Selasa Pekan Biasa XXVI
Bacaan 1 : Za 8:20-23 Mazmur : Mzm 87:1-7 Injil : Luk 9:51-56
Bacaan Pertama: Za 8:20-23
Pembacaan dari Nubuat Zakharia:
Beginilah sabda Tuhan semesta alam, “Bangsa-bangsa dan penduduk banyak kota masih akan datang. Penduduk kota yang satu akan pergi kepada penduduk kota yang lain dan mengatakan, ‘Marilah kita pergi untuk melunakkan hati Tuhan dan mencari Tuhan semesta alam! Kami pun akan pergi! Jadi banyak bangsa dan suku bangsa yang kuat akan datang mencari Tuhan semesta alam di Yerusalem dan melunakkan hati Tuhan.”
Beginilah sabda Tuhan semesta alam, “Pada waktu itu sepuluh orang dari berbagai bangsa dan bahasa akan memegang kuat-kuat punca jubah seorang Yahudi dengan berkata, ‘Kami mau pergi menyertai kamu, sebab kami telah mendengar bahwa Allah menyertai kamu!” Demikianlah sabda Tuhan.
Mzm 87:1-7: R:Za 8:23 Allah beserta kita.
*Di gunung-gunung yang kudus ada kota yang dibangunkan-Nya: Tuhan lebih mencintai pintu-pintu gerbang Sion daripada segala tempat kediaman Yakub. Hal-hal yang mulia dikatakan tentang engkau, ya kota Allah.
*Aku menyebut Rahab dan Babel di antara orang-orang yang mengenal Aku, bahkan tentang Filistea, Tirus dan Etiopia Kukatakan: “Ini dilahirkan di sana.” Tetapi tentang Sion dikatakan: “Tiap-tiap orang dilahirkan di dalamnya,” dan Dia, Yang Mahatinggi, menegakkannya.
*Pada waktu mencatat bangsa-bangsa Tuhan menghitung: “Ini dilahirkan di sana.”
Dan orang menyanyi-nyanyi sambil menari beramai-ramai: “Semua mendapatkan rumah di dalammu.”
Bait Pengantar Injil: Mrk 10:45
Anak Manusia datang untuk melayani dan menyerahkan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi semua orang.
Bacaan Injil: Luk 9:51-56
Yesus mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:
Ketika hampir genap waktunya diangkat ke surga, Yesus mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem. Diutusnya beberapa utusan mendahului Dia. Mereka itu pergi, lalu masuk ke sebuah desa orang Samaria untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya.
Tetapi orang-orang Samaria di situ tidak mau menerima Dia, karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem. Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata, “Tuhan, bolehkah kami menurunkan api dari langit untuk membinasakan mereka?” Tetapi Yesus berpaling dan menegur mereka, “Kalian tidak tahu apa yang kalian inginkan. Anak Manusia datang bukan untuk membinasakan orang, melainkan untuk menyelamatkannya.” Lalu mereka pergi ke desa lain.
Demikianlah Injil Tuhan.
Renungan: Jangan Panas Bro!
Waduh murid-murid Yesus, si Yohanes dan Yakobus ternyata gampang panas ya. Tersinggung oleh penolakan orang-orang Samaria untuk menerima Yesus tinggal di desa mereka, Yohanes dan Yakobus langsung naik darah dan mengusulkan untuk menurunkan api dari surga menghanguskan desa tersebut.
Kemarahan mereka terlebih karena dipicu permusuhan yang sudah lama antar orang Yahudi dan orang Samaria. Padahal leluhur mereka sama lho. Sama-sama keturunan Yakub.
Dulunya mereka itu satu kerajaan: Kerajaan Israel. Tapi sejak Israel pecah menjadi Kerajaan Utara (Ibu Kota Samaria) dan Kerajaan Selatan (Ibu Kota Yerusalem), mereka mulai bermusuhan.
Ditambah lagi, ketika kerajaan Persia menaklukkan kedua kerajaan tersebut, hanya orang-orang dari kerajaan selatan yang kembali ke tanah Yehuda sesudah pembuangan dan membangun lagi Yerusalem. Sementara orang dari kerajaan utara tidak peduli dengan tanah kelahirannya dan bahkan menjadi kafir mengikuti keyakinan para penjajah mereka. Karena itu orang-orang Kerajaan Selatan yang mayoritas keturunan Yehuda, sangat membenci orang-orang Samaria (Utara). Akibatnya mereka yang dulunya bersaudara tak pernah berhenti saling membenci.
Jangan heran kalau Yakobus dan Yohanes cepat sekali tersinggung karena “Bos-nya” ditolak musuh bebuyutan mereka.
By the way, koq cerita Injil ini mirip-mirip dengan situasi sekarang ya? Sesama saudara yang menyebut diri anak-anak Tuhan tapi saling bertengkar, caci mencaci, saling ingin menghilangkan yang satu dan yang lainnya. Pake medsos lagi!
Sayang ya, yang diteruskan dari kisah Injil, justru permusuhan, bukannya saling kasih mengasihi.
Rupanya, hal ini sudah menjadi penyakit manusia sejak Adam dan Hawa. Saling menuduh, saling mempersalahkan. Kakak adik saling berseteru, siapa yang paling berkuasa dan siapa yang paling benar.
Tidak jarang kisah sedih perselisihan ini terdengar sampai sekarang.
Suatu ketika sewaktu merayakan Misa pada hari Minggu, saya terkejut ternyata dalam intensi doa umat, ada doa yang mirip Yakobus dan Yohanes dalam Injil hari ini (meminta api turun dari surga menghancurkan desa Samaria). Dalam intensi doa, sepuntas tertulis cukup bagus: Ya Tuhan ampunilah mereka yang begitu sombong, membangun pagar pemisah halaman.
Duh, untunglah saya sempat membaca dalam hati doa ini sebelum saya bacakan dalam doa umat.
Setelah dicek, oalah…ternyata masalah kakak beradik yang karena pertengkaran, membangun pagar pemisah halaman mereka….
Sedih juga mendengar pertengkaran sesama saudara. Semoga tidak terjadi dengan kita-kita yang membaca dan merenungkan Sabda Tuhan hari ini.
Orang Manado selalu dengan bangga mengatakan “torang samua basudara”…
Jangan cuma di mulut yaaa.
Memang dalam kisah Injil hari ini, Matius tidak menyampaikan apa yang dikatakan Yesus ketika menegur Yakobus dan Yohanes. Tapi kalau dibahasakan dengan gaya sekarang, mungkin Yesus bilang begini: “Jangan panas bro! Torang masih basudara. Ayo cari tempat lain.”
Bagi kita, bila ada yang dengan kasih mengingatkan kita, “Jangan panas bro! Sabar sajalah….. Tenang sudah…”
semoga ungkapan ini menjadi seperti sapaan Yesus bagi kita, agar tidak terpancing emosi untuk menghakimi atau menghukum sesama saudara kita. Sekalipun berbeda keyakinan, beda pandangan dan berbagai perbedaan lainnya. Teruslah saling mengasihi, tetap menghargai dan mau selalu mengampuni 🙏🙏🙏
Syalom