Minggu 29 September 2024
(Bil.11:25-29; Yak.5:1-6; Mrk.9:38-43.47-48)
Markus dalam Injilnya yang sama yakni dalam bab 9 bercerita tentang peristiwa yang mengagumkan. Dalam ayat 14-29 dikisahkan bahwa murid-murid Yesus tidak berhasil mengusir setan dari seorang anak. Tetapi sebaliknya dalam Injil hari ini dikisahkan seorang yang bukan murid Yesus berhasil mengusir setan.
Reaksi murid-murid Yesus untuk melarang bisa dimengerti yaitu bahwa seorang yang bukan pengikut-Nya dapat mengusir setan. Kenyataannya Yesus tidak memperbolehkan murid-murid-Nya untuk melarangnya. Dengan tegas Yesus berkata: “siapa saja yang tidak melawan kita, ia ada di pihak kita.”
Ketika mereka bertanya: “mengapa kami tidak dapat mengusir roh itu?” Yesus menjawab: “Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan doa. Ternyata pendirian dan sikap yang dimiliki murid-murid Yesus dalam melakukan perbuatan mereka, tidak seperti diajarkan dan diteladani oleh Yesus Guru mereka. Keberhasilan orang yang bukan murid Yesus, dilihat dan dirasakan oleh murid-murid sebagai bahaya bagi status resmi mereka sebagai murid Yesus.
Ternyata status, pangkat, jabatan atau apa pun bentuknya, yang dimiliki seseorang bukanlah otomatis merupakan jaminan atau tanda kesungguhan keberhasilannya. Setiap orang, siapa pun baik resmi sebagai murid Yesus maupun tidak mengenal Yesus, bila ia bersikap dan berbuat seperti yang dilakukan Yesus mereka sungguh berpihak pada Yesus. Yesus tidak marah dan tidak menghalangi bila ada yang bukan murid-Nya namun dapat melakukan kebaikan. “Sesungguhnya siapa saja memberi kamu minum secangkir air oleh karena mau adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan ganjarannya.”
Ternyata untuk sungguh dapat berpihak pada Yesus dibutuhkan kritik diri atau mawas diri. Yesus memang berbicara dalam bahasa yang mungkin menurut orang ‘kasar’ tetapi hal itu dimaksudkan untuk menegaskan sikap-Nya terhadap orang-orang yang menjadi batu sandungan bagi mereka. Namun sebaliknya ketegasan itu mengajak setiap orang untuk membebaskan diri dari kasih egosentris. Kasih diri yang terlalu kuat sehingga hanya berputar mengelilingi dirinya sendiri. Sampai kasih pada sesama dan kepada Allah tidak diperhatikan.
Sikap egosentris yang sangat dalam inilah yang diibaratkan oleh Yesus sebagai tangan, kaki, dan mata yang harus dipenggal, dicungkil, untuk menyelamatkan tubuh agar tetap sehat. Mari kita mawas diri akan banyak tawaran di sekitar kita yang membuat kita lebih mementingkan diri sendiri. Kita sebagai orang Kristiani orang yang telah dibaptis dalam Kristus, harus berani mawas diri. Agama kita sendiri adalah agama yang benar dan baik. Namun pada kenyataannya ada banyak orang yang juga bisa bersikap dan berbuat baik seperti yang diajarkan dalam agama kita, meskipun mereka tidak satu dengan kita. Semoga kita tetap mengusahakan kesatuan dalam kebersamaan dengan tidak egosi, tetapi tetap bersatu dalam kebaikan untuk kehidupan bersama. (AW)
Ya Yesus, ajarilah kamu untuk mawas diri, dan bersikap lemah lembut dan rendah hati agar jiwa kami mendapat ketenangan. Amin