BerandaRenunganRenungan Harian, Rabu 4 Oktober: Merawat Wajah Bumi

Renungan Harian, Rabu 4 Oktober: Merawat Wajah Bumi

Published on

spot_img

Bacaan Liturgi 04 Oct 2017, PW S. Fransiskus dari Assisi, Rabu Pekan Biasa XXVI

Bacaan 1 : Neh 2:1-8
Mazmur : Mzm 137:1-6
Injil : Luk 9:57-62

Bacaan Pertama: Neh 2:1-8
Pembacaan dari Kitab Nehemia:

Pada bulan Nisan pada tahun kedua puluh pemerintahan raja Artahsasta, ketika menjadi tugasku menyediakan anggur, aku mengangkat anggur dan menghidangkannya kepada raja. Karena aku kelihatan sedih, yang memang belum pernah terjadi di hadapan raja, bertanyalah raja kepadaku, “Mengapa mukamu muram, walaupun engkau tidak sakit? Engkau tentu sedih hati.”

Aku lalu menjadi sangat takut. Jawabku kepada raja, “Hiduplah raja untuk selamanya!
Bagaimana mukaku tidak akan muram, kalau kota tempat makam leluhurku telah menjadi reruntuhan dan pintu-pintu gerbangnya habis dimakan api?”Kata raja kepadaku, “Jadi, apa yang kauinginkan?” Aku berdoa kepada Allah semesta langit,
kemudian menjawab kepada raja, “Jika raja menganggap baik dan berkenan kepada hambamu ini, utuslah hambamu ini ke Yehuda, ke kota makam leluhur hamba, supaya hamba ini membangunnya kembali.”

Maka bertanyalah raja kepadaku, sedang permaisuri duduk di sampingnya,
“Berapa lama engkau akan pergi, dan bilamana engkau akan kembali?”
Dan raja berkenan mengutus aku sesudah aku menyebut suatu jangka waktu kepadanya. Maka berkatalah aku kepada raja, “Jika Raja menganggap baik, berikanlah aku surat bagi bupati-bupati di daerah seberang sungai Efrat, supaya mereka memperbolehkan aku lewat sampai aku tiba di Yehuda. Juga sepucuk surat bagi Asaf, pengawas taman Raja, supaya dia memberi aku kayu untuk memasang balok-balok pada pintu-pintu gerbang di benteng Bait Suci, untuk tembok kota dan untuk rumah yang akan kudiami.” Dan raja mengabulkan permintaanku, karena tangan Allahku yang murah melindungi aku.

Demikianlah sabda Tuhan.

Mzm 137:1-6; R:6a: Biarlah lidahku melekat pada langit-langitku, bila aku tidak mengingat engkau.

*Di tepi sungai-sungai Babel, di sanalah kita menangis apabila kita mengingat Sion.
Pada pohon-pohon gandarusa di tempat itu kita menggantungkan kecapi kita.

*Sebab di sanalah orang-orang yang menawan kita meminta kepada kita memperdengarkan nyanyian, dan orang-orang yang menyiksa kita meminta nyanyian sukacita, “Nyanyikanlah bagi kami nyanyian dari Sion!”

*Bagaimana mungkin kita menyanyikan nyanyian Tuhan di negeri asing? Jika aku melupakan engkau, hai Yerusalem, biarlah menjadi kering tangan kananku!

*Biarlah lidahku melekat pada langit-langitku, jika aku tidak mengingat engkau,
jika aku tidak menjadikan Yerusalem puncak sukacitaku!

Bait Pengantar Injil
Flp 3:8-9: Segala sesuatu kuanggap sebagai sampah, agar aku memperoleh Kristus dan bersatu dengan-Nya.

Bacaan Injil: Luk 9:57-62 : Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Sekali peristiwa,
Ketika Yesus dan murid-murid-Nya sedang dalam perjalanan, datanglah seorang di tengah jalan, berkata kepada Yesus “Aku akan mengikut Engkau, ke mana pun Engkau pergi.” Yesus menjawab, “Serigala mempunyai liang, dan burung mempunyai sarang,
tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.”
Lalu kepada orang lain Yesus berkata, “Ikutlah Aku.” Berkatalah orang itu, “Izinkanlah aku pergi dahulu, menguburkan bapaku.” Tetapi Yesus menjawab, “Biarlah orang mati mengubur orang mati; tetapi engkau, pergilah, dan wartakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.” Dan seorang lain lagi berkata, “Tuhan, aku akan mengikuti Engkau,
tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku.” Tetapi Yesus berkata,
“Setiap orang yang siap untuk membajak, tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.”

Demikianlah Injil Tuhan.

