Selasa Pekan Biasa XXXII
(Keb 2:23-3:9; Mzm 34:2-3.16-19; Luk 17:7-10)
Bacaan Pertama: Keb 2:23-3:9; Menurut pandangan orang bodoh, mereka itu mati, padahal mereka menikmati ketenteraman.
Pembacaan dari Kitab Kebijaksanaan:
Allah telah menciptakan manusia untuk kebakaan, dan ia dijadikan-Nya gambar hakekat-Nya sendiri.Tetapi karena dengki setan maka maut masuk ke dunia, dan yang menjadi milik setan mencari maut itu. Tetapi jiwa orang benar ada di tangan Allah, dan siksaan tiada menimpa mereka.Menurutpandangan orang bodoh mereka mati nampaknya, dan pulang mereka dianggap malapetaka, dan kepergiannya dari kita dipandang sebagai kehancuran. Namun mereka berada dalam ketenteraman.
Kalaupun mereka disiksa menurut pandangan manusia, namun harapan mereka penuh kebakaan. Setelah disiksa sebentar mereka menerima anugerah yang besar, sebab Allah hanya menguji mereka, lalu mendapati mereka layak bagi diri-Nya. Laksana emas dalam dapur api diperiksalah mereka oleh-Nya, lalu diterima bagaikan kurban bakaran. Maka pada waktu pembalasan mereka akan bercahaya, dan laksana bunga api berlari-larian di ladang jerami. Mereka akan mengadili para bangsa dan memerintah sekalian rakyat. Dan Tuhan berkenan memerintah mereka selama-lamanya.
Orang yang telah percaya pada Allah akan memahami kebenaran, dan yang setia dalam kasih akan tinggal pada-Nya. Sebab kasih setia dan belas kasihan menjadi bagian orang-orang pilihan Allah.
Demikianlah sabda Tuhan.
Mazmur: Mzm 34:2-3.16-19
R:2a
Aku hendak memuji Tuhan setiap waktu.
- Aku hendak memuji Tuhan setiap waktu; puji-pujian kepada-Nya selalu ada di dalam mulutku. Karena Tuhan jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita.
- Mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada teriak mereka minta tolong; wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat untuk melenyapkan ingatan akan mereka dari muka bumi.
- Apabila orang benar itu berseru-seru, Tuhan mendengarkan; dari segala kesesakannya mereka Ia lepaskan. Tuhan itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.
Bait Pengantar Injil: Yoh 14:23; Barangsiapa mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku. Bapa-Ku akan mengasihi dia, dan Kami akan datang kepadanya.
Bacaan Injil: Luk 17:7-10; Kami ini hamba-hamba tak berguna; kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:
Yesus bersabda kepada para murid, “Siapa di antaramu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu waktu ia pulang dari ladang, ‘Mari segera makan’? Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu, ‘Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum! Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum.’Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena ia telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya?
Demikian jugalah kalian. Apabila kalian telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kalian berkata, ‘Kami adalah hamba-hamba tak berguna; kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan’.”
Demikianlah Injil Tuhan.
Renungan: Yesus Tuanku, aku hambaMu
Di suatu tempat yang saya kunjungi, saya tertarik dengan sebuah bingkai yang tergantung di dinding berisi tulisan refleksi yang diambil dari Injil:
Kamu menyebut Aku, Tuhan, tapi kamu tidak melayani Aku. Kamu menyebut aku Jalan, tapi kamu tidak mau mengikuti Aku. Kamu menyebut Aku Terang, tapi kamu lebih suka berjalan dalam kegelapan. Kamu menyebut aku Kebenaran, tapi kamu tidak percaya kepadaKu. Janganlah heran bila saatnya tiba Aku tidak mengenali kalian.
Injil hari ini (Luk. 17:7-10), kiranya mengingatkan kita relasi ketaatan kita dengan Tuan kita. Kita menyebut Yesus itu Tuhan (Tuan – Lord), maka sudah sepantasnyalah kita melayani tuan besar kita ini. Melayani Tuhan berarti kita melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang Tuhan perintahkan. Apa saja itu?
