PF S. Yohanes dari Capestrano, Imam; Senin Pekan Biasa XXIX: Bacaan 1 : Rom 4:20-25 Mazmur:Luk 1:69-75; Injil : Luk 12:13-21
Bacaan Pertama: Rom 4:20-25: Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma:
Saudara-saudara, terhadap janji Allah Abraham tidak bimbang karena kurang percaya, tetapi sebaliknya, ia malahan diperkuat dalam imannya dan memuliakan Allah, Ia yakin penuh bahwa Allah berkuasa melaksanakan apa yang telah dijanjikan-Nya. Maka hal itu diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran. Kata-kata “hal ini diperhitungkan kepadanya” tidak ditulis untuk Abraham saja, tetapi untuk kita juga, sebab kepada kita pun Allah memperhitungkannya, karena kita percaya kepada Dia, yang telah membangkitkan Yesus, Tuhan kita, dari antara orang mati, yaitu Yesus yang telah diserahkan karena pelanggaran kita, dan dibangkitkan demi pembenaran kita.
Demikianlah sabda Tuhan.
Mazmur: Luk 1:69-75: R:68 Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia mengunjungi umat-Nya.
*Tuhan telah mengangkat bagi kita seorang penyelamat yang gagah perkasa, putera Daud, hamba-Nya. Seperti dijanjikan-Nya dari sediakala, dengan perantaraan para nabi-Nya yang kudus.
*Untuk menyelamatkan kita dari musuh-musuh kita dan dari tangan semua lawan yang membenci kita, untuk menunjukkan rahmat-Nya kepada leluhur kita dan mengindahkan perjanjian-Nya yang kudus.
*Sebab Ia telah bersumpah kepada Abraham, bapa kita, akan membebaskan kita dari tangan musuh. Agar kita dapat mengabdi kepada-Nya tanpa takut dan berlaku kudus dan jujur di hadapan-Nya seumur hidup kita.
Bait Pengantar Injil: Mat 5:3
Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.
Bacaan Injil: Luk 12:13-21: Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:
Sekali peristiwa Yesus mengajar banyak orang. Salah satu dari mereka berkata kepada Yesus, “Guru, katakanlah kepada saudaraku, supaya ia berbagi warisan dengan daku.” Tetapi Yesus menjawab, “Saudara, siapakah yang mengangkat Aku menjadi hakim atau penengah bagimu?” Kata Yesus kepada orang banyak itu, “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan! Sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidak tergantung dari pada kekayaannya itu.”
Kemudian Ia menceriterakan kepada mereka perumpamaan berikut, “Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. Ia bertanya dalam hatinya, ‘Apakah yang harus kuperbuat, sebab aku tidak punya tempat untuk menyimpan segala hasil tanahku.’ Lalu katanya, ‘Inilah yang akan kuperbuat: Aku akan merombak lumbung-lumbungku, lalu mendirikan yang lebih besar, dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku.
Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya. Beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!’ Tetapi Allah bersabda kepadanya, ‘Hai orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu. Bagi siapakah nanti apa yang telah kausediakan itu? Demikianlah jadinya dengan orang yang menimbun harta bagi dirinya sendiri, tetapi ia tidak kaya di hadapan Allah.”
Demikianlah Injil Tuhan.
Renungan: Ada Apa Dengan Harta?
Andai “harta” dapat bicara mungkin ia akan mengeluh: “Ada apa dengan diriku ini, aku dicari, dikejar dan diperebutkan. Aku sering dicap penyebab perkelahian, sumber masalah dan biang keladi perceraian, percekcokan dan pertengkaran. Oh…ada apa dengan diriku ini. Aku heran dengan sikap manusia memperlakukanku ada yang cuek seolah tak butuh aku, padahal ia kerja mati-matian untuk mendapatkanku. Sesudah mendapatkan, ia mencampakkanku begitu saja, tidak merawatku lagi. Ada yang terlalu mencintaiku sampai-sampai siap mati membelaku…aha..ha..ha..kadang aku tertawa dalam hati. Kenapa aku sampai diperebutkan, dibela bahkan ada yang mati gara-gara aku. Padahal aku merasa tidak perlu dibela. Aku ini diriku sendiri dan aku ada untuk membantu manusia hidup lebih baik. Aku senang boleh membantu. Tetapi aku gelisah kalau melihat manusia terlalu mengandalkan diriku dan setiap saat hanya memikirkan diriku. Ah…aku kan hanya pembantu, kenapa aku dipikirkan terus-menerus? Kadang aku senang juga dijadikan pusat…tapi aku tahu diri dengan statusku: aku ini hanya pembantu…tidak mungkin jadi yang utama”
Saudaraku, senada dengan cuitan “sang harta” Yesus mengingatkan kita bukan untuk tidak perlu mencari harta duniawi tetapi berhati-hati pada kelekatan terhadap harta. Orang mengatakan “uang/harta bukan bukan segala-galanya, tetapi segala-galanya butuh uang/harta”. Benar! uang/harta kita butuhkan untuk hidup tetapi kita hidup bukan untuk uang/harta. Harta adalah pembantu mencapai level hidup lebih tinggi. Tentu kita sadar betul kita tidak mengejar “sang pembantu” tetapi yang utama dalam hidup itulah hidup bahagia bersama Tuhan.
Karena itu Yesus sungguh-sungguh menegaskan supaya kita tidak menjadi tamak; menjadikan harta sebagai pusat; menjadi segala-galanya dan berharap banyak pada “sang pembantu”. Kekeliruan terbesar dari ketamakan adalah kelekatan dan menjadikan harta sebagai segala-galanya, sehingga harta yang dimiliki itu disimpan sendiri dan digunakan sendiri. Menjadikan harta sebagai segala-galanya, menjadi ukuran dalam segala sesuatu. Termasuk dalam hubungan dengan orang lain diukur dan dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan harta benda.
Saudaraku, mari torang bersikap bijak terhadap harta benda. Mari membangun hidup dalam semangat cinta yang diajarkan Kristus. Cinta pada Hidup, cinta pada Tuhan, cinta pada sesama, cinta pada alam semesta bukan cinta berlebih-lebihan terhadap harta benda. Cinta yang diajarkan Kristus adalah menjadikan Tuhan sebagai pusat. Dan menjadikan harta sebagai “Pembantu” supaya cinta kita pada Tuhan dan sesama boleh kita laksanakan dengan lebih baik. po’
pst. Steven Lalu, pr