Jumat Pekan Biasa XXVIII
Bacaan 1 : Rom 4:1-8
Mazmur : Mzm 32:1-2.5.11
Injil : Luk 12:1-7
Bacaan Pertama
Rom 4:1-8: Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma:
Saudara-saudara, apakah yang akan kita katakan tentang Abraham, bapa leluhur kita?
Sebab jika Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka ia mendapat alasan untuk bermegah, tetapi bukan di hadapan Allah.Sebab apa kata Kitab Suci? “Abraham percaya kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.”
Kalau ada orang bekerja, upahnya diperhitungkan bukan sebagai hadiah, melainkan sebagai haknya.Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran.
Demikian juga Daud memuji bahagia orang yang dibenarkan Allah bukan berdasarkan perbuatannya: “Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, dan dosa-dosanya ditutupi. berbahagialah orang yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan kepadanya.” Demikianlah sabda Tuhan.
Mazmur 32:1-2.5.11; R:7 Engkaulah persembunyian bagiku. Engkau melindungi aku sehingga aku selamat dan bergembira.
*Berbahagialah orang yang pelanggarannya diampuni, yang dosa-dosanya ditutupi!
Berbahagialah orang yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan, dan tidak berjiwa penipu!
*Akhirnya dosa-dosaku kuungkapkan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata “Aku akan menghadap Tuhan. Dan mengakui segala pelanggaranku.” Maka Engkau sudah mengampuni kesalahanku.
*Bersukacitalah dalam Tuhan! Bersorak-sorailah, hari orang-orang benar, bersorak-gembiralah, hari orang-orang jujur!
Bait Pengantar Injil: Mzm 33:22 Tunjukkanlah kiranya kasih setia-Mu, ya Tuhan,
sebab pada-Mulah kami berharap.
Bacaan Injil: Luk 12:1-7: Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:
Sekali peristiwa, Berkerumunlah beribu-ribu orang, sehingga mereka berdesak-desakan. Yesus lalu mulai mengajar, pertama-tama kepada murid-murid-Nya, kata-Nya, “Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi. Tiada sesuatu pun yang tertutup yang takkan dibuka, dan tiada sesuatu pun yang tersembunyi yang takkan diketahui. Karena itu apa yang kalian katakan dalam gelap akan kedengaran dalam terang, dan yang kalian bisikkan ke telinga di dalam kamar akan dimaklumkan dari atas atap rumah.
Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku, janganlah kalian takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh tetapi kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Aku akan menunjukkan kepadamu siapakah yang harus kalian takuti. Takutilah Dia yang setelah membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka. Sungguh, Aku berkata kepadamu, takutilah Dia! Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekor pun dilupakan Allah. Bahkan rambut kepalamu pun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit.”
Demikianlah Injil Tuhan.
Renungan: Murid Berharga
Menarik dalam kisah Injil hari ini diceritakan bahwa Yesus menyampaikan pengajaran khusus bagi para muridNya. Bagaikan sang Guru di sebuah sekolah, Yesus mengajar para murid. Tetapi berbeda dengan mengajar di sekolah, di mana para murid duduk rapih mendengarkan sang guru mengajar, Yesus justru mengajar mereka di tengah kerumunan banyak orang, bahkan saat mereka sementara berdesak-desakan. Ini tentu bukan suatu kebetulan. Karena begitulah metode didaktik sang Mahaguru untuk menyatakan pengajarannya bagi para murid. Yesus tahu betul situasi diri para murid pada waktu itu. Mereka sementara “berada di atas angin”. Mereka pernah disanjung oleh banyak orang bahkan oleh Yesus sendiri sesudah kembali dari perutusannya. Mereka pun sementara berbangga karena berjalan di belakang Yesus yang dengan tegas dan keras mengecam orang Farisi dan para ahli Taurat dalam aneka diskusi. Yesus tahu bahwa mereka sementara “berdesak-desakan” dalam bahaya kesombongan yang dapat membuat mereka lupa diri.
Kesadaran Yesus akan bahaya yang sementara dimasuki oleh para murid mendorongNya untuk menegaskan tiga hal ini:
Pertama, Waspadalah! Waspada merupakan sebuah alarm yang mengingatkan bahkan membangunkan para murid agar tetap terjaga dengan situasi kesekitarannya. Yesus ingin agar para murid sadar bahwa mereka sementara “berdesak-desakan” dengan cara berpikir, merasa dan bertindak seperti orang Farisi dan para ahli Taurat. Para murid perlu keluar dengan segera dari keterdesakan itu. Yesus menghendaki agar tidak ada satu pun muridNya yang terbawa arus lingkungan dan peradaban, melainkan tetap kokoh bertahan dalam tugas perutusan dan pelayanan dengan pengorbanan. Para muridNya harus menjadi pewarta yang ulung dalam berpikir, berkata-kata dan bertindak, sehingga kebenaran tidak ditutupi, atau menjadi konsumsi segelintir orang saja, melainkan perlu diwartakan sehingga membawa sukacita dan keselamatan bagi semua.
Kedua, Janganlah takut! Ketakutan adalah ekspresi manusiawi yang kerap muncul saat seseorang menyadari bahwa kekuatan di dalam dirinya tidak lagi sanggup mengendalikan hal-hal yang muncul dari luar dirinya. Yesus ingin agar para murid menyadari bahwa ketakutan justru akan mengaburkan iman. Untuk itu, Yesus memperkenalkan kekuatan Ilahi yang senantiasa sanggup untuk melengkapi kekuatan manusiawi sehingga para murid tidak perlu takut dengan hal-hal duniawi yang hanya “dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi”. “Takutilah Dia yang mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka”. Para murid jangan sampai “berdesak-desakan” dalam ketakutan duniawi yang tidak perlu itu.
Ketiga, Kamu lebih berharga!! Yesus tahu bahwa para murid yang sementara “berdesak-desakan” ini bisa terhimpit, kesakitan, kehilangan harapan, bahkan mundur dan tertinggal. Tidak sedikit orang yang karena merasa didesak-desak lantas menilai dirinya tidak berharga di hadapan sesamanya. Yesus menghendaki agar para murid yang telah dibekali dengan aneka keutamaan, kendati harus berhadapan dengan desakan dunia, tetap memiliki keyakinan di dalam dirinya bahwa dia tidak sendirian, dia tetap berharga.
Saya, kamu dan kita semua dikasihi, dilindungi dan diberkati olehNya. Apapun yang sementara kita alami di dalam pergumulan hidup ini, janganlah putus asa karena sebagai murid kita lebih berharga.