Sabtu 14 September 2024
(Bil.21:4-9; FIp.2:6-11; Yoh.3:13-17); Pesta Pemuliaan Salib Suci
Pada perarakan salib di Jumat Agung dinyanyikan: “Lihatlah kayu salib, tempat penyelamat dunia bergantung.” Kemudian di jawab, “Marilah kita sembah.” Moment ini mengingatkan bagaimana Yesus seorang diri di puncak salib sampai wafat-Nya. Namun di puncak salib itulah lahir keselamatan untuk umat manusia.
Hari ini kita merayakan Pesta Salib Suci. Salib yang bagi orang Yunani dan Yahudi adalah tanda kehinaan dan kebodohan. Namun itulah yang diterima oleh Yesus dalam hidup-Nya. Dia mati di kayu salib. Dalam arti ini memang salib adalah simbol kehancuran. Maka patutlah bersyukur sebab salib bukanlah akhir dari peristiwa Yesus. Dia bangkit dari kematian. Inilah yang memberi arti baru terhadap Salib sebagai tanda iman, harapan dan cinta kasih. Dengan salib itulah Yesus mematahkan kuasa maut dan dosa. Di balik kegelapan salib bersinarlah cahaya Paskah bagi kita.
Kita memaknai salib sebagai tanda keselamatan. Tanda yang selalu kita bawa sebagai kekuatan. Salib menjadi jembatan untuk bertemu dengan Yesus. Di kayu saliblah Yesus menunjukkan kasih-Nya yang besar kepada manusia. Di saliblah Yesus mengajarkan kepada kita bagaimana mengasihi dengan sungguh. Dengan saliblah Yesus menunjukkan sikap pengorbanan yang sejati. Dan di saliblah Yesus menunjukkan penyerahan diri yang total kepada Allah.
Kita yang telah menerima tanda ini patutlah bersyukur. Yesus menunjukkan teladan sejati melalui salib. Mari kita kuat dan setia memikul salib kita yang kecil dan ringan bila dibandingkan dengan salib Yesus. Mari mengemban tanggung jawab dengan tulus dan setia dengan tetap membawa tanda salib. Tanda yang menyelamatkan. (mD)
Ya Yesus, kami menyembah Dikau, sebab dengan salib suci-Mu, Engkau telah menebus dunia. Amin