Merenungkan Sabda
Jumat, 02 Agustus 2024
Pekan Biasa XVII
(Yer.26:1-9, Mat.13:54.55.56b-58)
Kita biasa berdoa dan meminta kepada Tuhan karena kita menganggunkan Tuhan sebagai yang Maha Kuasa, yang menentukan kehidupan kita. Yang terbentuk dalam hati dan pikiran manusia bahwa perbuatan Allah itu dasyat dan menggetarkan jiwa. Jika suatu peristiwa atau kejadian tidak menimulkan sensasi dan keheranan, itu bukan berasal dari Allah. Kita kurang menyadari bahwa Allah berkarya pula dalam peristiwa-peristiwa biasa yang tampak sepele dan biasa juga melalui orang sangat sederhana.
Allah, melalui Yesus, menyamakan dirinya sebagai orang yang kecil, sederhan, tidak berdaya, bahkan menderita. Tetapi seolah-olah kita dibutakan bahwa Allah itu hadir dan berkarya dalam peristiwa-peristiwa yang menggemparkan saja. Padahal orang yang kecil dan sederhana ataupun pada peristiwa yang biasa-biasa, Allah hadir dan menyatakan kuasanya. Panggilan para nabi dalam perjanjian lama, atau juga para murid Tuhan rata-rata orang yang berlatar belakang sederhana: pertenak, penggembala, petani, nelayan bahkan orang berdosa, pemungut cukai. Kalau Tuhan hanya mempertahankan statusnya sebagai Yang Maha Kuasa, mengapa ia memilih orang-orang lemah dalam soal pewartaan firman dan kehendak Allah.
Yesus mengalami Nasib yang sama, ia ditolak di kampung halamannya sendiri. Alasan penolakan sangat sederhana; karena mereka mengenal Yesus, ibu, bapa dan saudara-saudarinya. Mereka juga mengenal dia sebagai anak Tukan Kayu. Meskipun dia mengajar luar biasa dan penuh wibawa tetapi mereka sulit menerima karena mereka mengenal baik kelaurganya yang bukan dari Kalangan strata yang lebih dari mereka.
Prasangka negative dan pikiran buruk menghalangi seseorang untuk melihat suatu kebenaran atau suatu perbuatan baik. Jika sudah ada penilaian seperti itu maka yang dilihat siapa yang berbicara dan bukan apa yang dibicarakan. Yong Ma pernah mengatakan: “ketika kamu miksin, belum sukses, semua kata-kata bijakmu terdengar seperti kentut. Tetapi ketika kamu kaya dan sukses, kentutmu terdengar sangat bijak dan mengispirasi.” Kata-kata Yong Ma ini mucul dari pengalamannya sebagai orang sukses. Karena kesuksesannya dia dipanggil menjadi pembicara dimana-mana. Belum tentu kalau dia tidak sukses, maka pasti tidak ada yang mengudang dia sebagai pembicara.
Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk selalu peka dan terbuka terhadap kehadiran Allah dengan melepaskan kesombongan kita yang menjadi gerbang munculnya penolakan terhadap kebenaran. Peka dan terbuka bahwa dalam diri orang kecil, tertindas dan miskin sekalipun Allah berkarya. Dalam peristiwa-peristiwa sederhana pun Tuhan menyatakan kuasaNya juga. Yang perlu kita lakukan adalah melepas ego dan kesombongan kita. Allah bekerja dan berkarya dalam segala sesuatu meskipun tampak kecil dan sederhana.
Akibat apa yang terjadi jika kita tidak peka atau bahkan menolak kehadiran Allah? Yesus tidak membuat banyak mujizat di kampung halamanNya karena mereka tidak percaya. Kebaikan dan penyebuhan yang seharusnya terjadi, tidak terjadi di kampung halaman Yesus. Hal ini merugikan diri mereka dan sesama mereka. Ada akibat lain yang ditimbulkan ketika menolak kebenaran dan menyia-nyiakan Rahmat seperti yang dikatakan dalam bacaan pertama adalah terjadi kemalangan (kehancuran dan kutuk).
Semoga kita juga tidak pernah menyia-nyiakan Rahmat yang terjadi juga pada hal-hal bahkan orang-orang sederhana sekalipun. Amin.
AMDG. Pst. Y.A.
St. Ignatius, Manado