 5:18: Hendaklah kalian mengucap syukur dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah bagi kalian di dalam Kristus Yesus.
Bacaan Injil: Luk 17:11-19: Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:
Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem, Yesus menyusur perkotaan Samaria dan Galilea. Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh dan berteriak, “Yesus, Guru, kasihanilah kami!” Yesus lalu memandang mereka dan berkata, “Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam.”
Dan sementara dalam perjalanan mereka menjadi tahir. Seorang di antara mereka, ketika melihat bahwa dirinya telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya.
Orang itu seorang Samaria. Lalu Yesus berkata, “Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang tadi? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain orang asing ini?”
Lalu Ia berkata kepada orang itu, “Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan dikau.”
Demikianlah Injil Tuhan.
Renungan: Lupa Daratan
Saudaraku, 10 orang Kusta minta belas kasihan kepada Yesus. Mereka tersingkir, terbuang dan terkucil dalam lingkunga sosial masyarakat. Apalagi Penyakit ini dicap najis dan disebabkan oleh dosa, entah dosa mereka sendiri atau orang tua. Karena itu mereka berjumpa Yesus di ujung kampung. Mereka ada di luar kampung; sungguh terlempar keluar.
Yesus berbelaskasih kepada mereka dan meminta mereka menunjukkan diri kepada Imam. Karena imamlah yang akan membuat pernyataan bahwa mereka sembuh dan sudah boleh kembali bergabung dalam lingkungan pergaulan keagamaan Yahudi dan lingkungan sosialnya.
Sepuluh orang Kusta ini luar biasa. Mereka punya iman yang besar. Ketika disuruh pergi kepada Imam. Mereka belum sembuh. Kalau mereka tidak percaya akan sembuh, pasti mereka tidak akan mengikuti perintah Yesus; untuk apa menghadap imam kalau masih belum sembuh? Tetapi mereka percaya dan bergerak menuju kepada imam. Dalam perjalanan mujizat penyembuhan terjadi. Mereka semua menjadi tahir. Kulit mereka bersih, hati bersorak-sorai. Bisa dibayangkan mereka berjingkrak-jingkrak, menari-nari dan bernyanyi-nyanyi.
Terbayang dalam pikiran mereka, datang kembali menjumpai keluarga, teman-teman yang selama ini tidak diizinkan bergaul dengan mereka. Karena itu mereka berlari-lari masuk kampung untuk mengabarkan berita suka cita bahwa mereka sudah sembuh. Sembilan orang kusta yang disembuhkan pergi bergembira, bersukacita bersama saudara-saudarinya dan lupa kembali kepada Yesus untuk berterima kasih.
Sementara satu orang kusta, seorang Samaria. Seorang yang justru dicap bukan orang beragama yang taat, kembali kepada Yesus untuk berterima kasih. Dia datang tersungkur di kaki Yesus untuk mengucapkan limpah terima kasih.
Saudaraku, Mari belajar berterima kasih dan mengucap syukur seperti orang Samaria yang disembuhkan Yesus dari penyakit kusta ini. Dia tidak lupa daratan. Dia tahu diri. Dia tidak lebur dalam sukacita dan lupa pada Dia yang memberi suka cita dan kegembiraan. Sembilan orang lain, lupa daratan. Lupa diri dan tidak tahu berterima kasih. Mereka lupa siapa yang memberi keselamatan dan suka cita.
Mari berterima kasih dan bersyukur karena Tuhanlah sumber sukacita sejati. Amin.
Pst.steven Lalu, pr