Merenungkan Sabda
Senin, 05 Agustus 2024
Pekan Biasa XVIII
(Yer.28:1-17, Mat.14:13-21)
Istilah lima roti dan dua ikan ini menjadi semacam ungkapan khusus, di mana jika kita berkata, “Allah memberkati ‘lima roti dan dua ikan’ saya”, maka yang dimaksudkan adalah sedikit karunia yang Allah berikan kepada saya bisa menjadi berkat bagi orang lain. Ide dasar yang selalu disampaikan adalah bahwa jika Anda persembahkan karunia kecil, kemampuan kecil, sedikit harta milik Anda itu kepada Allah, maka Tuhan akan memberkati karunia yang kecil itu sedemikian rupa sampai-sampai bisa memberi makan banyak orang. Namun jika diteliti lebih jauh, pemberian makan 5000 ribu orang ini memiliki arti yang mendalam.
Yesus ‘tergerak hati’ oleh “belas kasihan” sehingga ia meminta murid-muridNya memberi makan orang banyak. Pendapat para murid, karena sudah malam, baiknya orang banyak disuruh pulang, tetapi Yesus meminta mereka, “kamu” harus memberi mereka makan. Orang yang hendak mengikuti Yesus dengan sungguh-sungguh karena mau mencari Yesus tidak bisa dihalangi oleh halangan apapun. Karena pada Yesus ada sumber kehidupan. Kepentingan para murid dan juga kekurangan makanan tidak dapat menghalangi orang untuk datang pada Yesus. Makanya Yesus mengatakan “kamu harus memberi mereka makan.” Tapi ungkapan ini juga mau mengatakan para murid harus memiliki hati dan sikap seperti Yesus untuk bisa memberi banyak orang makan. Sikap apa itu adalah ‘sikap belas kasih’.
Kata ‘belas kasih’ ini diterjemahkan dari bahahas Yunani yang memiliki makna “isi perut”. Kata ini mau menekankan bahwa belas kasihan adalah semacam perasaan yang tidak muncul di permukaan saja, tidak dangkal. Perasaan ini tidak bisa dikaitkan dengan kulit atau yang berada di sisi luar, tetapi perasaan yang muncul jauh di dalam. Dalam bahasa Inggris, ada istilah ‘gut feeling‘. Kata ‘gut’ berarti perut dan istilah ‘gut feeling‘ berarti perasaan yang terdalam dari diri kita terhadap seseorang atau satu pribadi. Jadi, kata Yunani yang bermakna ‘isi perut’ ini dipakai untuk menekankan perasaan kasih, kepedulian dan simpati yang paling dalam. Kata ‘belas Kasih’ selalu dipasangkan dengan Yesus karena sungguh memiliki kasih yang dalam; tidak untuk semua orang. Para Murid hanya bisa memberi makan kepada orang banyak jika memiliki belas kasih seperti Yesus.
Secara pribadi seseorang tidak bisa memiliki perasaan belas kasih seperti yang dimiliki Yesus. Karena setiap pribadi cenderung hanya untuk memenuhi kebutuhan pribadinya: “yang penting kebutuhan pribadi saya terpenuhi, sementara yang lain bukan urusan saya.” Itu adalah perasaan yang ada pada para murid. Untuk itulah Yesus mengajak agar mereka yang mengikuti dan percaya Dia, harus memiliki sikap seperti Yesus untuk berbelas kasih kepada sesama agar sesama kita memperoleh hidup, tidak kelaparan. Seharusnya kita yang percaya sudah mampu mengungkapkan belas kasih Tuhan ini dalam tindakan-tindakan kita karena kita sudah dicurahi oleh Roh Kristus. Jika kita belum merasa tergerak hati oleh belas kasih maka kita sesungguhnya belum menjadi murid Tuhan yang sungguh-sungguh. Maka mari kita ungkapkan iman kita dengan selalu bertindak karena terdorong oleh belas kasih sama seperti sikap Yesus kepada orang banyak. Mampukah kita? Amin.
AMDG. Pst. Y.A.
St. Ignatius, Manado