
Pada hari Selasa, 25 Februari 2025, wilayah rohani Sta. Theresia Lisieux mengadakan ibadah rutin yang bertempat dirumah keluarga Tappi Mambela. Ibadah ini dipimpin oleh Ibu Maria Djulaini Djoedi dengan mengusung tema “Pelayanan”. Bacaan Kitab Suci yang diambil dari Injil Markus 9:30-37 menjadi dasar refleksi bagi umat yang hadir, dimana Yesus mengajarkan kepada para murid-Nya tentang kerendahan hati dan arti pelayanan yang sebenarnya.
Dalam bacaan tersebut, Yesus menyampaikan bahwa untuk menjadi yang terbesar di antara mereka, seseorang harus bersedia menjadi yang terakhir dan menjadi pelayan bagi semua orang. Yesus kemudian memanggil seorang anak kecil untuk menunjukkan bahwa melayani yang lemah dan yang kecil adalah bentuk pelayanan yang paling tulus dan berkenan di mata Tuhan. Hal ini mengajarkan bahwa pelayanan bukan tentang kekuasaan atau kehormatan, melainkan tentang kesediaan untuk merendahkan diri dan mendahulukan kebutuhan orang lain.

Ibu Maria Djulaini Djoedi dalam renungannya menekankan pentingnya menghayati panggilan pelayanan dalam kehidupan sehari-hari. Pelayanan yang sejati bukanlah soal mencari pengakuan atau pujian, tetapi soal mengasihi dan melayani dengan hati yang tulus. Ia mengajak umat untuk melihat pelayanan sebagai bentuk cinta kasih kepada sesama, dimana melayani mereka yang membutuhkan, baik dalam hal kecil maupun besar, adalah perwujudan nyata dari iman kita.
Ibadah ini dihadiri oleh 30 orang umat yang mengikuti dengan penuh hikmat dan antusias. Para peserta diajak untuk merenungkan bagaimana mereka dapat mengimplementasikan nilai-nilai pelayanan dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun gereja. Selain itu, dalam suasana penuh keakraban, umat berbagi pengalaman mereka dalam melayani sesama, baik melalui tindakan sederhana seperti membantu tetangga maupun dalam kegiatan yang lebih besar di lingkungan gereja.

Pelayanan yang dibahas dalam ibadah ini juga menyentuh aspek kehidupan sosial, di mana umat diajak untuk peka terhadap kebutuhan orang-orang di sekitar mereka, terutama mereka yang kurang beruntung atau membutuhkan perhatian khusus. Ibu Maria Djulaini Djoedi mengingatkan bahwa pelayanan tidak harus selalu dilakukan dalam bentuk yang besar atau spektakuler, tetapi dapat dimulai dari hal-hal kecil yang dilakukan dengan ketulusan hati, seperti mendengarkan, membantu orang yang kesulitan, atau memberikan waktu untuk mendukung mereka yang membutuhkan dukungan.
Ibadah ditutup dengan doa bersama, dimana umat memohon kekuatan dan bimbingan dari Tuhan agar senantiasa diberi kerendahan hati dan semangat untuk melayani sesama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan semangat tema “Pelayanan”, umat Sta. Theresia Lisieux pulang dengan hati yang terinspirasi untuk terus meneladani Yesus dalam melayani sesama, serta berkomitmen untuk menjalankan hidup yang penuh kasih, kerendahan hati, dan perhatian kepada mereka yang membutuhkan.