Bumi
Menjaga Bumi

Renungan:Merawat Wajah Bumi
Yesus sedang mengarahkan langkah kakiNya ke Yerusalem, hal itu berarti Yesus hendak menjemput maut. Inilah perjalananNya yang terakhir. Di tengah perjalanan, Yesus dan rombongan dicegat oleh tiga orang yang menyatakan kesediaan mereka untuk mengikuti Yesus , malah ada yang menambahkan “ke mana pun Engkau pergi”. Seharusnya Yesus merasa sangat senang ada orang yang mau bergabung dengan kelompok kecil itu.

Namun ternyata Yesus malah memberikan syarat yang cukup berat untuk bisa diterima oleh akal sehat. Kepada ketiga orang yang sangat antusias itu Yesus memberi syarat: Meninggalkan segala jaminan kenyamanan dan keistimewaan, memperjuangkan kerajaan Allah, dan mengarahkan pandangan ke depan secara tegas. Mengapa harus ada syarat yang berat seperti ini? Yesus memahami antusiasme ketiga orang tadi, tetapi mereka tidak tahu apa yang akan terjadi beberapa hari kemudian di Yerusalem. Di sanalah maut menanti. Apakah mereka sanggup menerima kenyataan yang akan terjadi itu? Belum tentu. Itulah sebabnya Yesus membutuhkan kejernihan dan kemurnian hati dan pikiran dari orang-orang yang katanya mau mengikuti Dia.

Cintai Alam
Betapa Ia Mencintai Mahluk Ciptaan Tuhan

St. Fransiskus dari Assisi, yang berasal dari keluarga pengusaha sukses mencoba menanggapi tawaran panggilan Yesus, dan ternyata ia bisa memenuhi tuntutan standar dari penggilan dan perutusan ini. Tak terbilang karya-karya besar yang pernah dibuat oleh orang kudus ini. Ia lebih memilih pola hidup miskin meskipun keluarganya memiliki segala-galanya. Pola hidup yang dipilihnya memberi inspirasi kepada begitu banyak kaum muda untuk mengikutinya.

Iapun mendirikan sebuah komunitas yang berkembang menjadi Ordo Saudara-saudara dina atau OFM dan Ordo Santa Klara untuk mewadahi para pemudi yang hendak mengikuti cara hidup miskin.  St. Fransiskus dari Assisi mendapatkan kesempatan untuk membangun kembali bangunan rohani dan moral yang sempat terkoyak, sama seperti nabi Nehemia yang mendapat kesempatan untuk membangun kembali tembok kota Yerusalem sesudah masa kelam.

Gereja
Basilika Santo Fransiskus di Asisi

Kepada kita masing-masing juga selalu ada tawaran untuk terus menerus membaharui wajah Gereja. Bersama St. Fransiskus kita selalu diajak untuk merawat bumi dan segala isinya, kita selalu diajak untuk menjadi sahabat dan saudara dari alam sekitar kita. (Don STop)

Penulis:

Francesco
Pst.Sheffryo Topit, pr

 

 

Latest articles

Paus Fransiskus kepada Pusat Pendidikan Tinggi Laudato Si: “Mari Kita Lindungi Ciptaan yang Dianugerahkan Tuhan.”

Paus Fransiskus menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Pusat Pendidikan Tinggi Laudato Si' dan mendorong...

Novena Santo Matius Hari ke 7 Wilroh St Matius

Manado - Dalam rangka menyongsong Pesta Pelindung, umat Wilayah Rohani St Matius, Paroki St...

Renungan Harian 20 September 2024: Bersama Yesus

Jumat 20 September 2024 (1 Kor.15:12-20; Luk.8:1-3); Peringatan St. Andreas Kim Tae-Gon, Imam dan Paulus...

156 Tahun Baptisan Umat Katolik Langowan dan Jesuit Sang Penabur Benih Iman

Potret kedatangan Pater Johanes de Vries SJ dan Perkembangan Umat Katolik Langowan

More like this

Renungan Harian 20 September 2024: Bersama Yesus

Jumat 20 September 2024 (1 Kor.15:12-20; Luk.8:1-3); Peringatan St. Andreas Kim Tae-Gon, Imam dan Paulus...

Renungan Harian 19 September 2024: Kasih Mengalahkan Segalanya

Kamis 19 September 2024 (1 Kor.15:1-11; Luk.7:36-50); Pekan Biasa XXIV Karya penebusan Allah terhadap dosa manusia...

Renungan Harian 18 September 2024: Hikmat Allah dan Yang Menerimanya

Rabu 18 September 2024 (1 Kor.12:31-13:13; Luk. 7:31-35); Pekan Biasa XXIV Mungkin di antara kita pernah...