Merenungkan Sabda
Rabu, 10 Juli 2024
Pekan Biasa XIV
(Hos.10:1-3.7-8.12, Mat.10:1-7)
Pada zamanNya, Yesus sungguh merupakan fenomena baru, selain karena ajaran-ajaranNya yang berwibawa dan penuh kuasa, bayak yang tertarik dan mengikuti Dia di manapun ia berada. Orang yang mengikuti Dia terdiri dari berbagai macam jenis orang dengan membawa pergumulan mereka masing-masing. Ada yang hanya sekedar cari tahu siapa Yesus itu (bdk. Zakheus). Ada yang mencariN untuk mendengarkan sabda-Nya karena berkuasa, ada yang mencari kesembuhan karena penyakit yang diderita atau pelepasan dari kuasa roh jahat. Tetapi ada juga yang mau berguru kepada-Nya dan ingin menjadi murid-Nya (bdk. 2 murid Yohanes yang bertanya di mana Yesus tinggal).
Banyaknya orang yang mengikuti Dia dengan berbagai macam maksud dan kepentingan membuat Yesus tergerak hati. Yesus menyadari mereka lelah dan hidup mereka bagaikan domba tanpa gembala. Yesus hadir memenuhi haparan orang banyak itu. Namun meskipun memiliki energi yang kuat dan penuh kuasa, Yesus membutuhkan orang-orang yang bisa membantu Dia. Banyaknya orang yang membutuhkan perhatian dan pelayanan, Yesus membutuhkan orang-orang yang bisa membantu Dia, yakni Para Murid. Yesus memanggil dua belas murid dengan nama dan latar belakang mereka masing-masing. Dia memanggil mereka bukan dari kalangan terpelajar, atau golongan imam, tetapi dari kaum pinggiran dan para nelayan, bahkan pendosa pun. Yesus membutuhkan orang-orang yang pekerja keras. Dia tidak membutuhkan orang yang pandai atau kalangan atas. Dia membutuhkan orang yang sederhana tetapi patuh dan setia mengikuti Dia. Dua belas Rasul inilah yang melanjutkan karya-karya Yesus dan kita kenal sampai saat ini.
Yesus menujukkan kepada kita tentang system pengkaderan dan perekrutan tenaga-tenaga siap sedia dalam karya pertutusan Gereja. Ketika masuk di Paroki ini saya coba menerapkan karya pelayanan yang tidak hanya terpusat dan tergantung pada orang-orang tertentu. Perlu pengkaderan dan perlu juga memberi kesempatan kepada orang lain untuk melayani. Makanya saya berusaha agar pengurus di tingakat DPP maupun wilayah Rohani diterapkan 2 periode cukup. Maksudnya agar kita memberi kesempatan orang lain untuk melayani sesuai dengan kesediaan dan kemampuan mereka. Saya tahu banyak yang tidak setuju dengan hal ini. Tidak masalah untuk saya karena membiasakan hal yang baru apalagi di paroki yang serba mapan seperti ini pasti sulit, tapi langkah ini perlu juga kita buat demi pengkaderan. Yesus pun sebagai Tuhan mengambil jalan pengkaderan ini karena tidak selamanya Dia berada bersama GerejaNya di dunia ini. Para Murid-Nyalah dan kemudian pengganti para murid yang melajutkan karya-karyaNya.
Semoga kita bisa memahami tindakan pemilihan para murid dalam konteks pelayanan gereja “zaman Now”. Kalau dipilih dan diminta untuk melayani, kita selalu bersedia. Namun kita juga harus terbuka, selain kita, ada juga sesama kita yang perlu diberi kesemptan untuk melayani. Gereja ini bukan milik kita atau kelompok kita, tetapi milik Kristus. Kita semua hanyalah pelayan-pelayan yang siap sedia melayani. Amin.
AMDG. Pst.Y.A.
St. Ignatius, Manado