Sebagai orang Katolik kita sering diperhadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang menguji serentak menantang iman kita, terlebih iman tentang Tritunggal Mahakudus. Dalam hal ini, banyak orang (orang-orang dari golongan lain) sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan; mengapa orang Katolik menyebut diri percaya akan satu Allah, tapi pada kenyataannya mereka mengimani Allah Tritunggal? Bagaimana dapat dijelaskan Allah itu satu hakikat, tapi tiga pribadi? Apakah orang Katolik mempunyai tiga Allah? Pertanyaan-pertanyaan seperti inilah yang sering kali menguji dan serentak menantang iman kita.
Berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan itu, maka perlu ditegaskan bahwa orang Katolik percaya akan satu Allah, bukan tiga. Dialah Allah yang menciptakan, yang bersama-sama dengan ciptaanNya dan yang senantiasa menyertai ciptaanNya. Allah yang kita imani adalah Allah yang penuh belas kasih. Karena kasihNya itulah Ia menciptakan manusia, bahkan secitra dengan diriNya. Karena kasih itu pula Ia menyelamatkan manusia ketika manusia jatuh ke dalam dosa. Dan akhirnya karena kasih yang sama Ia menyertai dan menguatkan manusia dengan Roh KudusNya.
Iman tentang Tritunggal Mahakudus dapat kita hayati dalam sejarah keselamatan. Sebab dalam sejarah keselamatan kita menemukan keyakinan bahwa Allah-lah yang sesungguhnya berinisiatif menciptakan dan menyelamatakan manusia. Dengan kata lain, penciptaan dan keselamatan manusia adalah inisiatif dari Allah sendiri.
Dalam kitab Kejadian dengan jelas diungkapkan bahwa Allah berfirman, “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, …” (Kej. 1:26).
Dalam hal ini, nampak dengan jelas bahwa bukan manusia yang meminta untuk diciptakan tetapi Allah sendiri yang mau untuk menciptakan manusia, bahkan menurut gambar dan rupaNya sendiri. Itu berarti bahwa manusia adalah ciptaan yang begitu luhur dan mulia. Tetapi keluhuran manusia itu dirusak oleh kuasa dosa. Kuasa dosa itulah yang menyebabkan manusia berada di bawah cengkraman maut.
“Sebab begitu besar kasih Allah kepada dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus AnakNya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya” (Yoh. 3:16-17).
Itu berarti bahwa Allah kita bukanlah Allah yang pendendam, melainkan Allah yang penuh belas kasih. Allah mengutus Yesus Kristus datang ke dunia, bukan untuk menghakimi, melainkan untuk menyelamatkan dunia. Kehadiran Yesus Kristus di dunia merupakan tanda nyata kehadiran Allah di tengah-tengah ciptaanNya. Sebab Yesus dan Bapa adalah satu. Apa yang diajarkan atau yang disabdakan Yesus adalah sabda Bapa dan apa yang dikerjakan Yesus adalah pekerjaan-pekerjaan yang dikehendaki oleh Bapa. Yesus bahkan rela menderita sengsara dan wafat di kayu salib, karena itulah yang dikehendaki oleh BapaNya. Sebab dengan cara demikianlah manusia memperoleh keselamatan. Dalam hal ini, manusia diangkat kembali menjadi anak-anak Allah.
Keselamatan yang kita alami merupakan inisiatif dari Allah sendiri. Inilah yang perlu kita sadari dan hayati dalam hidup. Sebab keselamatan itu bukan pertama-tama karena perjuangan atau usaha kita sendiri, melainkan karena anugerah atau rahmat dari Allah sendiri. Untuk itu, agar karya keselamatan itu tetap berlangsung, maka setelah Yesus naik ke surga, Allah mengutus Roh KudusNya untuk menjaga, membimbing dan menyertai kita. Roh Kudus yang diutus oleh Allah itu berkarya dalam diri kita. Keberhasilan kita menjadi anak-anak Allah yang setia menjalankan perintah-perintahNya, tergantung dari kepekaan dan kesiapsediaan kita mendengar dan menjalankan dorongan atau bimbingan dari Roh Kudus itu.
Dengan demikian, nampak jelas bahwa dalam sejarah keselamatan itu terjalin relasi yang sangat intim antara Bapa, Putera dan Roh Kudus. Relasi atau kesatuan antara Bapa, Putera dan Roh Kudus merupakan kesatuan yang utuh dan tak terpisahkan. Dengan kata lain, dalam menjalankan karyaNya Allah tidak terbagi-bagi, melainkan tetap dalam satu kesatuan. Oleh sebab itu, permenungan tentang Allah Tritunggal merupakan suatu model yang memperlihatkan atau menunjukkan bagaimana kesatuan dan keberagaman saling berhubungan. Dalam hal ini, kesatuan trinitas bukanlah kesatuan bendawi dan bukan juga keseragaman kolektif. Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus ada dalam satu kesatuan atas dasar cinta. Mengapa? Karena cinta adalah sesuatu yang membutuhkan yang lain.
Permenungan tentang Allah Tritunggal memang merupakan permenungan yang panjang dan penuh misteri. Untuk itu, perlu ada keterbukaan hati untuk menerima dan menghayati relasi atau kesatuan Bapa, Putera dan Roh Kudus. Iman kepada Allah Tritunggal itu sesungguhnya sudah lama dihidupi. Pengungkapan iman itu nampak dalam surat-surat Paulus. Pada bagian salam atau penutup dari surat-suratnya, Paulus sering kali menggunakan rumusan trinitas. “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, kasih Allah dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian” (2Kor. 13:13). Melalui rumusan ini kelihatan bahwa Paulus sendiri telah percaya akan kesatuan Bapa, Putera dan Roh Kudus.
Sebagai umat beriman kita pun sesungguhnya hidup dalam persatuan dan persekutuan dengan Bapa, Putera dan Roh Kudus. Kita telah menerima sakramen pembaptisan yang telah menyucikan kita dari dosa-dosa kita dan dengannya kita telah diangkat menjadi anak-anak Allah. Selanjutnya, sebagai anak-anak Allah kita senantiasa dikuatkan dan disatukan dengan Yesus lewat sakramen Ekaristi. Sebab dalam Ekaristi kita menerima Tubuh dan Darah Kristus sendiri. Itulah yang menyatukan kita dengan diriNya. Kemudian sebagai anak-anak Allah kita pun diteguhkan dan dikuduskan melalui sakramen Krisma. Di mana Roh Kudus dianugarahkan kepada kita, sehingga kita tetap hidup bersatu dengan Allah.
Oleh sebab itu, sebagai anak-anak Allah yang terkasih kita patut bersyukur karena Allah telah menciptakan, menebus dan menyertai kita dengan RohNya sendiri. Allah tidak pernah membiarkan kita sendirian. Dia selalu ada bersama dengan kita dan senantiasa menuntun kita kepada kebenaran. Dengan demikian, melalui permenungan tentang Allah Tritunggal ini kita hendaknya bertobat dan tanpa ragu-ragu mengimani Allah Tritunggal yang senantiasa berkarya dalam kehidupan kita. Semoga kasih karunia dari Allah Bapa dan dari PuteraNya Yesus Kristus dalam persektuan dengan Roh Kudus senantiasa menyertai kita sekalian. Amin.
KOMSOS MANADO