Merenungkan Sabda
Kamis, 01 Agustus 2024
Perintagan St. Alfonsus de Liguori
(Yer.18:1-6, Mat.13:47-53)
Pernahkah kita berpikir mengapa kita harus memperingati santo-santa? Kemarin kita merayakan St. Ignatius Pelindung kita; hari ini St. Alfonsus. Kenapa kita harus merayakannya?
Mereka tidak menjadi suci atau jadi santo dan santa sejak lahir. Mereka adalah orang-orang sama seperti kita, bahkan ada yang kafir dari kecil, pendosa, nakal, munkin tidak mengenal Tuhan. Tetapi dalam hidup, mereka kemudian mengalami belas kasih Tuhan, berjuang dan mengorbankan yang bernilai dari hidup mereka untuk mengikuti panggilan Allah.
Mungkin kita berandai-andai, wah… seandainya di masyarakat kita semua adalah orang baik. Apalagi di gereja, seandainya semuanya baik, rajin sembayang atau beribadah, rajin berdoa dan semua murah hati. Situasi itu mungkin hanya ada di angan-angan kita, tetapi dalam kenyataan sangat berbeda. Tidak sedikit umat yang acuh tak acuh dengan imannya, malas datang dan berdoa apalagi masuk gereja, ada yang suka protes, ada yang tidak memenuhi kewajiban-kewajibannya meskipun hal itu merupakan kepentingan mereka sendiri dan banyak ragam lainnya. Tetapi itulah gereja yang terdiri dari manusia-manusia yang penuh dengan kelemahan.
Seperti di laut, ada banyak ragam hayati yang hidup; ada ikan yang dapat di makan, ada ikan yang beracun dan ada ikan yang berwarna-warni sekedar hiasan. Ketika melemparkan jala, semua jenis ikan dapat tertangkap. Tinggal kita pilih mana yang baik dan mana yang tidak baik. Yang baik dikumpulkan di pasu dan yang tidak baik dibuang.
Bagus kalau perumpamaan ini tidak kita lihat sebagai penerapan keadilan Tuhan bagi manusia yang setia pada hukum dan kehendak Tuhan, tetapi hendaknya dilihat sebagai pewartaan tentang belas kasih Allah bagi setiap orang yang percaya pada Tuhan.
Kiasan indah dalam bacaan I merupakan gambaran tepat belas kasih Allah bagi manusia: “Bejana di tangan tukang Periuk”. Tukan periuk akan mencurahkan seluruh kemampuan, tenaga dan wkatu untuk mengahsilkan bejana yang indah. Kalaupun belum rusak, maka ia akan bentuk kembali sampai menjadi bejana yang indah. Demikian pun belas kasih Allah terhadap manusia. Dengan belas kasih Tuhan, manusia dibentuk, dituntun; tidak dipandang dia jelek atau rusak. Semua diberi kesempatan yang sama untuk mengalami kasih kemurahan Tuhan. Itulah kasih Allah yang sama untuk semua orang. Tujuan Allah tidak lain adalah semua manusia menjadi selamat.
Kesadaran akan belas kasih Allah membentuk setiap manusia menjadi bejana yang indah ditangan Tuhan, bukan bejana yang rusak. St. Alfonsus yang kita peringati hari ini tidak menjadi seorang santo sejak dia bayi. Dia menjadi kudus karena berusaha mengenal Tuhan, mengsihiNya dengan melaksanakan sepenuh hati kehendak Tuhan. Ia rela dibentuk, ditempah, tapi juga ia belajar dengan sekuat tenaga bagaimana menjadi murid Tuhan yang sesungguhnaya. Untuk itulah kita hormati dia sebagai santo karena perjuangan imannya.
Sampai kini pun Allah masih menjadi Tukang periuk ilahi bagi kita manusia. Ia bekerja melalui berbagai peristiwa yang membangkitkan, menyedihkan dan bahkan menyesahkan, agar terus membentuk kita menjadi bejana indah yang sesuai dengan maksudNya. Yang perlu bagi kita adalah melembutkan hati kita ketika ditegur karena kesalahan dan dosa kita sehingga Tuhan dapat bekerja di dalam diri kita dan menjadikan kita indah pada waktunya. Semoga kita selalu siap sedia dibentuk oleh Allah. Amin.
AMDG. Pst. Y.A.
St. Ignatius, Manado