(Renungan kali ini lengkap dgn kata pengantar krn merupakan satu kesatuan. Jd agak panjang sedikit)
Merenungkan Sabda
Kamis, 25 Juli 2024
Pesta St. Jakobus Rasul
(2Kor.4:7-15, Mat.20:20-28)
Kata Pengantar
Kita merayakan St. Yakobus, yang dikenal juga sebagai St. Yakobus Agung untuk membedakannya dari St. Yakobus Kecil, yang merujuk kepada St. Yakobus Putra Alfeus. Sementara St. Yakobus ini adalah putra Zebedeus si Nelayan, adiknya adalah St. Yohanes, Rasul dan pengarang Injil.
St. Yakobus dipanggil Yesus sebagai murid bersama adiknya St. Yohanes ketika mereka sedang menjala ikan di danau Galilea. Mereka termasuk murid-murid pertama yang dipanggil oleh Yesus bersama dengan St. Petrus dan St. Andreas yang juga bersaudara dan memiliki profesi yang sama sebagai nelayan. Untuk itulah bisa dimengerti St. Yakobus dianggap sebagai salah satu murid yang paling dekat dengan Tuhan. Injil selalu menyebut St. Yakobus, bersama Petrus dan Yohanes, ada selalu di sisi Yesus ketika mengalami atau melakukan peristiwa-peristiwa penting. Misalnya Peristiwa Transfigurasi, Membangkitkan Putri Pejabat, Ketika Yesus di taman Getsemani sebelum ditangkap. Kedekatan dan kesetiaan mengkuti Yesus di mana saja merupakan tanda seorang murid yang setia dan tulus. Semoga kita juga menjadi orang percaya yang setia dan tulus percaya kepada Yesus.
Renungan
Yang cukup popular dari seorang St. Yakobus adalah peristiwa dimana ibunya dan bersama dengan saudaranya, datang kepada Yesus untuk meminta supaya kelak mereka boleh duduk di sebelah kiri dan kanan Yesus, seperti yang dikatakan dalam Injil hari ini. Terkesan permohonan ini adalah permohonan yang ambisius, tidak masuk akal bahkan menjadi pergunjingan bagi para murid yang lain. Kalau kita hanya focus pada permintaan ini lalu kita akan mengatakan kedua murid ini hanya mencari kedudukan dan ambisi politis. Padahal ada begitu banyak peristiwa-peristiwa yang dilalui St. Yakobus dan saudaranya bersama Yesus, bahkan mereka selalu ada di sisi Yesus pada saat-saat penting bagi Yesus. Tetapi sadarkah kita bahwa permintaan ini bukanlah murni permintaan dan keinginan mereka (anak-anak Zebedeus) tetapi permintaan seorang ibu bagi anak-anaknya. Keadaan yang sukses adalah kerinduan seorang ibu terhadap anak-anaknya. Maka wajarlah permintaan ini sebagai ungkapan kasih seorang ibu.
Keinginan ibu mereka ini pun terwujud meskipun dengan cara yang berbeda. Yesus mengatakan: “Kamu tidak tahu apa yang kamu minta! Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum?” Ungkapan Yesus ini mau mengatakan konsekwensi penderitaan bagi mereka yang mengikuti Yesus. Cawan merupakan ungkapan sibolis tentang penderitaan yang dialami Yesus dan mereka yang mengikuti-Nya. Artinya mengikuti Tuhan harus rela melupakan ketenaran duniawi: kekuasaan dan kekayaan serta keinginan lainnya. Sebaliknya seseorang harus siap berkorban dan menderita. St Yakobus sendiri adalah orang yang mengalami langsung pada kesempatan paling awal tentang minum cawan ini, karena menurut Kisah Para Rasul dan juga tradisi Gereja, St Yakobus adalah yang pertama jika bukan di antara yang paling awal dari Dua Belas Rasul yang menderita kemartiran untuk Tuhan. Kisah Para Rasul menyebutkan bahwa raja Herodes Agripa menangkap St. Yakobus dan memasukkannya ke dalam penjara, sebelum menangkap St. Petrus karena tindakan ini menyenangkan orang-orang Farisi dan banyak orang Yahudi. Jadi Permintaan menjadi orang penting dengan duduk di sebelah kanan atau kiri Yesus dialami sebagai yang pertama mengalami penderitaan Yesus; mengalami sama seperti yang dialami oleh Yesus. Wujud berbeda dari apa yang dimohonkan oleh Ibu Yakobus; tidak duduk sebagai pembesar tetapi sama seperti Yesus mengalami penderitaan.
Apa yang bisa kita petik dari kerasulan St. Yakobus ini? Pertama , milikilah ambisi pribadi dalam hidup. Tapi ambisi itu perlu diletakan dalam konteks yang sesuai. Janganlah berambisi memperoleh keuntungan atau kekuasaan ketika memperoleh jabatan pelayanan. Karena jabatan pelayana tidak memiliki tujuan untuk meraih sukses, pujian dan keuntungan, tetapi melayani dengan tulus dan siap untuk berkorban. Membutuhkan jiwa yang besar untuk menjalani jalan pengorbanan ini sehingga kesetiaan diperlukan untuk tugas pelayanan bukan kesuksesan.
Kedua , peliharalah selalu sikap rendah hati sehingga kita tetap mengandalkan kuasa Kristus dalam diri kita. Rasul Paulus mengatakan: “Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.” (2Kor 4:7). Allah yang turut bekerja di dalam diri setiap orang yang mau memberi diri melayani. Dialah yang memampukan kita untuk bersaksi bahkan dalam saat-saat sulit. Maka sikap rendah hati dan tulus adalah sikap yang baik agar kuasa Allah nyata dalam diri kita.
Semoga semangat kerasulan St. Yakobus yang memiliki ambisi, tertanam dalam diri kita. Ambisi ini adalah ambisi untuk berserah diri pada kuasa Tuhan dan mau berkorban untuk kebaikan dan keselamatan sesama. St. Yakobus Doakan kami selalu. Amin.
AMDG. Pst. Y.A.
St. Ignatius, Manado