Hari Rabu malam, tanggal 17 Mei 2017 jam 21.30 malam Pastor Steven Lalu Pr menelpon saya untuk membuat tulisan dengan tema: Ucapan Terimakasih Kepada Mgr. Josef Suwatan, MSC yang telah menjadi uskup Manado selama 27 tahun sejak tanggal 29 Juni 1990 sampai dengan tanggal 8 Juli 2017, saat pentahbisan Uskup yang baru. Uskup terpilih, Mgr. Benedictus Estephanus Rolly Untuk MSC diumumkan menjadi uskup Manado pada hari Rabu, tanggal 12 April 2017. Pengumuman dilakukan oleh Mgr. Josef Suwatan, MSC sendiri pada kesempatan misa Krismatis di Katedral Manado pada jam 18.00 WITA dan sama dengan jam 12.00 waktu Roma. Menurut Hukum Gereja Kanon 379, seorang uskup terpilih harus menerima konsekrasi episkopal dalam jangka waktu tiga bulan sejak penerimaan surat apostolik, dan sebelum menduduki jabatannya (possessionem capere). Jadi Mgr. Rolly Untu, MSC harus sudah menerima tahbisan Uskup sebelum tanggal 12 Juli 2017, batas akhir tiga bulan sejak diumumkan tanggal 12 April 2017.
Pada kesempataan yang istimewa ini pantaslah kita semua bersyukur kepada Tuhan dan berterimakasih kepada Mgr. Josef Suwatan, MSC atas penggembalaannya selama 27 tahun itu dan Mgr. selalu dalam keadaan yang sehat; hanya sedikit waktu sakit jatung dan sudah berhasil diatasi oleh dokter; namun selebihnya Mgr. Jos dianugerahi kesehatan yang baik, sehingga Mgr. dapat melaksanakan karya penggembalaannya dengan lancar. Dengan kesehatan yang baik itu Mgr. Jos dapat mengadakan banyak perjalanan ke mana – mana dan bertemu dengan banyak orang dalam pelbagai kesempatan.
Dalam buku kenangan 25 tahun Pesta Perak Mgr. Josef Suwatan MSC sebagai Uskup Manado, saya sudah menyumbang tulisan dalam buku yang diberi judul: Gembala di Tengah Umat-Nya. Sebuah kesaksian tentang pastoral kehadiran. Buku itu telah melukiskan dengan baik penggembalaan Mgr. Josef Suwatan sebagai kesaksian seorang gembala yang selalu hadir di tengah-tengah umat-nya. Dalam peristiwa biasa dan sederhana seperti pesta ulang tahun perkawinan dari tokoh umat; pemakaman dari orangtua pastor atau suster atau pemakaman dari seorang tokoh umat dan banyak sekali kesempatan pesta-pesta Gereja Paroki dan biara atau seminari yang dihadiri oleh bapak uskup Mgr. Josef Suwatan. Dalam kesempatan – kesempatan seperti itu, Mgr. Josef Suwatan selalu menyempatkan diri dan berkenan untuk hadir.
Mgr. Jos menyadari betapa umat, kelompok umat, pejabat pemerintahan atau siapa saja yang sedang mengadakan acara dan mereka melihat bahwa Bapak Uskup Manado ternyata hadir menyempatkan diri, maka mereka merasa sangat bahagia, bersyukur dan bangga. Bapak Uskup Jos Suwatan mengerti dengan baik makna kehadiran beliau dan harapan umat atas kehadiran Uskup di tengah – tengah mereka.
Saya kebetulan menjadi imam dalam waktu yang sama dengan bapak Mgr. Josef Suwatan menjadi uskup Manado. Mgr. Josef Suwatan, MSC ditahbiskan tanggal 29 Juni 1990 dan saya ditahbiskan imam di Jawa Tengah tanggal 21 November 1990. Dan selama saya menjadi imam, saya selalu ditugaskan di Seminari Pineleng, sehingga saya bisa menyaksikan dan mengikuti dari dekat bagaimana Mgr. Josef Suwatan menggembalakan Umat, imam – imam, bruder dan suster serta para seminarisnya di Keuskupan Manado ini. Dan bisa dikatakan bahwa yang paling menonjol adalah kehadiran Uskup Manado di tengah – tengah umatnya.
Mgr. Josef Suwatan tidak pernah memerintah, menyuruh, menegur atau memberikan sanksi tegas, melainkan terlebih beliau mendengarkan, berusaha untuk mengerti, memahami, bahkan memaafkan dan mengasihi. Menjadi imam dan umat di keuskupan Manado itu sangat menyenangkan karena bapak Uskup memberikan kepercayaan penuh dan tanggung jawab kepada setiap imam, biarawan – biarawati dan umat. Mgr Jos Suwatan bahkan jarang memberikan solusi, karena solusi juga diserahkan kepada yang bersangkutan sesuai dengan persoalan yang dihadapi.
Mgr Josef Suwatan, MSC yang mulia dan yang terkasih, dengan menjadi Gembala yang hadir di tengah umat, tanpa ada kesan mau memerintah, menyuruh atau melarang, seluruh umat dan imam di Keuskupan Manado ini malah merasakan gaya kepemimpinan yang sungguh menggembalakan, membangun dan menghidupkan. Setiap orang merasa dihargai, diteguhkan, dikuatkan dan ditutun untuk mengikuti Sang Gembala Agung, Tuhan Yesus Kristus sendiri.
P. Albertus Sujoko, MSC