Merenungkan Sabda
Sabtu, 03 Agustus 2024
Pekan Biasa XVII
(Yer.26:11-16.24, Mat.14:1-12)
Ada seorang teman pastor yang mensharingkan pengalamannya. Ketika mengeluarkan suatu kebijakan dan itu sesuai dengan aturan gereja, lalu ada kelompok umat yang protes karena tidak menerima kebijakan itu. Kebijakan itu diambil karena ada satu kebiasaan yang tidak sesuai dengan ketentuan gereja tetapi sudah nyaman dilakukan dan dirasa benar. Ketika pastor itu mengeluarkan suatu kebijakan yang sesungguhnya lalu diprotes dan bahkan pergi mencari pembenaran pada pastor lain di keuskupan agar didukung praktek yang keliru. Teman pastor ini tidak tahu bahwa hal yang sama terjadi juga pada saya. Mereka bukan berusaha memperbaiki hal yang keliru melainkan mencari pembenaran diri.
Kita perlu mengingatkan diri kita tentang “kenyamanan”; hati-hati dengan kenyamanan. Seorang yang sudah merasa nyaman tidak akan membutuhkan lagi perubahan dalam hidupnya. Atau seseorang yang sudah merasa nyaman maka tidak lagi membukan pintu pada perubahan. Bahkan perubahan atau perkembangan dianggap sebagai ancaman bagi dirnya sendiri. Inilah yang dinamakan sebagai “Status Quo”.
Meskipun Nabi Yeremia datang sebagai Nabi yang membawa pesan dari Allah, para imam, pemuka agama dan rakyat tidak mau mendengar dia dan malah mau menghukumnya. Hanya karena Yeremia menubuatkan kehancuran Bait Allah jika mereka tidak bertobat. Yeremia dituduh berkianat thdp bangsa dan Negara. Kalau Bait Allah hancur, lalu kenyamanan para imam dan pemuka Yahudi akan hilang. Tidak mau kenyamanan hilang, mereka menolak pesan Allah melalui nabi Yeremia. Dengan menolak pesan Allah berarti mereka tidak mau berubah atau bertobat dan memperbaiki tingkah laku yang tidak baik.
Kenyamanan dalam dosa dari Herodes dan Herodias diusik oleh Yohanes Pembaptis. Meskipun Yohanes benar, Herodes juga mengakui Yohanes sebagai nabi yang benar, tapi karena sudah nyaman dengan perbuatan dosa dan seolah-olah petbuatan itu baik. Mereka harus membunuh Yohanes demi tetap berada dalam situasi yang nyaman. Demi membela kenyamanan dalam hidup dosa, Herodias mampu memanfaatkan peluang sekecil apapn ahkan melibatkan putrinya untuk berbuat kejahatan.
Betapa dasyatnya pengaruh kenyamanan untuk melakukan perbuatan jahat. Kalau kita sudah merasa nyaman kecil peluang bagi kita untuk berubah. Kebaikan dan kebenaran yang ditawarkan kepada kita seolah-olah itu ancaman. Ini perlu direnungakan untuk mereka yang suka cari pembenaran meski tindakan mereka keliru.
Nabi Yeremia dan Yohanes adalah contoh pribadi yang tak terlena dengan kenyamanan. Untuk suatu kebenaran dan kebaikan mereka rela mempertaruhkan hidup mereka. Semoga kita tidak terlena oleh kemapanan dan kenyaman dalam pekerjaan dan iman kita, supaya selalu terbuka peluang untuk berkembang. Apalagi jangan pernah merasa nyaman dalam diri kita dengan kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik atau kelemahan-kelemahan kita. Perlu selalu kita bergerak melihat diri kita, membaharui dan mengembangkan diri supaya semakin hari kita selalu berkenan kepada sesama dan terlebih kepada Tuhan. Amain.
AMDG. Pst. Y.A.
St. Ignatius, Manado