HARI MINGGU PRAPASKAH III
Kel.17:3-7; Mzm.95:1-2,6-7,8-9; Rm.5:1-2,5-8; Yoh.4:5-42 (Yoh.4:5-15,19b-26,39a,40-42).
Kita mengenal tiga keutamaan Kristiani yakni iman, harap dan kasih. Dalam surat Rasul Paulus kepada jemaat di Roma, Paulus mengingatkan tentang tiga keutamaan ini āSebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih-karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allahā¦..Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosaā. Kasih mengarahkan kita kepada Tuhan, sedangkan iman dan pengharapan mengarahkan kepada kesempurnaan diri kita. Iman memberikan kita kesempunaan akal budiĀ dan pengharapan menyempurnakan keinginan kitaĀ akan kehidupan kekal di surga. Atau dengan kata lain, Kasih adalah tujuan akhir, namun iman dan pengharapan merupakan cara. Sama seperti cara melayani tujuan akhir, maka iman dan pengharapan melayani kasih. Kasih mengarahkan iman dan pengharapan. Iman tanpa kasih kepada Tuhan akan berakhir dengan iman yang mati (1 Kor 13:3), karena kasihlah yang menyebabkan seseorang dengan penuh sukacita untuk mau untuk semakin mengenal Tuhan dengan lebih lagi setiap hari. Kasih juga yang membuat kita dengan penuh kesediaan dan sukacita melayani sesama kita. Harapan tanpa kasih kepada Tuhan adalah sia-sia (1 Kor 13:3). Kasih kita kepada Tuhanlah yang menyebabkan kita terus berharap akan persatuan dengan Tuhan di tengah-tengah setiap penderitaan dan kesulitan yang kita alami. Harapan yang mati hanya berharap demi kesenangan pribadi, namun harapan yang dilandasi kasih membuat kita bersedia berkurban untuk orang yang kita kasihi, demi kasih kita kepada Tuhan. Dan ini yang menyebabkan kita turut bersukacita dalam setiap penderitaan dan kesulitan karena kita berpartisipasi dalam penderitaan Kristus. Kasih adalah abadi. Kasih akan terus ada sampai selama-lamanya, yang memuncak di dalam persatuan abadi dengan Allah di surga, dimana kita dapat mengasihi Tuhan sebagaimana adanya Dia dan berpartisipasi secara penuh dalam kehidupan Tritunggal Maha Kudus.
Pergumulan atau tantangan hidup terkadang menghantar kita pada keputusasaan. Hal ini kiranya juga dialami oleh bangsa Israel ketika menjalani masa-masa padang gurun mereka. Suatu keadaan di mana mereka merasa ditinggalkan dan kehilangan iman dan pengharapan kepada Allah. Sebaliknya Musa mengingatkan kembali tentang pengharapan yang sejati yakni berharap kepada Allah. Dengan berharap kepada Allah, bangsa Israel pun bisa menikmati kasih Allah lewat air yang memberi hidup bagi mereka di tengah padang gurun.
Dalam bacaan Injil hari ini, kita mendengar tentang perjumpaan yang mampu mengubah. Perjumpaan Yesus dengan wanita Samaria menggambarkan tentang suatu perjumpaan yang mengubah wanita Samaria. Persoalan kehidupan wanita Samaria menghantarkannya pada suatu keadaan di mana ia kehilangan makna hidup. Perjumpaan dengan Yesus menumbuhkan iman di dalam dirinya dan membangkitkan kembali pengharapan yang terarah kepada āYesus Sumber Air Kehidupanā. Bangsa Israel telah di antar pada mata air yang membuat mereka mampu bertahan di padang gurung, namun wanita Samaria lebih jauh lagi di antar kepada Sumber Air Kehidupan yang tidak pernah kering yakni Yesus Kristus. Dengan pengharapan yang teguh kepada Yesus mengubah hidup wanita Samaria untuk mengalami kasih karunia yakni pengampunan yang ia terima dari Yesus. Semoga di masa Prapaskah ini, kita semua senantiasa mengobarkan semangat pengharapan di dalam diri untuk senantiasa mengalami kasih sejati yakni pengampunan yang berasal dari Yesus Sumber Air Kehidupan.
Fr. Marson R, Pungis