Merenungkan Sabda
Rabu, 24 Juli 2024
Pekan Biasa XVI
(Yer.1:1.4-10, Mat.13:1-9)
Sebuah tanah bisa menjadi tanah yang subur dan siap menghasilkan banyak buah memerlukan sebuah proses. Proses pertama adalah memilih lahan mana yang bisa ditanami. Selanjutnya adalah membersihkan lahan dari berbagai macam tumbuhan liar dan bebatuan yang bisa menghambat proses pengolahan tanah. Lalu sesudah membersihkan, lahan siap dibajak atau dicangkul, disiangi dan diberi pupuk oleh penggarapnya. Sebuah prosses pasti menyakitkan tetapi proses ini punya tujuan agar dapat menghasilkan tanaman yang subur dan tentu menghasilkan buah yang berlimpah. Tanah harus digemburkan berkali-kali, melalui pengolahan dan proses pemupukan.
Kita dapat mengemukankan beberapa hal yang bisa menghabat kegagalan dalam proses menjadi lahan yang subur; bercermin dari apa yang dikatakan Tuhan melalui perumpamaan tadi.
- Hati yang keras
Ini tipe tanah yang dikatakan tanah di pinggir jalan, yang keras. Meskipun ditaburi benih sulit tumbuh karena tanah keras. Nah hati yang keras sulit untuk bisa menerima proses. Diri dan hatinya tertutup untuk suatu perkembangan. Sulit menerima hal yang diimani dan diajarkan bahkan sulit untuk mau belajar. Seolah-olah dirinya adalah segala-galanya, sementara orang lain dipandang remeh atau malah tidak tahu apa-apa. Orang-orang seperti ini sulit sukses dan berkembang karena tidak mau menerima perubahan dan tidak mau terbuka terhadapa hal yang baik pada orang lain atau yang diajarkan sebagai suatu kebenaran.
Ada begitu banyak alasan untuk tidak suka dan tidak mau menerima dan melakukan sesuatu. Tetapi yang terutama adalah memiliki hati yang keras. Jadi jangan keraskan hati, tetapi terimalah proses yang ada dan selalu mau belajar dan menerima yang baik dari sesama kita.
- Hati yang dangkal
Yesus menggambarkan hati yang dangkal ini dengan tanah yang berbatu-batu, sehingga tanaman tidak berakar dan gampang layu. Tipe orang seperti ini adalah seorang beriman yang sekedar memenuhi kewajiban atau tuntutan agama. Pergi ke gereja, berdoa, memenuhi kewajiban agama tetapi tidak menghayati tindakan keagamaan sebagai upaya dekat dengan Tuhan. Orang seperti ini melakukan kesalehan agama supaya dilihat orang dan kemudian mendapat pujian, tetapi di dalam hatinya hampa dan kosong.
Pada akhirnya orang yang memiliki hati yang dangkal dapat dilihat dari perbuatan-perbuatannya yang menghendaki supaya dipuji, dihargai dan mengharapkan balas jasa apa yang telah dia buat.
- Hati yang tercekik dengan urusan-urusan duniawi
Tipe orang seperti ini seperti yang dilukiskan Yesus seperti benih yang jatuh di semak duri. Orang tipe ini penuh dengan perkara-perkara duniawi; kekuatiran, atau hidup senang-senang saja. Hidupnya diabdikan semata untuk kepentingan dan kesenangan sendiri. Tidak terlalu pusing dengan kehidupan imannya. Dia akan berpendapat bahwa urusan agama dan iman adalah urusan pastor dan pengurus wilayah Rohani, sementara dia tidak terlalu ambil pusing dengan kehidupan imannya. Orang tipe seperti ini tidak bisa diharapkan untuk ambil bagian aktif dalam kehidupan. Lebih mengutamakan pekerjaan dan kesibukannya daripada peduli dengan umat beriman lainnnya. Kegiatan-kegiatan kerohanian diletakan pada urutan ke sekian, sementara pekerjaan dan kesenangannya menjadi prioritas hidupnya.
Bagi kita orang yang sungguh percaya, teruslah berusaha untuk menjadi tanah yang baik dan subur, kendati harus melalui proses yang tidak menyenangkan. Tanah yang subur akan menghasilkan buah-buah dalam tindakan-tindakan yang baik. Buah yang baik selalu berasal dari hati yang baik. Hati yang tidak baik tidak akan menghasilkan buah yang baik. Jika kita sudah menjadi lahan yang subur dan diungkapkan dalam tindakan, percaya pula bahwa Tuhan pastilah baik untuk kita. Kita refleksikan setiap pengalaman hidup kita dengan kaca mata iman untuk mendapatkan makna iman di balik semua dinamika kehidupan yang kita alami, baik itu senang maupun kurang menyenangkan. Tuhan akan selalu membimbing kita menemukan hal terbaik dalam hidup kita. Amin.
AMDG. Pst. Y.A.
St. Ignatius, Manado