Merenungkan Sabda
Sabtu, 13 Juli 2024
Pekan Biasa XIV
(Yes.6:1-8, Mat.10:24-33)
Kalau kita perhatikan dalam wejanganNya, Yesus mengulang “janganlah kamu takut” sampai 3 kali. Penegasan yang berulang-ulang adalah suatu yang penting, perlu diresapkan dan selalu diingat. Yesus meneguhkan hati para murid agar tidak perlu takut sekaligus menenangkan hati para murid.
Mengapa pesan jangan takut ini berulang disampaikan Yesus kepada mereka? Pertama, karena berita tentang Yesus dan Injil tidak mungkin akan dibungkam. Injil pasti tersebar dan menyebar. “Tidak ada sesuatupun yang tertutup yang tidak akan dibuka. Tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui” (ay. 26). Jadi, “hasil” misi para murid itu adalah sesuatu yang sudah dijamin oleh Yesus sendiri. Hal ini sekaligus menjadi motivasi yang mendorong para murid untuk terus mewartakan. Apa yang selama ini mereka dengar secara khusus dan tersembunyi, sekarang harus disiarkan dari atap rumah. Ini ajakan pertama buat kita: iman kita tentang Yesus jangan pernah hanya menjadi konsumsi dan aset pribadi. Injil itu harus disebarkan dan diberitakan dengan pelbagai cara dan sarana, kiat dan format.
Kedua, para murid juga diajak untuk tidak takut menghadapi penderitaan dalam tugas. “Jangan kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh” (ay. 28). Tantangan dan penderitaan fisik tidak akan menghentikan laju pemberitaan Injil. Para murid tidak perlu takut menjadi martir bagi Kabar Baik. Mereka hanya perlu takut kepada Allah, bukan kepada manusia yang hanya dapat membunuh tubuh. Kehidupan abadi setelah hidup ini seluruhnya menjadi domain dan hak Allah. Ajakan buat kita: teruslah mewartakan Kabar Gembira. Ancaman tidak boleh membuat kita berhenti atau tidak lagi terbuka mewartakan Injil lewat kata dan perbuatan. Penderitaan tidak boleh membuat kita ciut dan tidak lagi berani mengakui Yesus dan bersaksi untuk Injil-Nya (ay. 32-33).
Ketiga, dasar yang paling kokoh untuk tidak takut adalah jaminan pemeliharaan Bapa di Surga. Burung pipit saja Bapa perhatikan, apalagi seorang pengikut Anak-Nya. Bahkan, satu helai rambut di kepala kita pun tidak luput dari perhatian dan pemeliharaan-Nya (ay. 29-31). Jaminan pemeliharaan Bapa ini menjadi motivasi terbesar bagi para pemberita Injil. Ajakan buat kita adalah: beritakan Yesus dan Injil tanpa takut, sebab kita ini anak-anak yang diperhatikan dan dipelihara Bapa. Ketika misi dan pemberitaan Injil mendapat tantangan, pemeliharaan Bapa selalu menjadi jaminan. Kemartiran pun tidak menjadi kematian yang sial dan sia-sia, melainkan peralihan ke tangan dan rumah Bapa yang memelihara jiwa-raga kita.
Semoga kita dapat menyadari hal yang lebih penting dan mulia dari pada hal yang kelihatan di dunia ini. Biarlah hal berharga di dunia ini hilang, yang penting kita memiliki hal yang bernilai di surga. Amin.
AMDG. Pst. Y.A.
St. Ignatius, Manado