Sebagai seorang beriman kristiani, atau seorang pengikut Kristus, kita punya job description, atau tugas dan tanggungjawab. Tanggungjawab kita yang utama adalah untuk mencintai Tuhan dengan segenap jiwa, segenap akal budi, segenap tenaga, dan mencintai sesama manusia seperti diri sendiri. Sebagai wujud nyata dari tanggungjawab ini, kita mengawali hari dengan berdoa. Mengucap syukur dan memohon berkat Tuhan. Terutama dalam Ekaristi. Lalu kita mengerjakan pekerjaan kita sehari-hari sebagai wujud bakti kita kepada Tuhan yang telah memberi kita kesempatan untuk hidup dan berkarya. Ingatlah apabila Tuhan mengambil kembali kesempatan hidup yang diberikanNya untuk kita, maka selesailah sudah.
Oleh karena itu manfaatkanlah sebaik-baiknya kesempatan untuk berbakti kepada Allah. Akan tetapi bakti kepada Allah bukanlah hal abstrak dan tidak nyata. Yesus meminta agar kita mencintai Tuhan dan sesama. Maka bakti kita pada Allah adalah bakti kita kepada sesama. Untuk itu, cinta kita kepada Allah, kiranya menjadi kekuatan dan motivasi kita untuk mencintai dan melayani sesama. Kita mencintai dan berbakti kepada orang lain seakan kita sedang mencintai dan berbakti kepada Allah. Model paripurna dalam mencintai sesama adalah Yesus sendiri: Ia membasuh kaki para muridNya. Ia memanggul salib untuk mereka dan mengurbankan diriNya supaya kita semua selamat.
“Tak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya bagi sahabat-sahabatnya”Demikian pesan Yesus dalam Injil Yohanes (15:13). Berarti memberikan diri bahkan nyawa kita adalah tanda bakti terbesar kepada sesama. Di bagian lain dalam Injil Yohanes (10:10), Yesus berkata: “Aku datang agar mereka mempunyai hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahannya”
Maksudnya kita hidup untuk menghidupkan orang lain. Nampaknya ungkapan ini yang oleh Sam Ratulangi disebut “si tou timou tumou tou”. Semuanya ini dikatakan Yesus, bukan untuk membebani kita dengan macam-macam tugas, akan tetapi agar kita bersukacita dalam hidup karena dapat mewujudkan kasih Yesus kepada sesama.
Dalam Yoh.15:11, Yesus berkata “Semuanya ini Kukatakan kepadamu agar sukacitaKu ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh”. Jadi perintah cintakasih Yesus untuk kita, sekaligus menjadi pahala bagi kita, yakni hidup dalam kepenuhan sukacita Yesus! Saudaraku, hari ini apa pekerjaan kita? Ke kebun? Ke kantor? Melaut? Menjadi sopir? Memasak? Ke Sekolah? Belajar? Mengajar? Apapun job des kita hari ini, layanilah Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan kita.
Jangan kecewa ketika tidak ada yang mengucapkan terimakasih. Jangan putus asa ketika berhadapan dengan masalah. Jangan membenci ketika ada orang yang menyakiti hati kita. Kalau hal ini terjadi, katakanlah sebuah doa dalam hati: “Tuhan ampunilah dia karena dia tidak tahu apa yang dilakukannya”. Lanjutkanlah hidup dan pekerjaan dengan hati yang damai, penuh syukur dan sukacita! Berbahagialah karena melalui bakti kita, Tuhan sementara memberkati dunia. Trimakasih Tuhan untuk pekerjaanku hari ini. Bila ada yang kurang biarlah kulengkapi dengan doa permohonanku bagi mereka yang membutuhkan kasihMu. Yesus tuanku, aku hambaMu. Amin
P. Revi Tanod, pr
Dengarkan versi audio dari renungan harian ini di website Radio Montini pada link gambar berikut ini: