Merenungkan Sabda
Kamis, 16 Mei 2024
Kamis Pekan Paskah VII
(Kis.22:30;23:6-11, Yoh.17:20-26).
Harapan Yesus: Murid-Nya tetap Satu
Persatuan itu adalah kekuatan. Untuk itulah Yesus berdoa yang kita kenal dalam ungkapan yang popular “ut omnes unum sint”. Pribahasa Indonesia mengungkapkan dengan Bahasa yang lain “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”. Maka secara prinsip kita pastinya setuju dan mengakui bahwa kesatuan itu adalah baik adanya dan menjadi suatu kekuatan.
Gereja Katolik terkenal dengan persatuannya. Kesatuan ini nampak dari aturan atau hukum, liturgi dan pimpinan; satu komando yakni Pemimpin gereja, Paus, kita. Kita juga disatukan dengan iman kepercayaan yang kita ungkapkan dalam ungkapan iman “Credo”, Gereja yang satu, kudus, Katolik dan apostolic. Yesus sendiri memang menghendaki persatuan ini dan diungkapkan dalam doa-Nya sebelum meninggalkan murid-muridNya. “Aku berdoa,…. Supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, ada di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau,…..” Ungkapan “satu” dan turunan-turunannya diulang-ulang terus oleh Yesus. Kata yang diulang-ulang berarti kata yang demikian penting bagi Yesus dan bagi gereja-Nya. Yesus menghendaki agar persekutuan orang-orang yang percaya sungguh terpelihara. Model persekutuan orang-orang percaya adalah model pesekutan antara Yesus dan Bapa; mereka satu adanya.
Pesekutuan yang dimaksudkan bukan sekedar bermakna keseragaman, tetapi lebih dari pada itu, yakni tinggal dalam kasih. Kasih memiliki daya untuk mencipta dan menjadikan segalanya baik dan sungguh amat baik (Kej. 1:10.31). Untuk itulah persatuan Yesus dengan Bapa menuntut tiap murid-Nya untuk tanpa henti saling mengasihi, menghormati, melayani, melengkapi dan hidup sebagai saudara-suadari dengan semua yang menjadi milik Kristus. Kasih yang kita perjuangkan bersumber dari relasi Allah Tritunggal Mahakudus.
Kalau demikian membina persekutuan dalam kehidupan umat beriman bukan saja sekedar tuntutan kewajiban karena kita satu agama atau kepercayaan. Tetapi persatuan bagi kita umat katolik adalah ungkapan iman . Persatuan yang dituntut bukan sekedar fomalitas. Ketika suatu kelompok umat sudah sulit mengungkapkan kesatuan ini, patut dipertanyakan kwalitas imannya. Di paroki lain (bukan di paroki kita ini, paroki kita ini manis-manis, tapi ada asamnya), ada yang mulai memprofokasi umat: “nda usah kwa dengar-dengar itu pastor.” Umat beriman tidak bisa dilepaskan dari Hirarki Gereja. Jika tidak ada hirarki maka tidak ada pengingkat yang mempersatukan. Hati-hati dengan profokasi seperti ini. Tanda orang tidak memahami jelas iman yang dihayatinya.
Kita berdoa, semoga di paroki kita ini kita tetap menjaga persekutan, persatuan satu sama lain. Mudah-mudahan kita bisa meninggalkan ego kita untuk menyatukan hati dan pikiran membina persatuan. Karena itulah yang dikehendaki oleh Tuhan sendiri dalam doaNya. Amin.
AMDG. Pst.Y.A.
St. Ignatius, Manado