Rabu Pekan Biasa XXIV
Bacaan 1 : 1Tim 3:14-16
Mazmur : Mzm 111:1-6
Injil : Luk 7:31-35
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas: Sekali peristiwa berkatalah Yesus kepada orang banyak, “Dengan apakah akan Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini? Mereka sama dengan anak-anak yang duduk di pasar dan berseru-seru, ‘Kami meniup seruling bagimu, tetapi kalian tidak menari. Kami menyanyikan kidung duka, tetapi kalian tidak menangis.’
Sebab ketika Yohanes Pembaptis datang,
dan ia tidak makan roti, dan tidak minum anggur, kalian berkata, ‘Ia kerasukan setan.’
Kemudian Anak Manusia datang,
Ia makan dan minum, dan kalian berkata,
‘Lihatlah, seorang pelahap dan peminum,
sahabat pemungut cukai dan orang berdosa.’ Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya.”
Demikianlah Injil Tuhan.
Renungan
Membangun Benteng
Benteng dikenal sebagai bangunan bertembok tinggi berkeliling dijaga 24 jam, tempat berlindung dan bertahan. Dari luar tidak tampak ada aktivitas, padahal ada banyak kesibukan di sana. Siapapun yang masuk dan keluar harus diperiksa menurut aturan sang pemimpinnya. Ia juga dilindungi dengan pelbagai persenjataan kuat untuk menyerang musuh-musuhnya. Mereka yang tinggal di dalamnya merasa aman, nyaman, damai tenteram, dengan aturan sendiri dan tidak bergaul akrab dengan dunia luar.
Dalam Injil Yesus mengkritik orang-orang Yahudi sesamanNya yang membangun benteng di dalam diri dan kelompoknya. Mereka menutup diri terhadap kebenaran di luar diri dan mempersalahkan segala hal di luar benteng kebenarannya. Karena itu dengan keras Yesus mengumpamakan mereka bagaikan anak-anak yang duduk di pasar dan berseru “Kami meniup seruling bagimu tetapi kalian tidak menari, kami menyanyikan kidung duka tetapi kalian tidak menangis”. Mereka tidak peduli, nyaman sendiri, bahkan menyerang hal lain di luar bentengnya. Ketika Yohanes datang dengan gayanya, mereka menyerangnya dengan tuduhan “ia kerasukan setan”. Ketika Yesus datang dengan gaya yang sebaliknya mereka menggelariNya “pelahap, peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa”.
Saudaraku, godaan terbesar dalam gaya hidup modern saat ini adalah menyendiri, membangun benteng sendiri, nyaman sendiri, sejahtera sendiri, dan tidak peduli dengan dunia luar. Kebenaran menjadi relatif tergantung kepentingan kita sendiri. Kemudahan yang ditawarkan teknologi makin mengurangi kebutuhan kita untuk keluar dari benteng diri menjumpai sesama. Marilah kita membongkar benteng-benteng diri kita dan peduli pada sesama, apalagi mereka yang menderita dan terbuang. Semoga.